Ratusan Pasien Kanker Tak Sembuh Harapkan Terapi Warsito

Terapi Pengobatan Kanker ECCT Dr. Warsito
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Penemu Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) untuk terapi kanker, Purwo Taruno menyebut kini ratusan pasien kanker yang secara medis tak dapat disembuhkan lagi, sedang menunggu untuk terapi Warsito tersebut.

Tak Perlu Keluar Negeri, Indonesia Kini Punya Terapi Kanker Gunakan Teknologi Tenaga Nuklir

"Untuk itu kita sedang berusaha paling tidak diberi kesempatan untuk terapi komplementer atau paliatif di bawah pengawasan dokter atau rumah sakit," ujar Warsito kepada VIVA.co.id melalui pesan singkat, Rabu, 6 April 2016.

Seperti diketahui, alat terapi kanker Warsito kini masih dalam rencana pengujian oleh dua Kementerian, yakni Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk pengujian sampai ke uji klinis.

Anak Kanker Tak Bisa ke RS Karena Pandemi, Ini Penanganannya

Namun, beberapa waktu yang lalu Warsito menyampaikan, untuk uji klinis yang dijanjikan itu belum kunjung ada kepastian. Sementara, yang akan dilakukan adalah uji sel oleh Kemenristekdikti bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi.

"Sudah ada 5 uji yang selesai. Uji hewan juga sudah. Tapi itu yang dirasa belum cukup untuk masuk ke uji klinis," katanya.

Ini Hal Terpenting untuk Menunjang Keberhasilan Terapi Kanker

Sementara, menurut Warsito awal mula klinik riset didirikan adalah karena permintaan pasien yang ingin diterapi di sana. Barulah, MoU dengan Kemenkes ditandatangani pada 2012 dilakukan untuk terapi sambil dibarengi dengan riset.

"Tapi sekarang kaedah itu dihapus dengan adanya hasil review terbaru. Masalahnya kembali ke 2012, pasien yang sudah selesai dengan medis dan tak ada alternatif lain yang mau coba ECCT bagaimana?" ungkap Warsito.

Warsito juga menyesalkan konsekuensi MoU pada 2012 itu, yang mana saat potensi Sumber Daya Manusia yang mengelola tersebut sudah telanjur besar, tapi kemudian terpaksa dirumahkan karena klinik berhenti sementara menunggu evaluasi.

Tapi baginya tak masalah hingga 75 persen karyawan terpaksa harus di PHK, justru yang menjadi perhatian Warsito adalah nasib para pasien.

"Yang disayangkan sepertinya bagaimana tentang pasien tak jadi pertimbangan Kemenkes, apalagi tentang kita selanjutnya," katanya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya