Jepang Teratas Diserang Virus Trojan, Bagaimana Indonesia?

Direktur System Engineering Symantec Malaysia dan Indonesia, David Rajoo.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lazuardhi Utama

VIVA.co.id – Perusahaan antivirus, Symantec, melansir bahwa Indonesia berada di posisi lima besar dunia sebagai negara dengan jumlah komputer yang disusupi virus Trojan finansial yang menyerang perbankan secara online.

Perbankan di Indonesia Harus Waspada Teror Coyote

Menurut Director of System Engineering Symantec untuk Malaysia dan Indonesia, David Rajoo, secara persentase, 4,78 persen komputer Indonesia terkena virus jahat di tahun lalu. Meski di urutan kelima, namun persentasenya turun dari periode yang sama pada 2015 (year on year/yoy) yang mencapai 6,31 persen.

“Virus Trojan telah menginfeksi sistem keamanan perbankan global pada tahun 2016. Mereka melakukan serangan sporadis, dan Indonesia, di antara bidikan mereka,” kata David, di Jakarta, Rabu, 19 Juli 2017.

Zanubis, Trojan Android yang Mencuri Data Finansial dan Kripto

Ia melanjutkan, untuk posisi teratas ditempati Jepang, yang secara persentase mengalami lonjakan serangan Trojan finansial, dari sebelumnya 3,21 persen pada 2015 menjadi 36,69 persen di tahun lalu.

David mengaku heran mengapa Jepang menjadi sasaran utama para pelaku kejahatan siber. Menurutnya, sepanjang 2016 sebanyak 20 bank di negeri Matahari Terbit diserang secara bersamaan oleh dua jenis virus Trojan.

Trojan Jenis Baru Ditemukan Bersarang di Google Play Store

“Serangan yang menjadi pusat perhatian terjadi pada semester II 2016, di mana Trojan.Bebloh dan Trojan.Snifula menyerang 20 bank di Jepang. Keduanya menyebar bersamaan melalui email spam dengan lampiran ekstensi ganda yang menyamar sebagai dokumen-dokumen hasil pemindaian (scan),” paparnya.

Tiga jenis malware yang menguasai ranah ancaman finansial di tahun lalu, yaitu Ramnit, Bebloh (Trojan.Bebloh), dan Zeus (Trojan.Zbot), di mana ketiganya bertanggung jawab atas 86 persen serangan terhadap sistem keamanan perbankan global.

Trojan finansial menyerang perbankan online hingga serangan terhadap ATM, mesin kasir/point of sale (POS) dan transaksi menipu antarbank. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya