Sejarah Bhayangkara FC dan Kontroversi di Penghujung Musim

Skuat Bhyangkara FC dalam laga kontra Madura United di ajang Liga 1
Sumber :
  • Liga-Indonesia.id

VIVA – Gelaran Liga 1 sudah hampir usai. Sejarah baru dicatat Bhayangkara FC yang tampil sebagai juara. Namun, penghujung musim Liga 1 harus dilewati dengan terjadinya sebuah kontroversi. Peristiwa ini cukup menjadi sorotan dan mencengangkan. Sebab, kontroversi yang terjadi melibatkan beberapa elemen vital sepakbola Indonesia.

1 Poin dari Markas Persib Cukup Membuat Bhayangkara FC Bersyukur

Mengulang kembali berita sebelumnya, detik-detik Bhayangkara FC merengkuh gelar juara Liga 1. Kemenangan 3-1 atas Madura United dalam laga lanjutan Liga 1 pekan ke-33 di Stadion Gelora Bangkalan, Rabu 8 November 2017, menyegel gelar juara Liga 1 bagi pasukan Simon McMenemy.

Catatan ini adalah sejarah baru bagi persepakbolaan Indonesia. Dimana, sebuah klub yang baru berdiri pada 2015 dan berusia dua tahun, mampu menjaga konsistensi permainan dan merengkuh gelar juara di kompetisi sepakbola kasta tertinggi tanah air.

Andai Tak Ada Championship Series, Borneo FC Sudah Juara Liga 1 Musim Ini

Namun demikian, langkah Bhayangkara FC menuju juara diiringi dengan kontroversi. Tentu, kontroversi ini tak melibatkan Bhayangkara FC saja tapi juga operator Liga 1, PT. Liga Indonesia Baru (LIB), dan PSSI selaku federasi tertinggi sepakbola Indonesia.

Bak sulap, PSSI dan PT. LIB dianggap menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain, akibat persoalan regulasi. Hal ini mengacu pada kejadian yang terjadi dalam laga Bhayangkara FC kontra Mitra Kukar. 

Persib vs Bhayangkara FC Imbang, Begini Komentar Bojan Hodak

Kontroversi dan Klaim Juara

Laga Bhayangkara FC kontra Mitra Kukar dalam lanjutan Liga 1 pekan ke-32, Jumat 3 November 2017, berakhir imbang 1-1. Namun, kesalahan fatal yang dilakukan Mitra Kukar dalam menurunkan pemain, justru membuat Bhayangkara FC diganjar kemenangan WO (Walk Out) oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI.

Apa sebabnya? Mitra Kukar dianggap menurunkan pemain ilegal, Mohamed Sissoko. Sissoko yang berstatus marquee player armada Naga Mekes diturunkan bermain melawan Bhayangkara FC, padahal tengah dalam masa sanksi.

Sissoko disanksi larangan bermain dua laga akibat kekerasan yang dilakukannya saat melawan Borneo FC. Logikanya, eks gelandang Juventus dan Livepool ini tak bisa bermain dalam laga kontra Persib Bandung (27 Oktober 2017), dan Bhayangkara FC (3 November 2017).

Dalam laga kontra Persib, Sissoko memang tak masuk dalam skuat Mitra Kukar. Namun, dalam laga kontra Bhayangkara FC yang notabene masih dalam larangan bermain, Sissoko malah diturunkan. Hal ini jelas jadi kesalahan Mitra Kukar karena tak teliti dalam melihat status pemain.

Hal ini membuat Bhayangkara FC mengadukan Mitra Kukar kepada PT. LIB selaku operator, soal legalitas Sissoko dalam laga tersebut. Mitra Kukar ternyara bukan tanpa alasan menurunkan Sissoko. Mitra Kukar berani menurunkan Sissoko lantaran namanya tidak ada dalam Nota Larangan Bermain (NLB) yang diterbitkan PT. LIB.

Pihak  Mitra Kukar jelas berang jika sepenuhnya dituding jadi satu-satunya aktor dalam kontroversi ini. Mitra Kukar juga dianggap kurang tanggap soal ini. Sebab, surat salinan putusan Komdis PSSI tak terbaca oleh manajemen Mitra Kukar, dan PT. LIB dianggap tak mengingatkan.

"Benar, surat itu tak dikirimkan ke admin kami. Demi Allah, tak terbaca. Betul, ada keteledoran kami soal Sissoko," kata Direktur Operasional Mitra Kukar, Suwanto, saat dihubungi VIVA, Kamis, 9 November 2017.

" (PT) LIB juga terima surat itu, seharusnya kami diberitahu ketika MCM. Itu yang kami sayangkan, harusnya saling mengingatkan," ujarnya.

Respons Keras

Setelah putusan Komdis PSSI yang memenangkan Bhayangkara FC 3-0, jelas respons keras muncul dari berbagai pihak. PT. LIB dianggap menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain, dalam hal ini Bali United. 

Bali United meradang soal putusan tersebut, lantaran persaingannya dengan Bhayangkara FC menuju gelar juara Liga 1. Bali United yang sebelumnya memiliki poin 62 dan terpaut empat poin dari Bhayangkara FC, adalah tim yang paling berpeluang juara.

Setelah Bali United mengalahkan 1-0 PSM Makassar dalam laga pekan ke-33 di Stadion Andi  Mattalatta, Makassar, catatan poin Bali United dan PSM hanya tinggal terpaut satu poin saja.

Namun, setelah putusan komdis yang memenangkan Bhayangkara FC atas Mitra Kukar, jarak poin kembali bertambah menjadi tiga poin. Kemenangan Bhayangkara FC atas Madura United jelas tak mungkin lagi dikejar Bali United.

Sebab, meski Bhayangkara FC kalah di laga terakhir dari Persija Jakarta sementara Bali United menang atas Persegres Gresik, Bhayangkara FC tetap saja unggul. Sebab, Evan Dimas cs menang head to head atas Bali United. 

Sebelumnya, Bhayangkara FC berhasil mengalahkan 3-1 Bali United saat bertandang ke Stadion Kapten I Wayan Dipta, 9 Juni 2017. Bhayangkara kembali menang 3-2 saat menjamu Bali United di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, 29 September 2017.

"Kita di klub selalu berhitung siapa pemain yang kena kartu, yang kena sanksi dan lain-lain. Kita tahu persis aturan itu. Jadi, tidak mungkin kita melanggar aturan, jika memang salah satu pemain tidak bisa diturunkan akibat sanksi," ujar CEO Bali United, Yabes Tanuri.

Kontroversi yang terjadi di penghujung Liga 1 jadi tamparan keras bagi PSSI dan PT. LIB untuk bisa konsisten memajukan sepakbola Indonesia. Sayangnya, hingga berita ini diturunkan pihak PT. LIB masih belum memberikan pernyataan resminya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya