Evolusi Katak Berasal dari Asteroid Pemusnah Dinosaurus

Spesies katak emas baru ditemukan di Kolombia
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id – Keanekaragaman katak yang ada saat ini ternyata merupakan konsekuensi dari serangan asteroid yang membunuh dinosaurus di masa lalu. 

Bumi Punya Tameng Langit

Sebuah analisis baru tim peneliti Amerika Serikat dan China menunjukkan, populasi katak meledak setelah peristiwa serangan asteroid yang memudahkan kehidupan dinosaurus pada 66 juta tahun yang lalu. Hasil studi baru itu bertentangan dengan bukti sebelumnya yang menunjukkan asal mula katak berasal dari nenek moyang yang lebih kuno. 

Dikutip dari BBC, Selasa 4 Juli 2017, katak menjadi salah satu kelompok vertebrata yang paling beragam, dengan lebih dari 6.700 spesies. Namun keanekaragaman itu minus data genetik yang lengkap sehingga menghambat upaya untuk menelusuri sejarah evolusioner binatang tersebut.

Ngeri, Asteroid Besar Meledak di Atas Ibu Kota

Studi baru menunjukkan, tiga garis keturunan utama kodok modern, muncul hampir bersamaan.

Diversifikasi spesies yang mengesankan ini tampaknya terjadi pada serangan asteroid, di sebuah lokasi yang sekarang di tepi Semenanjung Yucatan, Meksiko.

Geger Patung Hewan 15 Meter Bikin Tetangga Takut Gegara Mulutnya Menganga

Pada 66 juta tahun lalu, serangan asteroid yang melepaskan energi satu miliar kali lebih daripada bom atom, melenyapkan tiga perempat dari seluruh kehidupan di Bumi pada saat itu. Serangan asteroid itu malah menjadi momen bagi meningkatnya keanekaragaman katak. 

Untuk sampai pada kesimpulan tersebut, tim ilmuwan mengambil sampel satu set inti dari 95 gen DNA 156 spesies kodok.

Mereka kemudian menggabungkan data ini dengan informasi genetik dari 145 spesies tambahan untuk menghasilkan 'pohon keluarga' katak yang terperinci, yang didasarkan pada hubungan genetik mereka.

Tim ilmuwan juga menggunakan data fosil kodok untuk landasan bagi data genetik. Dari situ ilmuwan bisa menambahkan garis waktu pada pohon keluarga katak. 

Tiga kelompok katak terbesar, yaitu hyloidea, mikrohididae dan natatanura, semuanya terlacak berasal dari peristiwa 66 juta tahun yang lalu.

"Tidak ada yang melihat hasil ini sebelumnya," kata salah satu peneliti studi, Peng Zhang dari Universitas Sun Yat-Sen, Guangzhou, China.

Zhang menuturkan, tim kembali menganalisis dengan menggunakan pengaturan parameter yang berbeda, namun hasilnya tetap sama. 

"Saya menyadari sinyalnya sangat kuat dalam data kami, yang saya lihat tidak mungkin menjadi hal yang salah," kata Zhang.

Sementara tim peneliti lain Florida Museum of Natural History, David Blackburn mengatakan katak telah ada selama lebih dari 200 juta tahun. 

Kecepatan pertumbuhan ragam katak terdiversifikasi setelah hantaman asteroid tersebut menunjukkan, katak yang selamat dari serangan itu kemungkinan mengisi relung ekologi baru.

Blackburn menuturkan, setelah peristiwa itu menghancurkan sebagian besar vegetasi di Bumi. Tapi saat hutan mulai pulih setelah kejadian, katak tampaknya merupakan salah satu kelompok yang memanfaatkan habitat baru.

Ilmuwan menunjukkan, tidak ada garis keturunan katak yang berasal sebelum kepunahan dan bertahan melalui dampak asteroid.

"Semua asal-usul pohon katak itu (misalnya hyloids atau natatanurans) mengikuti kepunahan," tulis para penulis dalam paper mereka di jurnal PNAS. 

Temuan ini mendukung hipotesis kepunahan massal yang akhirnya membentuk keragaman kodok saat ini.

Studi ini juga menunjukkan distribusi katak global terlacak pada pemusnahan super benua, dimulai dengan Pangea sekitar 200 juta tahun yang lalu dan kemudian Gondwana, yang terbelah menjadi Amerika Selatan dan Afrika. (ase)

Laporan: Samsuri

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya