Hapus Konten Ekstremis, Youtube Gunakan Machine Learning

Menonton YouTube sambil bermain gawai (gadget).
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA.co.id – Situs web berbagi video, Youtube, menggunakan kombinasi teknologi baru dan peningkatan pengawasan oleh manusia untuk memerangi konten ekstremisme dan terorisme. 

Sang Anak Minta Transfer Uang ke Jemaat, Sumber Penghasil Pendeta Gilbert Jadi Sorotan

Youtube menggunakan teknologi pembelajaran mutakhir (machine learning) untuk mengidentifikasi dan menghapus lebih dari 75 persen konten negatif, sebelum pengguna berkesempatan menemukannya.

Situs video milik Google ini telah memperluas upayanya untuk memblokir video yang mengekspos mitologi merekrut ekstremis saat pengguna mencari kata kunci spesifik di mesin pencari (searching) Youtube.

Mensos Risma Berikan Pesan ke Konten Kreator: Tidak Usah Takut untuk Melangkah!

Senior Vice President Google, Kent Walker mengatakan, pihaknya terus berusaha menutup konten negatif sekitar dua bulan setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May meminta Youtube mengambil sikap proaktif dalam menghapus propaganda ekstremis melalui dunia maya.

Hal ini diungkapkan setelah sebuah serangan teroris di London Bridge, Inggris, yang menewaskan delapan orang dan melukai 48 lainnya.

YouTube Luncurkan sebuah Serial Dokumenter 5 bagian berjudul “Seribu Kartini”

Kent mengungkapkan, keakuratan teknologi pembelajaran ini mampu menyeleksi dan menghapus lebih dari dua kali lipat jumlah video yang tampil di Youtube.

"Terorisme adalah serangan terhadap masyarakat terbuka, dan penanganan ancaman yang ditimbulkan oleh kekerasan dan kebencian merupakan tantangan penting bagi kita semua. Google dan Youtube berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi ini," katanya, seperti dikutip Sputniknews, Kamis, 3 Agustus 2017.

Kent melanjutkan bahwa pihaknya telah bekerjasama dengan pemerintah, penegak hukum dan kelompok masyarakat sipil untuk mengatasi masalah ekstremisme secara online. 

"Seharusnya, tidak ada tempat untuk konten teroris, apalagi di layanan kami," ungkap dia. Youtube juga memperkenalkan sebuah fitur dalam beberapa minggu mendatang yang menempatkan video dengan 'konten religius atau supremasi yang meradang' di 'negara terbatas' sebagai peringatan.

Video ini tidak akan memenuhi syarat untuk komentar dan dukungan atau dimonetisasi atau direkomendasikan.

Saat ini, Youtube telah bekerjasama dengan lebih dari 15 organisasi baru, antara lain No Hate Speech Movement, serta Institute for Strategic Dialogue and the Anti-Defamation League.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya