Pakai Istilah 'Gebuk', Presiden Jokowi Dikritik

Presiden Jokowi dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (dua dari kiri) di Latihan Gabungan PPRC Natuna.
Sumber :
  • Agus Rahmat - VIVA.co.id

VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo sebelumnya mengeluarkan pernyataan bahwa akan menggebuk ormas yang anti dengan Pancasila. Menanggapi hal itu, pengamat sosial politik yang juga dosen di Universitas Indonesia, atau di FIB UI, Rocky Gerung, berpendapat bahwa diksi dalam pernyataan Presiden itu tidak tepat.

Pemerintah Bakal Tambah Saham di Freeport Indonesia Jadi 61 Persen, Begini Penjelasan Tony Wenas

"Gebuk istilah lama yang digunakan pemerintahan masa lalu," kata Rocky, usai diskusi dengan tema "Meraba Peluang Kebangkitan di Panggung Dunia" di Kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu 20 Mei 2017.

Rocky melanjutkan, kalimat dan kata adalah faktor paling rentan dalam membatalkan optimisme masyarakat. Pernyataan tersebut berdampak pada banyak hal.

Antre Open House Jokowi Sempat Ricuh, Istana Minta Maaf

"Kita memerlukan pemimpin yang cerdas, punya kapasitas dan yang konsep bagus sehingga semua orang paham apa yang terjadi," lanjutnya.

Rocky mengingatkan penggunaan kalimat seperti gebuk tidak pas dilontarkan Jokowi. Apalagi oleh dalam kapasitas sebagai Presiden yang perlu meredam situasi saat ini.

Sekjen PDIP soal Teman Megawati di Open House: Yang Tunjukkan Komitmen Indonesia Bukan Bagi Keluarga

"Yang ada saat ini bukan problem nasionalisme melainkan gagalnya percakapan warga negara. Itu yang harus diperbaiki oleh pemerintah," katanya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi berkomentar soal ormas anti-Pancasila menyusul rencana pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI oleh pemerintah.

"Ya kita gebuk, kita tendang, sudah jelas itu. Jangan ditanyakan lagi. Jangan ditanyakan lagi. Payung hukumnya jelas, TAP MPRS," ujar Jokowi soal ormas anti-Pancasila saat dia ditemui di Kepulauan Natuna beberapa waktu lalu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya