Mengapa Hewan Buas Menjadi Pemangsa Manusia?

macan tutul jawa (Panthera pardus javanicus)
Sumber :
  • Antara/ Ari Bowo Sucipto

VIVAnews -- Binatang buas yang berada di pucuk rantai makanan dunia hewan, kini makin banyak yang menjadikan manusia sebagai santapannya. Baru-baru ini di Nepal, seekor macan tutul rakus dituding sebagai tersangka pembunuh 15 orang dalam 15 bulan terakhir.

Macan yang kini diburu itu diduga memangsa manusia yang ia bunuh, mayoritas anak-anak. "Ini dimungkinkan bahwa sejumlah individu hewan belajar untuk menjadikan manusia target," kata George Burgess, Direktur Florida Program for Shark Research kepada Discovery News. "Dalam situasi tertentu, kucing-kucing besar mungkin melihat kita sebagai sasaran empuk."

Dalam kasus macan tutul pemakan manusia di Nepal, rasa asin darah manusia bisa jadi menjelaskan kematian mengerikan para korban, termasuk anak berusia empat tahun yang hanya ditemukan bagian kepalanya saja di hutan dekat rumahnya.

Maheshwor Dhakal dari Departemen Taman Nasional dan Konservasi Suaka Margasatwa Kathmandu yakin sekali macan tutul atau hewan buas lainnya memakan manusia. Sangat sulit untuk menghentikan mereka.

"Sebab darah manusia lebih asin daripada darah hewan. Sekali mereka merasakan darah asin itu mereka tak akan suka memangsa hewan lain, seperti rusa misalnya," kata Dhakal kepada CNN.

Cekcok Hebat dan Bergumul di Kamar, Suami Sadis Ini Tega Bunuh Istri Pakai Obeng

Manusia juga Salah

Johnny Rodrigues, Ketua Gugus Tugas Zimbabwe, mengatakan insiden seperti itu bukan sepenuhnya salah binatang.  Selama ini hewan buas sering dilaporkan berada di area pemukiman atau bahkan perkotaan. "Mungkin akibat pelanggaran batas oleh manusia, ke area yang sebelumnya diperuntukkan untuk hewan liar, mengakibatkan rusaknya habitat mereka," kata dia.

Apalagi, kata Rodrigues, dalam kaitannya dengan hewan yang dikategorikan kucing besar, masalah utama adalah ketika mereka berpapasan dengan sapi, kambing, atau ternak lainnya. Hewan yang sengaja berburu manusia, adalah kasus yang amat jarang.

Hal tersebut diamini George Burgess. Dia mengatakan, ada alasan mengapa hiu berkeliaran di pantai-pantai tak seberapa dalam, menyerang peselancar atau orang-orang yang berpesiar di pantai.

9 Menu Buka Puasa Unik dari Berbagai Negara, Bikin Ngiler dan Penasaran!

Salah satunya, kapal-kapal berlayar dari Australia dan Selandia baru untuk mengirim ternak ke Mesir. "Domba yang mati akan dilempar ke laut. Kotoran dan urin hewan itu juga dibuang ke lautan. Menorehkan jejak yang panjang dari Selandia Baru ke Laut Merah."

Akibatnya hiu putih dan hiu mako kelihatannya mengikuti jejak ini, ke perairan yang lebih dangkal, yang digunakan untuk sarana rekreasi manusia. Tak menemukan domba atau hewan lain yang bisa dimakan, maka hiu berburu manusia.

"Adalah tak biasa hiu atau hewan lain berulang kali berburu manusia. Namun, itu bisa saja terjadi," kata Burgess. Ini mengingatkan bahwa tak selamanya manusia berada di puncak rantai makanan."

Moyang manusia jadi mangsa

KPK: Sahroni Sudah Kembalikan Aliran Dana Rp 40 Juta dari SYL yang Mengalir ke Nasdem

Kirsten Jenkins, antropolog dari University of Minnesota menjelaskan, primata awal, Proconsul -- yang diyakini sebagai nenek moyang manusia juga simpanse adalah mangsa bagi banyak predator.

"Saya telah mengamati tanda gigitan dan bekas paruh  yang merupakan bukti bahwa creodont dan Raptor mengkonsumsi primata ini," kata Jenkins kepada Discovery News.

Awal tahun ini, sisa-sisa satu buaya bertanduk besar, Crocodylus thorbjarnarsoni, ditemukan di samping Australopithecus, kerabat manusia yang telah punah. Para peneliti menduga bahwa buaya secara rutin  memakan manusia.

Pindah ke zaman modern, Burgess mengingatkan bahwa manusia terkadang juga memakan manusia lain. "Pikirkan orang seperti Jeffrey Dahmer, yang dilaporkan makan beberapa korbannya, menjadi kanibal" katanya. "Manusia adalah pembunuh berantai utama." (ren)

(Tengah) Anggota Komisi C DPRD DKI, Esti Arimi Putri

Legislator Soroti Daya Beli Gen Z di Jakarta, Bisa Berkontribusi Besar Kendalikan Inflasi

Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Esti Arimi Putri menilai pentingnya upaya pemberdayaan daya beli terhadap semua golongan demi mengendalikan inflasi.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024