Ke Piala Dunia 2018, Bukti Timnas Spanyol Tetap Kompak

Pemain Timnas Spanyol merayakan gol
Sumber :
  • REUTERS/Heino Kalis

VIVA.co.id – Tim nasional Spanyol membuktikan kekompakan saat mengalahkan Albania 3-0. Kemenangan dalam laga ke-9 Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2018 di Estadio Jose Rico Perez, Sabtu 7 Oktober 2017 dini hari WIB itu, mengantarkan mereka merebut tiket ke Piala Dunia 2018 Rusia.

Akhir Kisah Raphael Varane dengan Timnas Prancis, Mimpi Jadi Kenyataan

Menyisakan satu pertandingan lagi, 25 poin yang didapat Spanyol tak mungkin lagi terkejar. Pesaing terdekat mereka, Italia sejauh ini baru bisa mengoleksi 20 poin. Capaian yang menggembirakan bagi Tim Matador.

(Baca juga: Gol Debut Antarkan Timnas Spanyol ke Piala Dunia 2018)

Raphael Varane Pensiun dari Timnas Prancis

Terlebih lagi sebelum laga melawan Albania isu konflik internal berhembus kencang. Hal itu bermula dari adanya upaya referendum Catalan yang berujung kerusuhan, 1 Oktober 2017 lalu.

Pemain Spanyol yang berasal dari Catalan, Gerard Pique menjadi musuh pendukung sendiri. Dalam sesi latihan, dia mendapat sorakan, akibat dari pernyataannya yang mendukung Catalan merdeka dari Spanyol.

Pamer Foto Ini di Instagram, Paul Pogba Banjir Hujatan dari Fans Juventus

Usai pertandingan melawan Albania, pelatih Spanyol, Julen Lopetegui coba meredam kemarahan penggemar kepada Pique. Dia menegaskan, dalam tim besutannya saat ini, semua pemain menujukkan sikap membanggakan.

Hasil apik ini menurutnya memberi bukti jika isu konflik internal sama sekali tidak benar. Para penggawa Tim Matador jelas memberikan bukti jika kekompakan tetap terjaga.

"Kami senang, puas, dan bangga. Saya telah menjalani fase ini dengan intensitas tinggi, dan kami mencari tim terbaik dengan tujuan bersama yang sangat kuat," tutur Lopetegui, dikutip dari Football Espana.

(Baca juga: Gasak Albania, Spanyol Pastikan Tiket Piala Dunia)

"Kami memiliki beberapa pemain yang luar biasa, dan mereka adalah arsitek tim ini. Mereka telah menunjukkan antusiasme dan kemurahan hati," imbuhnya.

Sejak dari masa persiapan, juru taktik berusia 51 tahun tersebut sadar timnya harus berjuang mati-matian saat menghadapi Albania. Karena jika tergelincir, mereka bisa kehilangan momentum meninggalkan Italia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya