Bukan Lapar, Keinginan Makan Bisa Timbul karena Emosi

Ilustrasi jomblo.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Dorongan untuk menyantap makanan bisa timbul karena sedang emosi. Itu sebabnya, sebagian orang merasa kesulitan untuk mengendalikan nafsu makan, terutama pada situasi tertentu terkait kondisi psikologis. Kondisi psikologis seperti stres, marah, cemas, atau bahagia, bisa menjadi pemicu seseorang melahap apa saja, meski perut sudah penuh. Pola makan demikian disebut dengan perilaku makan emosional.

Meet Nicole Shanahan, VP Candidate of the United States

Seperti diungkapkan profesor nutrisi Susan B. Roberts, Ph.D., dari Pusat Laboratorium Metabolisme Jean Mayer di Tufts University, dilansir dari Huffington Post, Rabu, 6 Desember 2017, kebiasaan makan emosional terbentuk saat ada rangsangan yang menciptakan perilaku.

Menurut Robert, situasi emosional itu menjadi rangsangan pemicu. Ditambah lagi dengan paduan keinginan dan tindakan yang kemudian menimbulkan kebiasaan."Pada awalnya Anda melakukannya secara tidak sengaja. Anda kebetulan menyantap cokelat saat stres, kemudian merasa lebih baik. Lalu otak Anda merekam ini dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit dihindari," ujar Robert.

Kembali Lagi ke Jakarta Setelah 5 Tahun, TVXQ: Akhirnya Bertemu Kembali

"Begitulah cara otak manusia bekerja. Dan beberapa dari kita membentuk hubungan yang tidak menguntungkan antara pemicu emosional dan makanan yang tidak sehat," imbuhnya.

Bagaimana pun, menggunakan makanan untuk meredam emosi adalah kebiasaan yang membahayakan kesehatan. Jika dilakukan terus-menerus dapat menyebabkan penambahan berat badan.

Pemain Ini Cocok Gabung Man City, Kata Aguero

Perasaan lain yang dapat memicu perilaku makan emosional adalah kesepian, depresi, ketakutan, sedang menunggu, atau kebosanan. Bahkan emosi positif, seperti kegembiraan juga bisa jadi pemicu.

Ilustrasi konsumsi makanan manis.

Setop Body Shaming, Wanita Boleh Hobi Makan dan Pamer di Medsos

#WomenEatingFood sedang bergema di instagram.

img_title
VIVA.co.id
29 Mei 2019