- Pixabay/ wokandapix
VIVA.co.id – Sebuah video yang menampilkan aksi bullying terhadap anak autisme sempat viral baru-baru ini. Dalam video tersebut terlihat seorang anak yang diduga mengalami autisme diganggu oleh sejumlah temannya.
Anak itu terlihat ditarik tasnya, sementara teman yang lainnya mengolok-ngoloknya secara verbal. Menurut sebuah penelitian Interactive Autism Network Kennedy Krieger, tiga jenis bullying yang kerap menimpa anak dengan autisme ialah yang bersifat verbal atau bersifat psikologis.
"Diejek, atau diolok-olok 73 persen, Diabaikan atau ditinggalkan dengan sengaja 51 persen dan dipanggil dengan nama yang buruk 47 persen," demikian seperti dalam laporan penelitian tersebut, dilansir Senin 17 Juli 2017.
Tapi hampir sepertiga anak autis juga mengalami bullying fisik, seperti didorong, ditampar, dipukul, atau ditendang. Dan, yang lebih mengganggu lagi adalah kenyataan bahwa lebih dari separuh anak-anak autis yang disurvei diprovokasi untuk melawan.
"Sering anak-anak mencoba untuk membuatnya kesal karena mereka merasa lucu saat dia marah. Dan menangis. Dia terlalu emosional, dan sepertinya mendapat suntikan dari ini," kata seorang ibu, seperti dilansir dari Forbes.
Bullying paling menonjol terjadi di sekolah umum yakni 43 persen, di sekolah pendidikan khusus 30 persen, di sekolah swasta reguler 28 persen dan sekolah swasta pendidikan khusus 18 persen.
Dalam penelitian itu melihat bahwa sekitar 20 persen anak-anak dengan autisme diintimidasi. Menurut laporan tersebut, banyak dari anak-anak ini sebenarnya adalah pembully sekaligus korban. Anak-anak dengan autisme yang menggertak mungkin melakukannya tanpa disengaja.
Akhirnya pertanyaan yang muncul dalam laporan tersebut adalah apakah intimidasi dapat menyebabkan penderita autisme mengembangkan lebih banyak masalah kesehatan mental sebagai hasilnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa setiap anak yang diintimidasi memiliki risiko lebih besar untuk segala hal mulai dari sakit kepala dan sakit perut hingga kegelisahan, depresi, dan bunuh diri.