Kenali Kondisi Penyimpanan Sel Punca

Ilustrasi Peneliti Wanita
Sumber :
  • Pixabay/jesicajaew

VIVA – Stem sel atau sel punca, disinyalir bisa menjadi pengobatan alternatif yang lebih efektif pada beberapa penyakit. Meski begitu, stem sel tidak mudah untuk digunakan karena melalui prosedur penyimpanan yang cukup rumit.

Ada 3 Orang di Dunia yang Dinyatakan Sembuh dari HIV

Stem sel harus diberikan perawatan dan penyimpanan yang tepat agar mampu berkembang di dalam tubuh. Laboratorium pengembang stem sel harus memiliki fasilitas produksi yang sesuai standar.

"Laboratorium pengembang stem sel harus memiliki fasilitas produksi dengan nama Regenic. Ia yang berperan aktif di dalam menyediakan stem sel dengan standar CGMP (Current Good Manufacturing Practice) yang diakui BPOM dan Kemenkes agar tingkat keamanan dan kualitasnya terjaga," ujar Direktur PT Bifarma Adiluhung, dr. Sandy Qlintang, dalam penandatanganan MoU 3 Partit Pelayanan Berbasis Sel Punca, di IMERI, Jakarta, Jumat 10 November 2017.

Prof Deby Vinski Jadikan Indonesia Pusat Wisata Kesehatan, Kemajuan Stem Cell Makin Dilirik

Untuk menempatkan satu stem sel, lanjut Sandy, dibutuhkan wadah yang berbeda-beda. Hal ini menjadi syarat utama menyimpan stem sel untuk keamanan tiap individu.

"Kualifikasi penyimpanan stem sel itu berdiferensiasi, jadi tiap sel ditempatkan berbeda-beda, agar keamanan pasien terjamin. Serta, klinisi juga harus tahu stem sel apa yang akan diberikan dan kita bisa ambil dari lab yang sudah dipisahkan," papar Sandy.

Cara Jusuf Kalla Investasi Kesehatan untuk Cucu

Hal yang cukup berat juga, penyimpanan stem sel harus disesuaikan dengan standar CGMP. Yang artinya, setiap ada perubahan dari standar tersebut, harus segera dilakukan.

"CGMP artinya standar GMP terbaru. Kalau ada perubahan di dunia, semua harus langsung mengikuti dan renovasinya butuh Rp 3-5 miliar," jelasnya.

Perawatan dari stem sel juga sangat mahal dan berhati-hati. Tempat penyimpanannya tersebut harus memiliki kondisi listrik yang stabil dan terus diawasi.

"Listrik 24 jam enggak boleh mati, kita sedia genset yang nyala usai 5 detik mati lampu. Kalau listrik mati, bahaya kematian selnya. Sebulan itu, biaya perawatan tempatnya saja sudah 200 juta," pungkasnya.

Berbarengan dengan dilaksanakannya pertemuan ilmiah ke-2 dengan tema ‘Terobosan Baru Penatalaksanaan Sel Punca dengan Pengobatan Regeneratif’ di IMERI UI, kerjasama penyediaan laboratorium pengembangan stem sel didukung penuh oleh Ketua Sel Punca Nasional, dr. Ismail H.D. SpOT.

"Banyak pasien yang mau berobat stem sel ke luar negeri. Dengan kerjasma ini, pengembangan stem sel bisa membuat pasien tidak perlu jauh-jauh berobat ke luar negeri lagi. Tentunya, pengembangan stem sel di pihak swasta ini tetap di bawah pengawasan RSCM," ujar Ismail.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya