Pengalaman Pandji Pragiwaksono Tampil Stand Up di Afrika

Pandji Pragiwaksono.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA.co.id – Sejak April 2016 hingga November 2016 lalu, Pandji Pragiwaksono, baru saja berkeliling lima benua, 23 kota. Tak lama lagi, dia pun akan merampungkan Stand Up Comedy World Tour Juru Bicara, di Jakarta pada 10 Desember 2016 mendatang.

Pekerja Seni: Aturan Tembakau di RPP Kesehatan Harus Dikaji Ulang

Sejumlah negara yang dikunjunginya antara lain, Jepang, Amerika, Australia, Afrika Selatan, dan juga Inggris. Dari seluruh negara yang dikunjunginya selama Stand Up Comedy World Tour, menurutnya, momen saat dia tampil di Afrika ialah yang paling mengesankan.

Dia mengatakan, bahwa sebelumnya ia tidak pernah membayangkan untuk berkunjung ke afrika. Terlebih, dia tidak hanya berkunjung, melainkan tampil dengan membawakan sejumlah materi Stand Up Comedy.

Perjalanan Karier Babe Cabita dari Juara SUCI 3 hingga Bisnis Kuliner

"Pertama enggak kebayang bisa ke Afrika, itu tidak pernah kebayang, tapi waktu itu kita ngotot pengen ke benua itu, akhirnya kami ke sana, dan kerja sama dengan KBRI (Kedutaan Besar Republik Indoesia)," kenangnya saat berkunjung ke kantor redaksi VIVA.co.id, kawasan Pulo Gadung, Jakarta, Senin, 5 Desember 2016.

"Mereka bilang, kalau di sini tuh orang Indonesia kumpul satu tahun cuma sekali, cuma hari Lebaran," ungkap Pandji lagi.

Profil Babe Cabita, Meninggal Dunia karena Anemia Aplastik di Uisa 34 Tahun

Meski demikian, hal itu tidak menghentikan langkahnya untuk tetap tampil di Benua Hitam itu. Bekerjsama dengan KBRI Afrika, akhirnya Pandji berhasil mengumpulkan kurang lebih 100 orang yang mayoritas orang Indonesia, serta beberapa warga lokal Afrika Selatan.

"Mereka datang dari Johanesburg, dari Pretoria, dari Madagascar datang, semua kumpul di satu tempat dan itu juga cuma satu tempat, itu juga cuma 100-an. Tapi begitu menantang, karena pak dubesnya juga senang banget," kata Pandji.

Tak hanya itu, ia pun sempat bersafari untuk keliling Afrika Selatan, dan berkunjung ke beberapa museum terkenal di Afrika Selatan. Hal lain yang membuatnya menarik ialah ketika ia melakukan solat Idul Fitri di sana.

"Afrika Selatan itu ternyata sama dengan Australia iklimnya subtropis, dingin banget, jadi pas lagi solat itu dingin banget jadi pake coat, tapi itu jadi pengalaman yang sangat berkesan," ungkap dia.

Lebih jauh, Pandji juga mengatakan bahwa sambutan serta respon dari para penonton selama turnya juga luar biasa. Meski di beberapa negara ada sejumlah warga negara lokal yang ikut menonton pertunjukannya, semua bisa merasa terhibur, dan tema yang dibawakannya berhasil.

"Kebetulan isu yang dibahas di juru bicara itu dirasakan oleh semua negara, HAM, radikalisme, konservasi alam, rating, itu yang dibahas semua negara. Di seluruh dunia orang bisa merasakan hal yang sama, radikalisme sih yang paling berasa," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya