Keluarkan Batu Empedu Kini Tak Perlu Operasi Besar

Kasus batu empedu sering ditangani lewat operasi besar.
Sumber :
  • REUTERS / Michael Buholzer

VIVA.co.id – Batu empedu adalah batuan kecil yang berasal dari kolesterol, dan terbentuk di saluran empedu manusia. Pada hampir sebagian besar kasus, batu empedu ini tidak akan menimbulkan gejala apapun. Namun, terkadang  batu ini akan menyumbat bagian ujung empedu sehingga akan memicu rasa sakit mendadak yang cukup hebat. Nyeri ini disebut dengan nyeri kolik, dan dapat bertahan selama hitungan jam.

Tinggal Telan, Prosedur Balon Lambung Jadi Salah Satu Solusi Atasi Obesitas

Meski berbahaya, masalah batu empedu di area saluran cerna tubuh manusia seringkali disepelekan. Padahal, batu empedu yang didiamkan terlalu lama, berbahaya bagi kesehatan, bahkan memicu kanker saluran cerna.

Menurut spesialis penyakit dalam dari RSCM, Jakarta, Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD-KGEH, batu empedu memiliki kejadian yang cenderung meningkat di Indonesia. Sayangnya, kasus batu empedu sering ditangani lewat operasi besar.

Metode Terkini Kapsul Endoskopi, Bantu Diagnosis Penyakit dalam Usus Halus

"Alat Endoskopi standarnya memiliki kamera untuk bisa melihat saluran cerna atas dan bawah. Tapi, seringnya belum bisa mencapai area untuk melihat batu empedu, jadi pasien harus dilakukan pembedahan besar," ujar Ari, Senin 11 September 2017.

Dia mengungkapkan, alat canggih bernama endoskopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) dan Endoscopy Ultrasounds (EUS) sudah mulai hadir di Tanah Air untuk meminimalisir pembedahan pada pasien batu empedu. Bahkan, alat tersebut bisa menjangkau batu empedu untuk kemudian dikeluarkan, tanpa harus melalui proses operasi.

Tindakan Medis Baru Minim Risiko Bagi Penderita Obesitas dan Fatty Liver untuk Hidup Lebih Sehat

"ERCP dan EUS sudah mulai banyak di rumah sakit, dengan manfaat menjangkau batu empedu lebih jauh dan mengambilnya langsung tanpa operasi (tergantung lokasi batu). Sayangnya, untuk cara penggunaan alat ini, masih sedikit tim medis yang memahami cara pemakaiannya," ujar Ari.

Dengan risiko minim sayatan tersebut, Ari menekankan pentingnya latihan tekait alat baru ini untuk para tim medis. Terlebih, alat ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi hadirnya tumor pankreas.

"Dulu pasien tumor pankreas, dideteksi dengan ct scan dan harus dioperasi dulu untuk memastikan hadirnya tumor, kalau dengan alat ini bisa dengan biopsi saja. Untuk itu, kami kerjasama dengan pakar endoskopis di Jepang untuk memberi pelatihan selama 5 hari dengan para dokter di Tanah Air terkait alat ini," paparnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya