Pangeran Arab Saudi Yakin Bitcoin Bakal Bangkrut

Pangeran Saudi Alwaleed bin Talal
Sumber :
  • REUTERS/Ahmed Jadallah

VIVA – Pesimisme atas masa depan mata uang virtual terus bermunculan. Salah satu yang tak yakin dengan mata uang virtual seperti Bitcoin adalah Pangeran Arab Saudi, Alwaleed bin Talal. 

Nilai Aset Bitcoin Sentuh Rp 1 Miliar, Investor Diminta Lakukan Riset dengan Teliti

Miliuner dunia yang berinvestasi di Citigroup sampai Twitter itu menilai Bitcoin dan mata uang virtual lainnya berisiko, sebab sejauh ini tak diregulasi. Menurutnya dengan kondisi tersebut, mata uang virtual ke depan bakal menurun, bangkrut dan hancur.

Menurut Business Insider, Selasa 24 Oktober 2017, Alwaleed menyampaikan pesimisme itu, dan ada kemungkinan Bitcoin akan menciptakan kegagalan di masa depan seperti hancurnya perusahaan besar AS, Enron, karena memanipulasi keuangan perusahaan demi menarik kucuran investor.

Terpopuler: Ruko di Medan Tambang Bitcoin, Banggar Ultimatum APBN Bengkak untuk IKN

"Saya cuma tak yakin dengan Bitcoin. Saya pikir ini akan meledak pada suatu saat. Mata uang virtual ini adalah proses menjadi Enron," jelas Alwaleed dalam wawancara dengan CNBC awal pekan ini. 

Pangeran Saudi itu berpandangan, mata uang virtual punya kelemahan, tidak didukung oleh lembaga keuangan yang sudah mapan. 

Ruko di Medan Jadi Lokasi Tambang Bitcoin, Curi Listrik hingga Rp 14,4 Miliar

"Ini (mata uang virtual) tidak masuk akal. Itu tak diregulasi, dan tidak di bawah kendali Bank Sentral AS atau bank sentral lainnya," ujarnya. 

Investasi Lain

Alwaleed lebih memilih mengucurkan investasinya di bidang lain, misalnya ke produsen mobil listrik Tesla, dibanding investasi pada mata uang virtual. Dia menilai investasi pada perusahaan seperti Tesla, jelas lebih menarik dan rasional. 

Penolakan atas mata uang virtual sebelumnya sudah disampaikan oleh Direktur Manajer Dana Moneter Internasional atau IMF, Christine Legarde. 

Bos IMF itu juga menilai mata uang virtual terlalu berisiko, belum terukur dan abu-abu bagi regulator. Lagarde mengaku belum tertarik menggunakan mata uang virtual. Alasannya terlalu tinggi nilai mata uang virtual saat ini baginya. 

"Untuk saat ini seperti Bitcoin belum menimbulkan tantangan terhadap tatanan mata uang dan bank sentral yang sudah ada. Mengapa, karena terlalu berisiko, terlalu intensif. Energi dan teknologi dasarnya belum terukur, banyak yang abu-abu bagi regulator dan beberapa kasus telah diretas," jelaa Lagarde dalam tulisannya di laman IMF, yang dikutip Senin 9 Oktober 2017. (ren) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya