Redakan Nyeri Haid dengan Permen dari Rumput Liar Ini

Sielviana Sholikah dan Natasha Salsabella, siswa SMK Sragen, Jawa Tengah, menemukan permen pereda nyeri haid berbahan baku rumput liar.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id - Dua siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Sragen, Jawa Tengah, mengubah rumput teki alias rumput liar menjadi permen pereda nyeri haid. Keduanya adalah Sielviana Sholikah (17 tahun) dan Natasha Salsabella (17 tahun).

Gara-gara Rumput, Pria di Lombok Tewas Ditebas Parang

Menurut Sielviana dan Natasha, siswa kelas XI SMK Citra Medika, Sragen, ide membuat permen pereda nyeri haid dari rumput teki berawal dari peristiwa sederhana.

"Kita kerap melihat teman-teman perempuan di kelas yang mengalami sakit perut karena nyeri datang bulan. Akhirnya kita mikir untuk bisa membuat obatnya dari bahan-bahan alami," kaya Natasha kepada VIVA.co.id di sela acara Diseminasi Hasil Kreasi dan Inovasi Masyarakat di Semarang pada Rabu, 25 Mei 2016.

Kelakukan Warga RI, Mobil Impor Dipakai Angkut Rumput

Keduanya mendapatkan bahan ide dari pelajaran Farmakognosi tentang obat dari tumbuhan. Mereka mendapati bahwa tumbuhan liar bernama rumput teki ternyata memiliki kandungan ampuh meredakan nyeri, terutama untuk wanita haid.

"Akhirnya muncul ide buat permen dari rumput teki ini. Biasanya rumput teki dianggap tidak berguna dan untuk makan ternak. Tapi kita bisa olah jadi obat permen dan memiliki nilai ekonomis," ujar Sielviana.

Awas Bahaya, Jangan Pernah Menginjak Rumput Sembarangan

Kandungan rumput teki, kata Natasha, sebenarnya memiliki khasiat pereda nyeri haid, seperti flavonoid, yang merupakan zat penghambat siklooksigenase, sehingga dapat menurunkan sel radang nyeri.

"Kenapa kita buat permen? Karena permen mudah dikonsumsi secara langsung tanpa menggunakan air seperti obat-obat lain. Apalagi obat ini alami tanpa bahan pengawet," kata Natasha.

Komposisi

Untuk membuat permen rumput teki itu pun cukup mudah. Bahan yang dipakai adalah umbi kecil rumput teki yang dikupas dan dicuci hingga bersih. Ambil 50 gram umbi itu lalu diblender dengan air sebanyak 20 mililiter. Selanjutnya cairan itu dimasak beberapa menit dengan tambahan gula pasir 100 gram.

Biasanya untuk 20 mililiter ekstrak rumput teki yang telah diblender akan menghasilkan sebanyak 10 permen siap konsumsi. "Untuk rasa permen, bisa juga ditambah variasi rasa sesuai selera. Setelah itu cairan dicetak sesuai bentuk dan selera. Setelah mengeras, permen lalu dikemas," kata gadis berjibab itu.

Riset permen dari rumput teki itu pun cukup singkat. Keduanya hanya butuh modal Rp50 ribu untuk membeli gula, pewarna makanan, dan kemasan. Sedangkan rumput teki bisa didapat secara gratis di kebun, hutan maupun pekarangan rumah dan sekolah.

Diproduksi massal

Meski temuan itu baru dikonsumsi di internal sekolah, Sielviana dan Natasha berharap suatu saat permen obat dari rumput teki bisa diproduksi massal. Temuan obat itu masih dalam proses perizinan di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Jawa Tengah.

Kreasi dua siswi itu masih dilombakan dalam ajang Kreasi dan Inovasi Masyakat yang digagas Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Jawa Tengah.

"Secara bertahap sudah kita jual untuk kalangan sendiri. Harganya Rp500 satu bijinya. Tapi kalau satu kemasan Rp3 ribu," ujar Sielviana.

Kepala Balitbang Jateng, Tegoeh Wynarno Haroeno,  mengapresiasi temuan dua siswi SMK di Sragen itu. Menurutnya, selama ini rumput teki belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, padahal rumput liar itu memiliki manfaat beragam, salah satunya yang ditemukan para siswa itu.

"Selain itu rumput teki juga memiliki nilai jual untuk menumbuhkan ekonomi masyarakar. Tugas pemerintah, dalam hal ini Balitbang, akan fasilitasi hasil kreator dan inovator ini. Tujuannya agar bisa bersaing secara luas," kata Tegoeh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya