Bahasa Inggris Sebagai Daya Saing Sebuah Negara

Kemampuan Bahasa Inggris /English First
Sumber :

VIVAlife - Daya saing sebuah negara ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya, level pendidikan rata-rata, etos kerja, sumber daya alam, kekuatan ekonomi, budaya inovasi dan juga konsumsi domestik.

Pilgub Sumut 2024, Edy Rahmayadi Ambil Formulir Pendaftaran ke PDI Perjuangan

Kita menyaksikan bagaimana negara-negara dengan budaya inovasi tinggi seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Korea Selatan, negara-negara Skandinavia dan Eropa Barat selalu memainkan peran aktif di percaturan perekonomian dunia.

Di samping itu, kita juga menyaksikan bagaimana negara-negara dengan etos kerja yang tinggi seperti Singapore, Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan China juga selalu diperhitungkan dalam persaingan bisnis dunia.

Lika Liku Kehidupan Soesalit Djojoadhiningrat, Pasca Ibunda RA Kartini Meninggal Dunia

Di saat krisis, negara-negara dengan konsumsi domestik yang tinggi seperti China, Brazil, Indonesia, Rusia, India dan Amerika Serikat terlihat relatif lebih tahan guncangan, atau setidaknya memiliki kemampuan lebih cepat untuk bangkit.

Dari semua kriteria tersebut, konsumsi domestik adalah sesuatu yang sulit dikejar karena berhubungan dengan jumlah dan daya beli penduduk, sementara etos kerja selalu berhubungan dengan budaya dan mentalitas penduduk yang juga relatif tidak mudah dikejar.

Video Honda HR-V Parkir di Jalan Sempit, Bikin Macet dan Sulit Dilewati

Satu hal yang relatif lebih mudah diusahakan adalah tingkat pendidikan yang pada akhirnya juga berkontribusi terhadap kemampuan daya saing dan inovasi. Salah satu faktor yang membatasi kesempatan sebuah negara untuk mendapatkan pendidikan yang baik selain tingkat ekonomi adalah kemampuan berbahasa inggris yang baik.

Harus disadari, Indonesia masih kekurangan buku-buku akademis dan praktis yang baik yang bisa membantu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seseorang.

Kemampuan berbahasa Inggris yang kurang baik juga membatasi penduduk sebuah negara untuk bisa mengakses pendidikan yang baik yang disediakan secara gratis di berbagai negara melalui berbagai program beasiswa.

Lebih lanjut lagi, sebuah survey EPI (English Proficiency Index) yang dilakukan oleh EF, institusi pendidikan bahasa inggris terbesar di dunia yang dilakukan di 54 negara dan 5 benua terhadap lebih dari 1.7 juta orang, menemukan bahwa negara-negara yang masih bergelut dengan krisis adalah mereka yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris tidak terlalu baik.

Italia, Spanyol dan Portugal yang kini sedang kesulitan bergelut untuk keluar dari krisis adalah negara yang berada di peringkat terbawah dalam kemampuan berbahasa Inggris di Eropa. "Bahasa Inggris penting untuk inovasi dan daya saing," kata Michael Lu, Wakil Presiden Senior EF Education First.

"Penilaian EF ini seyogyanya menjadi acuan bagi negara-negara yang tertinggal dari negara tetangganya, karena laporan saat ini menunjukkan bahwa bahasa Inggris yang rendah terkait dengan kurangnya perdagangan, kurangnya inovasi dan pendapatan yang lebih rendah," tutupnya.

Setidaknya, kemampuan berbahasa Inggris yang baik membantu membuka akses dan kesempatan untuk berkomunikasi dan memuluskan kerjasama perdagangan dan kerjasama lintas bangsa. (WEBTORIAL)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya