Biaya Kasus Obesitas Indonesia Termahal se-Asia Tenggara

Orang yang mengalami kegemukan atau obesitas.
Sumber :
  • Pixabay/ cocoparisienne

VIVA.co.id – Banyak penyakit yang bisa timbul karena obesitas. Tak heran jika biaya penanganan kasus obesitas di Indonesia terbilang tinggi. Faktanya, Indonesia menghabiskan biaya obesitas tertinggi di Asia Tenggara, yaitu sebesar US$2 miliar hingga US$4 miliar (Rp26,5 triliun hingga Rp53,1 triliun) pada tahun 2016.

7 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula untuk Kesehatan, Bisa Turunkan Obesitas

Demikian ungkap laporan dari Asia Roundtable on Food Innovation for Improved Nutrition (ARoFIIN), sebuah kemitraan publik-swasta yang didirikan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan obesitas, malnutrisi dan penyakit tidak menular (NCDs).

Laporan yang disusun oleh ARoFIIN dan diterbitkan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) ini merupakan laporan pertama untuk melakukan analisis lebih rinci mengenai dampak ekonomi dari masalah obesitas di negara-negara yang tergabung dalam Associations of Southeast Asian Nation (ASEAN). Demikian menurut rilis yang diterima VIVA.co.id, Senin, 12 Juni 2017.

85 Persen Ibu Pilih Beri Susu Formula Ketimbang ASI, Ahli Ungkap Dampaknya

Dengan judul ‘Menangani obesitas di ASEAN secara umum, dampak, dan panduan dalam intervensi’, laporan tersebut mengharapkan adanya upaya bersama dari otoritas kesehatan untuk mengatasi masalah obesitas sehingga dapat menghindari kesulitan pada sistem layanan kesehatan.

"Meskipun Indonesia menempati posisi keempat tertinggi dalam masalah obesitas dan kelebihan berat badan pada umumnya, masing-masing 5,7 persen dan 24,5 persen di antara enam negara yang diteliti dalam laporan ini, namun Indonesia secara keseluruhan menghabiskan biaya obesitas tertinggi yaitu sebesar US$2 miliar hingga US$4 miliar pada tahun 2016, setara dengan 8 persen hingga 16 persen dari pengeluaran perawatan kesehatan nasional," ucap Bruno Kistner, Sekretaris ARoFIIN.

Sama-sama Atasi Obesitas, Apa Perbedaan Operasi Bariatrik dan Balon Lambung?

Angka ini diikuti oleh Malaysia dengan pengeluaran sebesar US$1 miliar sampai US$2 miliar (setara dengan 10 persen hingga 19 persen dari pengeluaran perawatan kesehatan nasional), dan Singapura dengan pengeluaran sebesar US$400 juta hingga US$1 miliar (setara dengan antara 3 persen sampai 10 persen dari pengeluaran kesehatan nasional).

"Biaya ini disebabkan oleh lonjakan penyakit tidak menular seperti diabetes tipe 2, kanker, penyakit kardiovaskular dan stroke, seiring dengan meningkatnya absensi dari pekerjaan yang timbul karena penyakit dan kesehatan yang buruk," kata dia.

Kurangi Tahun Produktif

Terlepas dari biaya, masalah terkait obesitas memiliki implikasi dampak yang luas. Berdasarkan laporan tersebut, obesitas mengurangi tahun produktif di antara individu yang mengalami obesitas di ASEAN dengan rata-rata antara empat dan sembilan tahun.

Karena kegemukan pada pria, Filipina bahkan mengalami penurunan tahun produktif karena obesitas yang paling signifikan yaitu mencapai delapan hingga 12 tahun. Diikuti oleh Malaysia yaitu enam hingga 11 tahun, dan Indonesia yaitu enam hingga 10 tahun.

Sementara itu, karena kegemukan pada wanita, penyakit terkait obesitas mengurangi usia produktif mencapai tiga hingga delapan tahun di Indonesia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya