Pecinta Mi Instan Wajib Berkunjung ke Museum Ramen di Jepang

ilustrasi mi rebus
Sumber :
  • Pixabay/P750010

VIVA.co.id – Pasca Perang Dunia ke-2, Jepang kekurangan cadangan makanan. Produsen mi negara tersebut pun tidak mampu memasok seluruh kebutuhan makanan kala itu.

Is It Eating Ramen Good for Your Health Body?

Saat itu pula, hanya tepung dari Amerika yang menjadi salah satu bahan makanan yang melimpah, sehingga Kementerian Kesehatan Jepang menyarankan masyarakat untuk mengonsumsi roti. Namun, hal ini dianggap tidak masuk akal bagi seorang pria bernama Momofuku Ando.

Menurutnya, orang Jepang sudah sangat terbiasa mengonsumsi mi ketimbang roti. Akhirnya, Momofuku berinisiatif untuk menciptakan mi-nya sendir. Momofuku saat itu memiliki perusahaan garam kecil di Ikeda, Osaka.

Jadi Makanan Favorit Anak Muda, Apakah Ramen Baik untuk Kesehatan?

Ia pun mulai mencoba bereksperimen menggunakan alat seadanya untuk menciptakan mi yang dapat dimasak dengan cepat. Demikian dilansir dari laman Daily Meal, Jumat, 18 Agustus 2017.

Singkat cerita, pada 25 Agustus 1958 ia berhasil memproduksi mi instan pertama, 'Chikin Ramen'. Pada 1971, mi ini mulai dijual di luar negeri. Tak lama setelahnya, mi instan yang dinikmati dalam cup tercipta. Ide ini terinspirasi dari cara orang Amerika yang memotong mi tersebut lalu menyiraminya dengan air panas di dalam cup.

Cara Unik Menikmati Ramen dengan 3 Langkah, Udah Pernah Coba?

Untuk mengabadikan temuan ini dan segala perjalanannya hingga saat ini, maka dibangunlah museum ramen, Momofuku Ando Instant Ramen Museum di Ikeda.

Museum interaktif ini banyak memberikan informasi mengenai sejarah terciptanya mi instan Momofuku Ando. Bahkan musuem in dilengkapi dengan CupNoodles Drama Theater, Chicken Ramen Factory dan My CupNoodles Factory.

Di Chicken Ramen Factory, pengunjung dapat membuat mi instan mereka sendiri dari pati dan belajar mengenai bagaimana mi instan pertama kali dibuat. Di My CupNoodles Factory, Anda bisa memilih sup favorit dan 4 dari 12 topping ramen yang ditawarkan dan menaruhnya dalam cup yang sudah Anda desain sendiri. Menarik, bukan?

Untuk masuk ke dalam museum Anda harus membayar US$4,50 atau Rp60 ribu. Sedangkan untuk pelajar dan anak-anak tidak dikenakan biaya masuk. Bagi turis asing tidak perlu takut, karena museum ini memiliki set audio berbahasa Inggris untuk semua pameran.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya