Anhedonia, Penyebab Orang Tak Bisa Nikmati Musik

Mendengarkan musik lewat earphone.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Banyak orang menganggap musik menjadi salah satu kenikmatan terbesar dalam hidup. Tapi tidak dengan sebagian lainnya.  

Jennie BLACKPINK Difollow Camila Cabello, Bakal Kolaborasi?

Ketidakmampuan untuk mendapatkan kesenangan dari musik ini dapat berasal dari kondisi neurologis yang nyata dikenal sebagai anhedonia musik. Orang dengan anhedonia musik tidak akan menunjukkan emosi apapun saat mendengarkan musik

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal National Academy of Sciences, menunjukkan bahwa kondisi tersebut terjadi akibat perbedaan cara pengolahan pada pusat otak yang terhubung ke pendengaran. Seseorang dengan kondisi anhedonia pada musik menunjukkan rendahnya koneksi dan interaksi antara dua bagian otak tersebut.

Bersama Mone Band, Mario G Klau Hadirkan Pemain Lama

Seseorang dengan anhedonia musik dapat mendengarkan sebuah lagu yang sangat emosional dan tidak merasakan apa-apa sama sekali.

"Orang dengan anhedonia musik akan berkata, 'Tidak, musik tidak mempengaruhi emosi,' dan 'Tidak, saya tidak pernah benar-benar ingin menari ketika saya mendengar musik,'" kata Dr. Robert Zatorre, seorang ahli saraf di Universitas McGill dan salah satu penulis studi tersebut, seperti dilansir The Huffington Post.

Hijrahnya Vokalis J-Rocks: Makna di Balik Nama Baru dan Kedekatannya dengan Tuhan

Zatorre dan timnya mengidentifikasi anhedonia musik dalam sebuah studi di tahun 2014, penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa orang tidak bisa mendapatkan kesenangan dari musik walaupun memiliki kemampuan yang normal untuk menikmati hal-hal menyenangkan lainnya.

Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa perasaan 'hambar' terhadap musik tersebut bukanlah keinginan pribadi melainkan terjadi dengan sendirinya. Peneliti juga mengidentifikasi perbedaan fisiologis dasar antara orang dengan anhedonia musik dan orang-orang yang senang mendengarkan lagu-lagu.

Meskipun anhedonia musik sangat nyata, Zatorre mencatat bahwa kondisi tidak harus pathologized atau tidak dilihat sebagai semacam penyakit mental.

"Ini bukanlah gangguan kejiwaan, karena itu saya mencoba untuk berhati-hati untuk tidak menyebutnya gangguan," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya