Tidur Terlalu Lama Picu Demensia

Ilustrasi tidur.
Sumber :
  • pixabay/unsplash

VIVA.co.id – Tidur merupakan aktivitas yang baik untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hidup. Namun, harus diwaspadai jika tidur yang terlalu lama, bisa berisiko pada demensia.

Terminal Lucidity, Fenomena Seseorang Mendadak Sehat Sebelum Maut Menjemput

Fakta tersebut dibuktikan lewat studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Neurology. Diungkapkan bahwa merek yang konsisten tidur dalam waktu lebih dari 9 jam, memiliki volume otak lebih kecil akibat penurunan fungsi otak, sehingga memicu munculnya demensia.

Pada penelitian yang sama juga dikatakan bahwa durasi tidur juga memiliki keterkaitan dengan terjadinya penyakit neurodegenerasi yaitu penyakit yang menyerang sel otak dan sumsum tulang belakang yang mematikan sel.

Sadis, Pegulat WWE Chris Benoit Bunuh Anak dan Istri Lalu Gantung Diri

Seperti dilansir dari laman Medical Daily, yang mengejutkan dari penelitian ini adalah faktor penyebab yang cukup berperan adalah usia dan derajat pendidikan seseorang.

Kelompok usia lanjut, yang rutin tidur malam lebih dari sembilan jam, berisiko mengidap demensia dua kali lipat. Kemudian, pada kelompok yang tidak menjalani pendidikan tingkat atas dan tidur dalam waktu di atas sembilan jam secara rutin, berisiko demensia enam kali lebih banyak.

Dipengaruhi Hipertensi, Gimana Cara Cegah Demensia di Usia Senja?

"Studì ini mengobservasi kaitan antara durasi tidur pada kelompok usia tertentu dan riwayat pendidikan yang rendah," tulis peneliti.

Kaitan antara durasi tidur yang lama dengan perkembangan demensia, diyakini berasal dari reaksi tubuh yang mencoba menghilangkan amiloid (zat protein) pada otak, sebagai proses sistem tubuh menangani kelebihan tidur itu. Studi ini dapat membantu dokter untuk mendiagnosa penyakit neurodegeneratif sebelum bertambah buruk.

WHO mencatat sebanyak 47,5 juta orang mengidap demensia dan terdapat 7,7 juta kasus barunya setiap tahun. Penyakit alzheimer menjadi jenis demensia yang paling sering terjadi, yang berkontribusi sebanyak 60-70 persen kasus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya