- VIVA.co.id/Lynda Hasibuan
VIVA.co.id – Kain batik merupakan sebuah kerajinan yang bernilai tinggi. Warisan budaya ini ternyata memiliki filosofi di balik setiap motifnya.
Batik yang dulu dan sekarang, tentu mengalami perubahan yang signifikan. Menurut Nita Kenzo, Ketua Yayasan Batik Indonesia mengatakan bahwa batik sebenarnya memiliki nilai budaya terkait tradisi.
Nilai budaya yang dimaksud seperti keragaman motif, asal muasal, teknik membatik dan prosesnya. Batik tak hanya sekedar dilihat saja tetapi merupakan jiwa bagi si perajin tersebut.
"Perlu diketahui batik itu bukan hanya sekedar kain yang diproses dengan malam saja. Namun, di sisi lain, batik juga memiliki nilai budaya, yakni dari keragaman motif, asal muasal, teknik batikan dan prosesnya," ujar Nita kepada VIVA.co.id.
Dia menuturkan, batik juga harus dipahami, dihayati, dan dipanuti. Untuk itu, nilai-nilai luhur dari batik janganlah dilupakan bahkan perlu ditanamkan kepada generasi muda.
Di sisi lain, Nita pun berharap, agar edukasi terkait batik bisa dimasukkan ke dalam kurikulum Pendidikan. Ini untuk memberi pemahaman kepada anak-anak tentang setiap filosofi yang dikandungnya.
"Saya berharap, semoga pemerintah memasukkan materi tentang batik dan wastra Nusantara ke dalam kurikulum Pendidikan. Ini bukan saja terkait dengan proses dan teknik semata, melainkan juga pemahaman tentang filosofi yang dikandungnya," ucap dia.
Kendati banyaknya akulturasi dari beberapa budaya namun inilah yang menjadi daya tarik batik. Sebab, batik telah mengajarkan keterbukaan dan kemampuan memadukan kebudayaan.
Hal itu dapat dilihat dari batik Pesisir utara Jawa yang ragam motifnya menggambarkan indahnya perpaduan motif lokal dengan motif luar Indonesia, seperti buketan yang berasal dari Eropa. (asp)
