- VIVA.co.id/Muhammad Yasir
VIVA.co.id – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon mempertanyakan laporan investigasi jurnalis Amerika Serikat, Allan Nairn, yang pertama kali dirilis di situs The Intercept. Laporan itu menyebutkan bahwa kasus penistaan agama terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dijadikan dalih agar bisa makar terhadap Presiden Joko Widodo oleh sejumlah pihak.
"Orang itu ngawur (enggak benar), pernah saya laporkan ke polisi," kata Fadli ketika ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis 20 April 2017.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini bahkan menduga Allan adalah seorang intel asing. Oleh karena itu Fadli berharap Kepolisian bisa menindaklanjuti laporan yang pernah dilakukannya terkait Allan. “Saya heran polisi tidak menindaklanjuti. Saya akan terus kejar itu," ujar Fadli lagi.
Fadli menilai analisis dan laporan Allan dibuat dengan tidak benar. Fadli juga merasa berang dengan Allan yang pernah membeberkan sepak terjang Ketua Umum Gerindra dan mantan Komandan Jenderal Kopassus Prabowo Subianto sebelumnya.
"Dahulu Prabowo dan beberapa tentara dianggap pembunuh. Masak ada orang asing ngomong seenaknya seperti itu," kata Politikus Gerindra ini.
Dalam laporan investigasi di The Intercept dengan judul “Trump’s Indonesian Allies in Bed with ISIS Backed Militia Seeking to Oust Elected President’ itu, Allan menyebut bahwa kasus Ahok memberikan keuntungan bagi pihak-pihak tertentu dalam upaya menyingkirkan Presiden Joko Widodo. Upaya makar disebut dilakukan untuk mencegah tentara diadili atas peristiwa pembantaian massal PKI 1965 yang didukung oleh militer Indonesia dan pemerintah Amerika Serikat pada saat itu. Nama Fadli Zon juga disebut-sebut dalam laporan sebagai pendukung makar.
Allan Nairn adalah jurnalis investigasi asal Amerika Serikat yang diketahui pernah dipenjara pada era Soeharto karena menulis laporan mengenai Timor Timur. Dia juga diketahui meliput kasus-kasus terkait HAM di berbagai belahan dunia seperti di Haiti, Indonesia dan Guatemala.