Makan Terlalu Cepat Tingkatkan Risiko Diabetes

Ilustrasi makan.
Sumber :
  • Pixabay/ rawpixel

VIVA – Sebuah penelitian mengungkap bahwa melahap makanan dengan sangat cepat bisa meningkatkan risiko mengalami obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

5 Cara Alami untuk Berhenti Merokok, Dukungan Sosial Jadi yang Terpenting

Penelitian tersebut menyebutkan, orang yang makan sangat cepat tidak memberi tubuh waktu untuk menyadari bahwa dia sudah kenyang. Artinya, dia akan cenderung untuk makan lebih banyak.

Jadi, makan dengan perlahan, meresapi setiap suapan dan tidak terburu-buru saat menyantap sepiring makanan, lebih baik bagi kesehatan secara menyeluruh.

Tips Berpuasa dengan Sehat dan Bugar di Bulan Suci Ramadhan

Sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 1.000 orang paruh baya ini menemukan bahwa mereka yang makan dengan cepat memiliki risiko 5,5 kali lebih tinggi terkena penyakit metabolik, dibanding mereka yang makan perlahan. Penyakit metabolik ini meliputi obesitas dan tekanan darah tinggi, gula darah, dan kolesterol.

"Makan lebih perlahan bisa menjadi hal yang penting dalam perubahan gaya hidup untuk membantu mencegah sindrom metabolik," ujar ahli kardiologi di Hiroshima University, Jepang, Dr. Takayuki Yamaji seperti dilansir dari laman Daily Mail, Rabu 15 November 2017.

1,9 Miliar Orang Diprediksi Alami Obesitas di 2035

Dalam penelitian yang berlangsung lebih dari lima tahun ini, para peneliti menemukan 11,6 persen orang yang makan cepat mengalami sindrom metabolik. Dibandingkan dengan mereka yang makan dengan kecepatan normal, hanya 6,5 persen dan mereka yang makan lebih lambat kemungkinannya 2,3 persen.

Makan dengan sangat cepat terkait dengan penambahan berat badan, glukosa darah yang lebih tinggi, dan lingkar pinggang yang melebar.

Yamaji juga mengatakan dalam pertemuan American Heart Association di California, Amerika Serikat bahwa makan dengan cepat bisa memicu makan berlebih. Dan, sindrom metabolik muncul saat seseorang memiliki beberapa faktor risiko yang terkait dengan diabetes dan penyakit jantung.

Faktor risiko itu meliputi obesitas abdominal, gula darah puasa tinggi, tekanan darah tinggi, trigliserida tinggi, dan kolesterol baik atau HDL yang rendah. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya