Menkominfo Rudiantara Ajak Masyarakat Bijak Sebarkan Berita

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara bersama Masyarakat Anti Fitnah Indonesia mendeklarasikan Gerakan Anti Hoax di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta, Minggu (8/1/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Afra Augesty

VIVA.co.id – Gerakan antihoax resmi dideklarasikan secara serentak di sejumlah wilayah Indonesia, Minggu, 8 Januari 2017. Langkah ini sebagai upaya untuk memerangi dan membersihkan media sosial dari informasi yang bersifat hoax, fitnah atau pun hasutan.

Tanggapi Berita Hoax, Depe: Setiap yang Viral, di Situ Ada Dewi Perssik!

"Banyak informasi hoax yang viral di media sosial, kemudian memicu keributan bahkan merembet menjadi kerusuhan fisik. Hal ini berpotensi mengganggu keamanan nasional," kata Ketua Masyarakat Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta.

Ia berharap, dengan aksi itu maka seluruh masyarakat akan peduli dan bersama-sama memerangi menyebarnya informasi hoax yang marak di media sosial.

Dikabarkan Meninggal Dunia, Gilang Dirga Tak Marah, Kenapa?

"Generasi milenial merupakan yang paling rentan terhadap bahaya hoax, sangat disayangkan kalau Indonesia yang harusnya bisa menikmati bonus demografi di 2030 justru diisi oleh orang-orang tidak cerdas dalam memanfaatkan media sosial," katanya.

Sejumlah langkah yang telah ditempuh kelompok ini, di antaranya merangkul pemimpin maupun tokoh-tokoh masyarakat untuk menjadi Duta Anti Hoax, penandatanganan Piagam Masyarakat Indonesia Anti Hoax, membentuk relawan dan deklarasi relawan di daerah-daerah.

Heboh, Warga Tasikmalaya Diterpa Berita Hoax Kiai Tewas Bersimbah Darah

Selain itu, masyarakat anti hoax ini juga menggandeng sejumlah komunitas berjejaring maupun lembaga pemerintah. Lembaga pemerintah tersebut misalnya Kepolisian Republik Indonesia dan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menegakkan hukum.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan lewat deklarasi bersama antihoax itu maka akan menuntun masyarakat agar lebih bijak lagi dalam menyebarkan berita.

Ke depan, Rudiantara berharap perlu proses edukasi berlanjut terhadap publik soal penggunaan media sosial.

"Kami akan lebih fokus kepada literasinya, bukan di hilir, bukan masalah blokir (situs hoax). Blokir itu (membuat) capek, tapi kita ke hulu. Istilahnya, kalau di hilir, kami menyembuhkan orang sakit. Tapi kalau di hulu, bagaimana kami membuat orang sehat," kata Rudi.

Semakin Masif
Di Surabaya Jawa Timur, deklarasi antihoax digelar di Jalan Raya Darmo. Aksi serupa ini mengusung Gerakan Turn Back Hoax dan difasilitasi oleh Komunitas Masyarakat Antifitnah Indonesia.

Rovien Ayunita, salah seorang anggota komunitas menyebutkan deklarasi itu memang dilakukan atas rasa prihatin mereka terhadap semakin maraknya berita bohong di internet. Menurutnya, informasi yang bermuatan kebohongan di dunia maya saat ini sudah sangat masif.

"Karena terlalu masif itulah akhirnya masyarakat pun menjadi bingung mana berita yang benar, dan mana berita yang bohong," katanya.

Karena itu, dengan adanya Gerakan Turn Back Hoax itu, Rovien berharap bisa menangkis semua berita bohong. Sehingga, penyebaran berita bohong bisa diminimalisir.

"Saya harapkan gerakan ini semakin masif, apalagi juga diadakan serentak di tujuh kota lainnya. Di antaranya Yogyakarta, Solo, Bandung, Semarang dan yang lainnya," ujar Rovien.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya