Nima Arkani-Hamed, Ilmuwan Muslim Penerus Einstein

Nima Arkani-Hamed, fisikawan berdarah Iran
Sumber :
  • www.pri.org/Carolyn Beeler

VIVA.co.id – Menunggang kuda, satu keluarga menuju perbatasan Iran dan Turki. Orang tua dan kedua anaknya menunggang kuda itu melarikan diri dari kejaran rezim Iran hasil Revolusi Islam 1979. 

Ilmuwan Ini Berhasil Ciptakan Koper Bertenaga Al, Permudah Tunanetra Navigasi Lingkungan

Kepala keluarga tersebut, Jafargholi ‘Jafar’ Arkani-Hamed membawa istri dan anaknya, salah satunya Nima Arkani-Hamed, menyusuri lembah di perbatasan itu untuk mencari selamat. 

Jafar, fisikawan asal Iran yang pernah bekerja untuk program Apollo yang menganalisis sifat fisik Bulan, memutuskan lari dari Iran setelah melawan rezim Ayatullah Khomeini. 

Begini Cara Realme Sukses Lawan Samsung, Apple dan Xiaomi

Ceritanya mundur pada 1979. Dikutip dari Quantamagazine, Kamis 15 Juni 2017, Saat itu Jafar dan keluarga memang tinggal di Amerika Serikat. Mendengar terjadi Revolusi di Iran, Jafar memutuskan kembali ke negerinya. Dia berharap jatuhnya Shah Iran bisa memberikan ruang kebebasan ekspresi dan peluang untuk mencurahkan ilmunya di negeri asalnya. 

Tapi dalam setahun, rezim baru Iran ternyata tak sesuai harapan Jafar. Ayatullah Khomeini menutup universitas tempat Jafar mengabdi di Iran. Dia kemudian pindah ke Universitas Sharif di Teheran. Sebagai perlawanan, Jafar memimpin surat terbuka bersama 14 rekannya untuk memprotes penutupan universitas itu. Langkah ini memang berisiko. Penandatangan surat terbuka itu diujung celaka. Semuanya masuk daftar hitam. Jafat mengatakan, penandatangan surat itu yang ditemukan dipenjara dan digantung. 

Lima Trik Bikin Wi-Fi di Rumah Makin Ngebut

Situasi tak aman, Jafar membawa lari keluarganya menyelundup ke perbatasan. Dengan membayar US$50 ribu hasil tabungannya, dia menyewa kuda untuk ke perbatasan. 

Di tengah pelarian itu, ujian datang. Karena pemilik kuda ada yang tak mendapatkan bayaran penuh, mereka akhirnya ditinggalkan di lembah.  

Saat mencari pertolongan, buah hati Jafar, Nima Arkani yang saat itu berusia 10 tahun diserang demam panas dan terlalu lemah berjalan. Jafat turun dari lembah mencari pertolongan, tiga jam berikutnya Jafar bertemu dengan sekelompok Kurdi nomaden, yang ternyata adalah oposisi Khomeini.

Pertolongan akhirnya datang, kelompok itu mengirimkan kuda. Jafar dan keluarganya akhirnya bisa keluar dari Iran. Setahun kemudian setelah melwati perbatasan itu, keluarga ini sudah sampai di Toronto, Kanada.

Teruskan Einstein

Nima dan keluarganya akhirnya menjalani kehidupan dan meniti pendidikan di kota di Kanada tersebut. Setelah menghabiskan sekolah menengah atas di Toronto, dan lalu kuliah strata 1 fisika di Universitas Toronto, Nima malah mendalami teori kuantum yang mendasari teori dawai. 

Teori dawai muncul pada 1980-an sebagai pendekatan memahami sejumlah hal yang belum terjawab oleh fisika konvensional, misalnya gravitasi yang lemah. Teori ini diharapkan menjadi “Teori Segala Sesuatu” yakni bahwa segala sesuatu terdiri dari untaian miliaran-miliaran dawai lebih kecil dari inti atom. Sayangnya, dawai-dawai ini sebegitu kecilnya, tak seperti inti atom yang mudah digambarkan, sehingga teori ini terkesan lebih filsafati daripada fisika. 

Belakangan teori dawai ini melambungkan namanya. 

Nima kemudian melanjutkan kuliahnya sampai mendapatkan gelar doktor dari University of California Berkeley pada 1997. Lulus, Nima kemudian menjadi asisten profesor dan associate professor di kampus yang sama sampai 2001. 

Nima menulis sebuah makalah berjudul Electroweak symmetry breaking from dimensional deconstruction yang kemudian menjadi makalahnya yang paling banyak dikutip, lebih dari 600 kali.

Simetri adalah konsep geometri, persamaan atau objek lainnya. Objek yang simetri akan sesuai prinsip dasar simetri, misalnya seperti pantulan benda di cermin datar. Sementara supersimetri adalah konsep simetri alamiah yang melibatkan dua dasar partikel elementer, boson dan fermion. 

Nima menemukan sekelompok teori lain yang memiliki bentuk simetri—bukan sebuah supersimetri. Tidak seperti supersimetri, yang mana pembatalan mengambil tempat antara partikel dari putaran dan statistik berbeda –dalam hal ini boson dan fermion— pembatalan yang ini terjadi antara boson dan boson.

Temuan ini, kata Nima, menghasilkan masalah baru yakni kelemahan gravitasi (weakness of gravity). Nima bersama mitranya di Berkeley, Savas Dimopoulos dan Gia Dvali, memunculkan hipotesis baru. Kelemahan gravitasi ini, kata mereka, karena terdapat ‘dimensi tambahan yang besar’ yang bisa sebesar satu milimeter. Nima berteori, dimensi bisa sampai tujuh, bukan empat seperti dalam fisika klasik. 

Dimensi-dimensi sebesar itu, kata mereka, bisa lolos dari deteksi karena segala yang kita tahu –kecuali gravitasi— ditetapkan dalam tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu. Dan gravitasi, mereka nyatakan, mungkin mampu menyelusup dalam dimensi-dimensi tambahan ini, sehingga membuat gravitasi terlihat lemah kepada kita. Sebagai hasilnya, perbedaan besaran gravitasi memungkinkan peneliti mendeteksi dimensi tersembunyi tersebut.

Berkat temuannya ini, nama Nima pun jadi terkenal di kalangan fisikawan dunia. Pada 2001, Nima pindah meneliti di Universitas Harvard bersama Andi Cohen dan Howard Georgi. Mereka mengonstruksi model dimensi tambahan (nongravitasional) dihasilkan secara dinamis dari model empat dimensi. Nima telah mengajukan teori fisika baru ini untuk dites di laboratorium raksasa Large Hadron Collider di CERN, Swiss.

Sejak di Harvard, Nima pun muncul di televisi dan sejumlah seminar. Pada 2003 dia mendapatkan Gribov Medal dari Masyarakat Fisika Eropa, dan tahun 2005, dia meraih ‘Phi Beta Kappa’ sebuah penghormatan prestisius dari Universitas Harvard karena mengajar dengan terpuji.

Pada 2008, Universitas Princeton ‘membajaknya’ dari Harvard untuk duduk di Institute of Advanced Studies, sebuah posisi yang pernah ditempati Albert Einstein. Pada tahun itu juga, Arkani-Hamed memenangi Raymond and Beverly Sackler Prize di Universitas Tel Aviv sebagai ilmuwan muda yang memberikan kontribusi luar biasa dan mendasar di bidang Fisika.

Pada 2009, dia terpilih jadi salah satu anggota Akademi Ilmu Pengetahuan dan Seni Amerika. Terakhir, Juli 2012, dia mendapatkan Penghargaan Fisika Fundamental dari pengusaha internet Yuri Milner.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya