Skorsing Wasit Liga 1, Baru Menggaruk Kulit Luar

Ilustrasi wasit di ajang Liga 1
Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id – Wasit kembali terpidana. Korps pengadil lapangan hijau ini memang kerap paling mudah dijadikan kambing hitam. Belum genap dua bulan kompetisi Liga 1 dan 2 2017 bergulir, protes keras terhadap kinerja wasit sudah berhamburan. 

Bungkam Persik Jadi Momentum Kebangkitan Persib Bandung

Dua pelatih asing, Dragan Djukanovic (Pusamania Borneo FC) dan Robert Rene Alberts (PSM Makssar), paling lantang mengkritik kinerja wasit. Pelatih lain sependapat, tapi cenderung memilih diam. Bisa jadi skeptis karena lelah berteriak protes atau bungkam dengan pertimbangan lain.

PSSI pun bereaksi. Dalam rapat evaluasi dengan operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB), PSSI melalui komite wasit, kompetisi, legal, dan media mengeluarkan keputusan tegas. Tercatat 18 wasit, 10 di antaranya asisten, diberhentikan sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Arema FC Kenalkan 'Jubah Perang' Baru

Tak ada ruang bagi ke-18 wasit membela diri. Mereka juga tidak memenuhi panggilan sidang karena keputusan ini lahir dari rapat evaluasi pelaksanaan kompetisi yang dilakukan PSSI bersama PT LIB. Bukan sidang Komisi Disiplin. Otomatis tidak ada ruang buat mengajukan banding. 

Sanksi skorsing terhadap wasit ini bersifat final. “Sanksi ini dijatuhkan berdasarkan kinerja yang dipantau langsung di lapangan,” kata Joko Driyono, Wakil Ketua Umum PSSI yang juga plt Sekjen PSSI.

PSS Sleman Tunjuk Gustavo Lopez Sebagai Manajer

Saya sama sekali tidak bermaksud membenarkan, apalagi membela wasit yang kinerjanya buruk. Saya sangat setuju wasit yang masih bermain-main dengan aturan didisiplinkan, bahkan dihukum berat. Yang ingin saya sampaikan adalah pedoman wasit di manapun hanya satu, yakni Laws of the Game (LotG). 

Kalaupun mau ditambahkan, itu menyangkut hati nuraninya. Yang berlaku universal tetap LotG sebagai kitab bagi setiap wasit yang bertugas di manapun. Ada 209 negara anggota FIFA dan ada ratusan bahasa nasional yang berbeda-beda, interpretasi atas LotG tetap sama dan konsisten. 

Ketika wasit bekerja di luar atau melenceng dari LotG, konsekuensinya adalah sanksi. Nah, yang perlu digarisbawahi di sini, apakah ke-18 wasit Liga 1 dan Liga 2 2017 yang dihukum tidak memahami LotG? Ataukah saat bertugas, mereka mendadak lupa kitab bertajuk LotG? 

Saya menyangsikan jika ke-18 wasit yang sebelum kickoof Liga 1 dan Liga 2 2017 menjalani program penyegaran dari PSSI itu tidak memahami atau mendadak lupa LotG. Sebaliknya, saya yakin mereka hafal 100% isi LotG. Sebab, LotG adalah pedoman karier mereka sebagai wasit.

Lalu, mengapa kinerja ke-18 wasit jeblok? Ini yang harus ditelusuri dan dikejar. Skorsing terhadap wasit memang sudah benar, tapi itu tidak cukup buat menata kompetisi sepakbola yang lebih profesional dan bermartabat. Pemberantasan mafia bola jangan hanya slogan dari tahun ke tahun. 

Jika rapat evaluasi PSSI dan PT LIB sudah menghasilkan sanksi bagi 18 wasit nakal, Komisi Disiplin PSSI  sebaiknya tidak tinggal diam. Komdis PSSI harus  pro aktif menelusuri latar belakang dan situasi yang mungkin saja mempengaruhi kinerja ke-18 wasit di lapangan. 

Karena skorsing terhadap 18 wasit berlaku hingga batas yang tidak ditentukan, persoalan tidak lantas selesai dengan banyaknya stok wasit PSSI. Situasi dan kondisi sesungguhnya tidak sesederhana yang terdengar vdan terlihat. 

Dalam konteks yang lebih besar, banyaknya wasit yang bekerja buruk harus dilihat sebagai ancaman terhadap integritas sepakbola Indonesia. Konkretnya, kita harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya match fixing, modus paling tabu dalam prinsip sepakbola. 

PSSI dan segenap perangkatnya harus lebih jeli melihat apakah para wasit sudah bekerja dengan kondisi psikologis yang nyaman? Apakah keselamatan mereka terjamin? Apakah ada tekanan saat wasit bersiap menjalankan tugas? Apakah ada pihak yang berusaha mempengaruhi wasit?

Inilah sesungguh isu sensitif dalam penataan kompetisi sepakbola. Saya sendiri mengamati penampilan sejumlah klub anjlok dari satu laga ke laga berikutnya di Liga 1 dan Liga 2 2017. 

Sungguh aneh ketika seluruh pemain terbaik klub diturunkan sang pelatih, tapi tiba-tiba mereka drop di lapangan. Mereka berulang-ulang salah oper, mendadak loyo dan malas mengejar bola, minim pressing terhadap lawan atau bola ditendang melambung jauh dari areal pertahanan lawan.

Itu adalah gejala abnormal yang mengusik Liga 1 dan Liga 2 2017. Dan, gejala itu harus segera dicermati diantisipasi, diinvestigasi. Jangan cepat puas dengan menggaruk gatal di kulit luarnya saja. Saatnya kini menyentuh dan mengobati akar penyakit yang menimbulkan gatal-gatal itu. (ren)

(Opini Bung Towel)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya