Rudy Ingin Jadi Pelatih Indonesia Pertama Berlisensi AFC Pro

Mantan pelatih Tira-Persikabo, Rudy Eka Priyambada
Sumber :
  • Celebest.co.id

VIVA.co.id – Usianya masih 34 tahun, namun Rudy Eka Priyambada sudah memiliki bekal mumpuni sebagai pelatih sepakbola. Sejak 2008 silam, dia memiliki lisensi kepelatihan A AFC yang didapatkan melalui kursus di luar negeri.

Arema FC Diganjar Sertifikat AFC Club Licensing 2021

Saat ini, Rudy berada di Celebest FC yang mentas di Liga 2. Dia menerapkan sports science selama menangani tim. Inilah wajah baru kepelatihan Indonesia yang mulai diramaikan anak muda.

Tak main-main, hingga memainkan pertandingan kelima, tim berjuluk Tanduk Anoa dibawanya bertengger di puncak klasemen Grup 7. Dia seolah memberi bukti, jika kepercayaan yang diberikan akan membuahkan hasil positif.

Format Kualifikasi Piala Asia 2023 Resmi Diubah

Darah muda diiringi dengan motivasi tinggi melekat dalam darahnya. Kini dia ingin mencapai target baru, yakni menjadi orang Indonesia pertama yang memiliki lisensi kepelatihan AFC Pro.

"Saya ingin jadi orang pertama di Indonesia yang dapat AFC Pro," tutur Rudy penuh semangat ketika dihubungi VIVA.co.id, Kamis 13 Juli 2017.

Kisah Timnas Israel Dimusuhi Asia hingga Ngungsi ke Eropa

Tekad besar Rudy rupanya mendapat respons positif. Dia mengaku saat ini sudah memiliki sponsor yang mau membantu mewujudkan keinginannya tersebut.

"Kemarin saya sudah dapat lampu hijau karena ada yang mau jadi sponsor. (Ambil AFC Pro) itu kan tidak murah, bisa Rp200 juta lebih," ungkapnya.

Selanjutnya... Jalan yang Tak Mudah

Jalan yang Tak Mudah

Sampai pada titik dipercaya sebagai manajer sekaligus pelatih Celebest FC, Rudy mesti berjuang keras. Dia mondar-mandir ke kantor PSSI untuk mendapatkan beasiswa kepelatihan dari AFC.

"Saya mesti lama menunggu karena apply ke PSSI, dan saya push terus ke PSSI. Akhirnya saya dapat, karena waktu itu bahasa Inggris saya tergolong lumayan," tuturnya.

Rudy bercerita, ketika itu sulit bagi orang Indonesia yang ingin jadi pelatih tetapi bukan mantan pemain untuk mengambil lisensi. Sebab, dalam proses seleksi, mereka bukanlah masuk prioritas.

"Di Indonesia, banyak orang mau jadi pelatih susah. Karena yang diutamakan mantan pemain. Kepercayaan dan kesempatan tidak ada," imbuhnya.

Tantangan berikutnya datang ketika lisensi A AFC sudah dalam genggamannya. Mencari klub yang mau menjadikannya pelatih kepala sangat sulit. A

lhasil, dia mesti bekerja di belakang layar terlebih dahulu. Pada 2013, pria kelahiran 5 Desember 1982 tersebut mendampingi Indra Sjafri di tim nasional Indonesia U-19, sebagai tactical analysis.

Kemudian dia coba hijrah ke klub Qatar, Al-Najma sebagai asisten pelatih. Setahun negeri kaya minyak, Rudy kembali ke Indonesia.

Dia lantas coba mengeksplorasi kemampuannya bersama Celebest FC. Kebebasan diberikan kepadanya untuk melakukan apapun di sana, termasuk menjadi inisiator kompetisi tingkat junior.

"Manajemen sangat membebaskan sehingga saya bisa eksplor. Saya di sini juga ikut renovasi stadion dan saya inisiator kompetisi usia dini," jelasnya.

Upaya yang mendapat bantuan dari pemangku kepentingan di sana itu membuahkan hasil hanya dalam hitungan bulan. Jika sebelumnya tidak ada satu pun sekolah sepakbola (SSB) di Palu, kini jumlahnya mencapai 28.

"Kita jangan berharap dengan PSSI terus, di daerah juga harus kerja. Kita semua mesti kreatif," tegas Rudy.

Kini publik menanti, efek positif apalagi yang bisa dihasilkan Rudy. Dan tentu saja, harapan Indonesia memiliki pelatih dengan lisensi AFC Pro juga ada di pundaknya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya