Wabah Difteri, Korban Berjatuhan Hingga Imunisasi Pencegahan

Rumah Sakit Umum dr Slamet di Kota Garut, Jawa Barat.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Diki Hidayat (Garut)

VIVA – Sejumlah 12 kasus difteri terjadi di Kabupaten Garut,  Jawa Barat. Tiga di antara pasien difteri meninggal dunia. Teranyar, Aidah (32), warga Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut Jawa Barat, meninggal, Minggu,  10 Desember 2017.

Deret Penyakit Berbahaya bagi Bayi, IDAI: Difteri Itu Mematikan

Menurut Humas Rumah Sakit Umum dr Slamet Garut, Lingga Saputra, tahun ini pihaknya telah menangani 12 pasien kasus difteri, tiga pasien di antaranya meninggal dunia. "Terakhir Aidah meninggal, kemungkinan ada keterlambatan tindakan keluarga untuk dibawa ke rumah sakit, " ujar Lingga, Selasa 12 Desember 2017.

Seorang pasien lainnya, Nur Aeni (29), warga Kecamatan Cikajang Garut, berhasil diselamatkan. Pasien ini sudah diperbolehkan pulang. Sebelumnya, pihak keluarga membawa pasien sebelum kondisinya parah.

Miris, Lebih 200 Kota di Indonesia Risiko Tinggi Penularan Polio

Lingga menyebutkan, untuk pasien positif difteri yang masuk di RSU dr Slamet Garut ditempatkan di ruangan isolasi. Ruangan tersebut tak sembarang orang keluar masuk karena difteri termasuk penyakit menular.

"Bahkan pemulasaraan pasien yang meninggal karena positif difteri, ditangani tim forensik, tidak boleh dimandikan keluarga," ujarnya.

Seorang Anak yang Diduga Terserang Difteri di Lampung Barat Meninggal setelah Dirawat

Suspect Difteri

Di Sumatera Barat, Dinas Kesehatan setempat  merilis sejak awal Januari hingga November 2017 tercatat sudah 23 kasus terkait suspect Difteri. Sejumlah 23 kasus tersebut, tersebar di 10 kabupaten dan kota.

Kepala Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Barat Merry Yuliesday mengatakan, sepuluh kabupaten dan kota tersebut yakni Kota Padang, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pasannan Barat, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Bukittinggi, dan Kota Pariaman

"Berdasarkan hasil laboratorium, dari 23 kasus ditemukan, dua di antaranya positif yakni di Solok Selatan dan satu di Pasaman Barat. Yang di Pasaman Barat ini sudah meninggal dunia. Sementara 21 kasus lainya negatif," kata Merry Yuliesday, Selasa, 12 Desember 2017.

Dua orang yang positif difteri tersebut, kata Merry, berdasarkan riwayat dan informasi dari orang tua dan keluarga,  sama sekali tidak pernah mendapatkan imunisasi. Sementara sisanya pernah diimunisasi namun tidak lengkap.

Menurut Merry, difteri merupakan penyakit infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri corynebackterium diphtheria. Penyakit ini ditandai adanya selaput putih keabua-abuan di saluran napas dan tenggorokan yang mengakibatkan sesak napas.

Gejala klinis penyakit ini yaitu demam yang tidak terlalu tinggi, batuk, nyeri, sakit menelan, pembesaran kelenjar getah bening di leher dan gangguan irama jantung. Apabila tidak ditangani, penyakit difteri dapat menyebabkan kematian.

Difteri dapat menular dengan cara melalui droplet (bersin atau batuk) dari orang yang menderita penyakit difteri, melalui mainan yang terkontaminasi bakteri corynebackterium diphtheria. Selain itu, melalui kontak langsung, terutama apabila terdapat luka di kulit dan melalui alat tidur yang terkontaminasi bakteri tersebut.

Jemput Bola

Salah satu cara pencegahan sejak dini terhadap penyakit difteri ialah imunisasi. Di Aceh, petugas Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) mendatangi warga yang memiliki balita, untuk diimunisasi. 

Di antara posyandu tersebut yaitu Posyandu Kampung Mulia. Ketua Penyuluh Posyandu Kampung Mulia, Aceh, Rahmi Mardhiana mengatakan, pihaknya harus bekerja lebih keras untuk mengajak warga mau membawa anaknya imunisasi ke posyandu.

Balita di Aceh diimunisasi untuk mencegah penyakit difteri

Balita di Aceh diimunisasi  untuk mencegah penyakit  difteri.

Ajakan itu dilakukan dengan cara mendatangi warga, mengumumkan langsung lewat masjid, pengajian, dan majelis taklim. “Sebelum imunisasi, kami langsung datangi warga door to door. Kami data dan mengajak untuk mau membawa anaknya ke Posyandu terdekat,” kata Rahmi di sela kegiatan pemberian imunisasi di Posyandu Kampung Mulia, Banda Aceh,  Selasa, 12 Desember 2017.

Seorang warga, Halimah mengaku merebaknya kasus difteri di Aceh membuatnya takut dan khawatir. Sebab, penyebaran difteri cukup tinggi apalagi dia memiliki dua orang anak balita. “Sangat khawatir (difteri) makanya kami sebagai orang tua harus waspada dan harus selalu membawa anak untuk imunisasi,” ujarnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Aceh, jumlah kasus difteri selama 2017  sudah mencapai 93 kasus. Sementara yang meninggal dunia empat orang. Selain itu, empat orang tengah dirawat di rumah sakit umum zainal abidin (RSUZA) Banda Aceh. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya