Kelambu Pelindung Serangan Malaria di NTT

Ilustrasi nyamuk malaria.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga kini belum bisa lepas dari masalah endemik malaria. Stigma ini masih terus menempel pada NTT. Masalah kesehatan yang harus dihadapi wilayah ini juga tidak berhenti sampai di situ saja.

Nyamuk Anopheles, Penyebar Malaria di Cuaca Panas

Banyak penyebabnya, mulai dari perubahan iklim yang ekstrem yang berpotensi gagal panen sehingga menyebabkan kekurangan gizi, hingga budaya panggang api pada ibu yang baru melahirkan.

Dalam usahanya untuk terus berbenah mewujudkan Indonesia Sehat, pemerintah bekerjasama dengan berbagai sektor demi mewujudkan mimpi Nawa Cita yang ditetapkan Presiden RI Joko Widodo.

6 Fakta Nyamuk Anopheles, Penyebab Penyakit Malaria yang Mematikan

Mulai dari adanya rumah tunggu melahirkan yang bertujuan untuk mempermudah calon ibu yang memiliki rumah jauh dari akses kesehatan hingga rumah tunggu ini bisa dimanfaatkan untuk menunggu, hingga pemberian kelambu berinsektisida. Salah satunya adalah Silawan, sebuah desa di Kabupaten Belu, tepat di wilayah perbatasan dengan Timor Leste.

Cara mengendalikan malaria tidak mengigit manusia dengan menggunakan kelambu sewaktu tidur. Untuk melihat efektifitas penggunaan kelambu, telah dilakukan survei penggunaan kelambu di rumah kepala desa Silawan, Ferdinandus Mones Bili.

CDC Issues Malaria Outbreak Warning in Florida and Texas

Menurut Kades, masyarakat sudah sangat antusias menggunakan kelambu. Selama ini sudah mendapat kelambu pada tahun 2014. Termasuk Kepala Desa sendiri.

Dari informasi yang didapat, kelambu yang digunakan harus kelambu yang mengandung insektisida, dan harus dipakai sejak pukul 6 sore sampai 6 pagi. Kalau ada sobek harus dijahit, kalau kotor harus dicuci tanpa sabun dan menjemur hanya kena angin angin tidak boleh terkena matahari, karena akan mengurangi tingkat efektifitasnya.

"Puskesmas sendiri membagi kelambu setiap tiga tahun sekali. Masyarakat Silawan sebanyak 900 KK (Kepala Keluarga) sudah mendapat kelambu gratis dari pemerintah. Tidak membedakan kaya dan miskin, semua mendapat kelambu berinsektisida", ujar Agusto.

Prioritas utama masyarakat yang mendapat kelambu adalah wanita dan ibu  hamil. Mereka juga mendapat tablet Fe dan skrining ibu hamil, termasuk sekrening malaria dengan cara memeriksa darah malaria di laboratorium.

"Selama 2016 ini sudah terjadi enam kasus sakit malaria dan sembuh. Sedangkan awal 2017 sudah terjadi tiga kasus juga dapat disembuhkan. Kemungkinan terkena gigitan nyamuk pada saat keluar malam karena mereka mata pencahariannya nelayan," kata Agusto.

Masih tingginya angka akibat gigitan nyamuk Malaria di wilayah ini menjadi perhatian sendiri baik bagi masyarakat, pemerintah dan semua pihak yang bertanggung jawab terhadap penanggulangan malaria, termasuk TNI penjaga perbatasan.

"Memberikan perhatian pada masyarakat terutama di perbatasan, yang mungkin tidak bisa dilakukan Pemda atau Dinkes. Sehingga manfaatkan keberadaan kami sebagai perpanjangan tangan (Pemda dan Dinkes) untuk bisa melihat masyarakat kita yang bisa dikatakan kurang diperhatikan di bidang kesehatan," kata Komandan Batalyon, Letkol Vino Yudha, Rider 712 Wiratama, yang bertugas menjaga perbatasan Timor Leste dengan Indonesia, yang ditemui di Belu, Atambua, 4 Mei 2017.

TNI penjaga perbatasan Silawan ternyata juga mendapat pelatihan serba bisa, mulai dari masalah kesehatan, keamanan, pendidikan, termasuk pengendalian penyakit malaria di perbatasan. Mereka bersatu padu melawan malaria mencapai target eliminasi malaria.

Tingginya angka Malaria di NTT juga diakui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, Theresia M. B. Saik, SKM, M.Kes. "Penyakit menular juga banyak, masih ada penyakit TB, HIV, Pneumonia, termasuk malaria. Malaria angka yang Dr tahun ke tahun tejadi, walau sudah dilakukan banyak upaya."

Sebagaimana diketahui, NTT merupakan provinsi urutan ke 4 tertinggi kasus malaria setelah Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan NTT, seperti dinyatakan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, dr. Oscar Primadi, MPH saat memberikan sambutan di rumah kades Silawan.

"Suatu saat Silawan dan khususnya NTT akan segera terbebas dari penyakit malaria, setelah masyarakat dan semua pihak berusaha menghilangkan tempat berkembang biak nyamuk anopeles dengan berbagai inovasinya", harap Oscar.

Obat Malaria

Karena malaria masih jadi endemik, daerah Nusa Tenggara Timur terus menjadi sorotan pemerintah, baik pusat ataupun daerah. Beberapa instansi bekerjasama untuk bisa menyelesaikan masalah kesehatan di daerah yang berbatasan dengan Timor Leste ini.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi hal ini. Mulai dari pencegahan, pertolongan pertama, hingga mengenali Gejala atau tanda-tanda malaria.

"Mereka menanam tanaman yang mengusir nyamuk. Lavender bisa tumbuh di sana. Kita Harapkan Pemda dari Desa, kecamatan dan Kabupaten dilibatkan, karena sesungguhnya malaria sudah kita musnahkan tapi tidak serentak. Data terakhir turun, Angka API Index di beberapa Kabupaten mendekati satu atau dua, tapi kita harapkan satu," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dr. Kornelis Kodi Mete, Nusa Tenggara Timur.

Menurutnya, kesulitan yang dihadapi hingga masalah malaria di daerah NTT tak juga kunjung habis karena manusianya itu sendiri yang tidak disiplin mengonsumsi obat. Menghentikan konsumsi obat begitu badan tidak lagi terasa panas, sehingga ketika diminum lagi obat tersebut menjadi resisten. Karena itu, ada obat baru yang dikenalkan selain Klorokuin.

"Dulu menggunakan Klorokuin, sekarang tidak lagi karena resisten. Sehingga menggunakan pengganti itu. Kita Menggunakan D- artepp ini efektif kalau minum sesuai protap (prosedur tetap),"papar Sipri.M, Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Logistik, di Belu, NTT.

"Minum (selama) tiga hari, sehari sekali, ada sembilan dalam satu bungkus. Kalau tidak patuh protap sebabkan resistensi dan tingkat kekambuhan paling tinggi," ujarnya menambahkan.

Dan lagi menurutnya, meskipun daerah ini ada di ujung Tenggara Indonesia, pengiriman obat dari pusat selalu lancar, terlebih di zaman yang serba modern. Jika dulu permintaan obat harus menggunakan surat yang memakan waktu cukup lama, sekarang hal itu bisa dipersingkat. Hanya perlu meminta beberapa bulan sebelum stok habis, mengingat obat ini adalah obat subsidi.

Meski masih berlabel sebagai Daerah endemik Malaria, dengan catatan 10,6 persen per mil pada tahun 2016, setiap orang yang berkunjung ke daerah NTT terutama di daerah endemik tidak perlu provilaksis.

Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk mempercepat eliminasi antara lain, temukan pasien sedini mungkin, pengobatan, pemberian kelambu supaya orang tidur di kelambu.

"Di sini punya mikroskop, analis, lengkap. Penekanannya sekarang ke manusianya, kompetensi tenaga kesehatan dan orangnya," ujarnya menutup.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya