Anak Nelayan Muara Angke Dilirik Klub Norwegia?

M. Kanu dan ibunya, Sugianti
Sumber :
  • VIVA.co.id/Pratama Yudha

VIVA.co.id – Tim putra Indonesia, ASIOP Apacinti, berhasil mencetak prestasi dengan menjuarai Gothia Cup kategori U-15 usai menumbangkan wakil tuan rumah, IF Elfsborg, dengan skor 3-1 di Gamla Ullevi, Swedia. Dan salah satu pemain yang berkontribusi dalam kemenangan tersebut adalah Mohammad Kanu Helmiawan.

Pemain yang berposisi sebagai gelandang ini selalu tampil pada semua pertandingan yang dimainkan oleh timnya. Dalam prosesnya menjadi juara Gothia Cup 2016, Kanu berhasil mencetak empat gol dalam kompetisi tersebut.

Hal ini tentu saja membanggakan bagi Kanu dan juga Indonesia. Sebab, Gothia Cup adalah salah satu turnamen sepakbola usia muda terbesar saat ini.

Media AS Sorot Kemenangan Timnas Indonesia Atas Vietnam: Patut Mendapat Pujian

Kanu memulai karier sepakbolanya sejak usia empat tahun. Dia menimba ilmu sepakbolanya di sekolah sepakbola yang sudah lama berdiri, yakni SSB UMS.

Lama berlatih di SSB UMS, anak kedua dari empat bersaudara ini memutuskan untuk pindah ke ASIOP Apacinti pada 2013 hingga menjadi salah satu pilar di tim AQUA Danone Cup 2013. Kanu berhasil menjadi top skor dengan torehan lima gol yang mengantarkan ASIOP terbang ke Inggris untuk melakoni putaran final.

6 Tim Lolos ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Gimana Peluang Timnas Indonesia?

Sebelum ke Inggris, Kanu mengikuti turnamen Norway Cup di tahun yang sama dan sukses membawa timnya berhasil jadi juara pertama. Baru setelah itu, Kanu dikirim ke Inggris untuk mengikuti turnamen AQUA DNC 2013.

Puncaknya, Kanu berhasil tampil apik dalam turnamen Gothia Cup 2016. Di turnamen tersebut, Kanu sukses membawa ASIOP Apacinti menjadi juara.

"Senang sekali menjadi juara di turnamen selevel Gothia Cup. Saya sangat bersyukur bisa menjadi juara," ujar Kanu kepada VIVA.co.id.

Anak Nelayan yang Dilupakan

Kanu bercerita dirinya bukan dari keluarga kaya raya. Ia hanya berasal dari keluarga nelayan. Namun, kecintaannya terhadap sepakbola membuatnya memutuskan untuk menjadi pemain sepakbola.

"Saya sebenarnya berasal dari keluarga nelayan, tetapi sangat menyukai sepakbola. Keluarga saya juga ada yang mendalami sepakbola. Jadi, saya berniat untuk meneruskan tradisi dari keluarga," ujar Kanu.

Sayang, meski berjasa dalam perjalanan timnya meraih gelar juara Gothia Cup 2016, nama Kanu ternyata tidak terdaftar saat timnya mendapatkan hadiah berupa beasiswa dari salah satu universitas. 

Sebenarnya, ada 18 nama pemain yang disertakan saat Gothia Cup 2016, tetapi hanya 17 pemain yang mendapat beasiswa.

Kanu mengaku tidak mengetahui mengapa namanya tidak disertakan saat menerima beasiswa, yang tentu akan sangat membantu pendidikannya di luar lapangan.

Kendati demikian, Kanu dan keluarga memilih berbesar hati menerima keputusan dari ASIOP. Ibunda Kanu, Sugiyanti, mengatakan hanya ingin anaknya diakui sebagai bagian dari tim yang mengantar ASIOP juara.

"Sebelumnya, saya sangat berterima kasih kepada ASIOP atas segala kesempatan yang diberikan kepada anak saya, tetapi saya tidak mengerti kenapa anak saya tidak dimasukkan ke dalam susunan pemain yang menerima beasiswa, padahal anak saya ikut bermain," ujar Sugiyanti.

"Jumlah pemain yang pergi ke sana berjumlah 18 pemain, tetapi yang menerima beasiswa hanya 17 pemain. Saya hanya ingin kejelasan kenapa anak saya tidak diakui," ujarnya menambahkan.

Dilirik Klub Norwegia

Kabar tersebut tentu saja sangat disayangkan. Seorang anak bangsa yang di masa depan kemungkinan menjadi salah satu pilar tim nasional harus terlupakan, padahal peluh dan tenaganya ikut membantu timnya jadi juara.

Meski begitu, semua kerja keras pasti ada balasannya. Usaha Kanu berlatih setiap hari dengan ambisi menjadi pemain terbaik dipandang oleh klub asing yang melihat bakat di dalam kakinya.

Bermain baik saat Gothia Cup 2016 juga membuat anak yang masih berusia 15 tahun ini kabarnya dilirik oleh tim dari Norwegia. Sebuah kabar dan kesempatan luar biasa bagi pesepakbola muda Indonesia untuk mengasah kemampuannya sejak dini.

Namun lagi-lagi pihak ASIOP juga tidak memberikan kejelasan.

"Soal itu, saya juga kurang mengerti. Yang saya tahu, Kanu bermain di ASIOP, jika ada yang melirik anak saya mestinya melalui ASIOP juga. Tetapi, saya tidak mendengar kabar apa-apa," kata Sugiyanti.

"Mungkin karena usia Kanu masih 15 tahun jadi ASIOP tidak memberikan info apa pun kepada keluarga. Yang saya dengar, seorang anak baru bisa tinggal tanpa orangtua jika sudah di atas 18 tahun," ungkapnya.

Hal ini juga mendapat tanggapan dari Eddy Syahputra selaku agen pemain. Dia ingin menolong karier Kanu untuk bisa terus berkembang.

"Saya ingin membantu Kanu untuk bisa lebih baik lagi ke depannya. Sangat sayang jika anak yang memiliki kemampuan seperti Kanu tidak mendapat kesempatan untuk bisa bermain di tim yang baik," ucap Eddy.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya