Teknologi VAR Tuai Kontroversi di Piala Konfederasi

Teknologi VAR saat digunakan di Piala Konfederasi
Sumber :
  • Reuters/Carl Recine

VIVA.co.id – Setelah debut pada Piala Dunia Antarklub 2016 lalu, teknologi video assistant referee (VAR) kembali digunakan di gelaran Piala Konfederasi 2017. VAR pun sudah bekerja efektif dan memeriksa dua insiden pada duel Chile vs Kamerun, di pertandingan Grup B Piala Konfederasi, Minggu 18 Juni 2017 atau Senin dini hari WIB.

5 Tim Unggulan Ini Bernasib Tragis di Piala Afrika 2023, No 3 Nggak Nyangka Banget

Satu insiden yang mencolok adalah ketika Arturo Vidal mencetak gol di pertengahan babak pertama. Dalam kesempatan itu, wasit menganulir gol Vidal setelah memeriksa posisinya lewat VAR, yang ternyata terjebak offside.

Kemudian, ada momen lainnya yang membuat bingung para pemain serta pelatih Chile maupun Kamerun. Yaitu, saat Eduardo Vargas mencetak gol di menit 82.

Jadwal Lengkap 16 Besar Piala Afrika 2023, Timnas Senegal Tantang Pantai Gading

Pelatih Chile, Juan Antonio Pizzi, awalnya mengira gol tersebut akan dianulir. Sebab, dalam prosesnya, Alexis Sanchez terlihat terjebak offside.

Namun, VAR berkata lain. Sanchez dinyatakan tidak offside dan gol Vargas sah.

Andre Onana Serbasalah, Akhirnya Tak Peduli Kritik

"Sistem seperti ini butuh waktu. Jika saya benar, seharusnya diuji coba terlebih dulu. Jadi, sulit sekali menggunakan teknologi lain di dunia sepakbola," kata Pizzi seperti dilansir Soccerway.

"Pada akhir babak pertama, seharusnya kami unggul 1-0. Tapi, 20 menit kemudian kami masih imbang. Pemain kami dibuat kecewa dengan keputusan dari VAR. Benar, teknologi itu membuat kami stres. Kami masih menunggu dan melihat bagaimana teknologi ini dikembangkan," lanjut dia.

Juru taktik Kamerun, Hugo Broos, merasakan hal yang sama dengan Pizzi. Pada dasarnya, menurut Broos, VAR bisa sangat berguna.

Contohnya adalah ketika gol Vidal di babak pertama dianulir. Namun, VAR bisa saja mengganggu jalannya laga andai digunakan terlalu sering.

"Ada dua kejadian yang harus diteliti ulang lewat VAR dalam pertandingan tadi. Itu membuktikan seberapa penting teknologi ini. Tapi, jika penelitian lewat VAR terlalu sering, jalannya pertandingan bisa membuat pemain kesal, karena harus terhenti sejenak," ujar Broos. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya