Sadis, Eks Pemain Muda Klub Italia Bantai Ibu Kandung

Ilustrasi pembunuhan.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Italia dibuat heboh dengan kasus pembunuhan oleh pemain muda, Solomon Nyantakyi. Gelandang yang pada Juni 2017 kemarin resmi dilepas klub Serie B, Parma, menghabisi nyawa ibu dan adik kandung perempuannya sendiri.

Alasan Spalletti Tunjuk Handanovic Sebagai Kapten Baru Inter

Peristiwa keji itu berlangsung pada Selasa, 11 Juli kemarin. Patience Nyantakyi Mfum (45 tahun) dan Magdalene Nyantakyi (11 tahun) ditemukan tewas bersimbah darah di apartemen mereka.

Saksi yang pertama menemukan dua mayat itu adalah putra pertama korban sekaligus kakak sang pelaku, Raymond Nyantakyi. Disebutkan dalam keterangan polisi, dua jenazah tewas dengan banyak luka tusukan di sekujur tubuh.

Rayakan Ulang Tahun ke 34, Ini Kata Ronaldo

Untuk pelaku, sejak Rabu malam waktu setempat sudah berhasil diamankan. Dia ditangkap dalam pelarian di Milan.

Setelah dicocok pihak berwajib, Solomon tidak bisa mengelak dan mengakui tindakan kejinya itu. "Saya memang membunuh ibu dan adik dengan pisau. Saya menusuk berkali-kali pada Selasa kemarin," ungkapnya kepada polisi dikutip Goal.

Ronaldo Ulang Tahun, Juventus akan Beri Kado Istimewa

Diduga penyebab pembunuhan itu karena korban tengah mengalami depresi berat. Dia juga diketahui merupakan pecandu narkoba.

"Narkoba dan lingkungan yang buruk telah mengubah hidupnya dalam beberapa bulan ini. Saya sangat kaget mendengar berita pembunuhan yang Solomon lakukan," kata pemain Parma yang juga sahabat pelaku, Gofred Adofo.

Pihak mantan klub angkat bicara soal tindakan sadis Solomon. Bekas pelatihnya, Cristiano Lucarelli menjelaskan pemain asal Ghana itu memang sudah bermasalah belakangan. Hal tersebut juga yang menjadi alasa klub tidak melanjutkan kontraknya.

Namun diakui Lucarelli, secara personal Solomon adalah anak baik dan kalem. Dia tidak pernah terlibat pertengkaran, bahkan tergolong sopan kepada siapa pun.

"Dia sangat sopan. Saya bahkan terkejut, karena orang seperti dia mustahil bisa melakukan pembunuhan," ungkap Lucarelli.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya