Intip Kecanggihan Drone Karya Mahasiswa ITB

Drone Folding Wing karya mahasiswa ITB.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Adi Suparman

VIVA – Pesawat tanpa awak karya mahasiswa Institut Teknologi Bandung diyakini mampu berkontribusi untuk kepentingan mitigasi ke pelosok-pelosok daerah yang sulit dijangkau. Bahkan, dengan pengembangan konsep penguatan energi dan 'all unit one control', drone ini dianggap mampu menjawab kebutuhan kedirgantaraan dalam negeri.

Jika Perang Dunia ke-3 Pecah, Benarkah akan Jadi Perang Akhir Zaman Jelang Kiamat?

Ketua tim Teknik Drone Folding Wing UAV, Nathan menjelaskan, dengan pengembangan tersebut, pesawat tersebut tidak hanya mampu mengarungi langit Jawa Barat yang notabene merupakan wilayah yang masih banyak sulit diakses. Sebab, jika pengembangan pesawat terintegrasi kuat dalam satu kontrol, pemantauan pesawat secara bersamaan, mampu menghimpun data lebih banyak.

"Tidak hanya sebatas Jawa Barat, tergantung kebutuhan nanti. Itu enaknya diluncurkan lebih dari satu. Kalau diluncurkan bareng, misalkan misi maping suatu lahan, terkoordinasi," ungkap Nathan di Bandung Jawa Barat, Kamis 2 November 2017.

Serang Israel, Uni Eropa Bakal Jatuhi Iran Sanksi

Bahkan, dengan sistem satu kontrol untuk lebih dari satu pesawat, akan memangkas waktu operasi. "Kalau biasanya satu unit memakan waktu satu jam, dibagi tiga, atau bahkan dibagi lebih banyak makin cepat," jelasnya.

Sedangkan untuk kebutuhan militer, Nathan mengatakan, timnya optimis karya tersebut mampu berkontribusi pada sektor quick respons. Sebab, dengan kerangka berukuran kecil dan perangkat sistem yang padat, mampu mengefisienkan waktu saat pengoperasian.

Pasukan AS di Irak dan Suriah Kena Bombardir Roket Selama 24 Jam

"Kalau sisi militer, itu butuh pesawat yang butuh cepat diluncurkan. Jadi kalau misalkan ada unit dari musuh datang ke kita, itu kan butuh Quick Respons. Nah unit ini bisa jadi penjawab masalah itu," katanya.

Sementara itu, Perancang Sistem Drone Folding Wing UAV, Tegar Satria mengatakan, pengembangan sistem daya tahan pesawat saat ini menjadi prioritas. 

"Memang kita harus meriset lagi gimana caranya mendapatkan energi yang lebih banyak. Karena kalau baterai untuk hampir segala jenis UAV di Indonesia mampu hingga 30 menit dan itu sudah bagus sekali," katanya.

Tegar menuturkan, target pengoperasian untuk mitigasi bencana dan kemiliteran konsekuensinya ada peralihan sumber energi. "Kalau kita ingin untuk misi banyak itu, pengembangan baterai itu lebih mengarah pada (energi) solar cell," terangnya.

Dia memastikan, pengembangan sistem kontrol saat ini gencar dijalankan. "Kalau yang sekarang, pembenahan dari segi sistem multi UAV yang mana satu kontrol itu dapat mengontrol lebih dari satu. Sekarang kita membuatnya (untuk) dua dulu untuk memastikan konsep relay ini bisa dilakukan," ujar Tegar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya