Cu Daun Muling Khas Aceh, Sensasi Pedas Asamnya Bikin Nagih

Siput Daun Muling
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dani Randi

VIVA.co.id – Kuliner Aceh ialah salah satu kuliner Indonesia yang enak dan punya cita rasa yang sangat khas. Karakternya yang kuat berasal dari paduan bumbu dan rempah yang beragam. Sehingga membuat penikmatnya ketagihan dan tak pernah lupa dengan aroma sekaligus rasa dari masakan khas Tanah Rencong ini.

Cuma Ada Saat Ramadan, Bubur Aceh Ini Dibuat dari 44 Daun

Salah satu kuliner khas Aceh yang kaya rasa adalah Siput Daun Muling. Masyarakat asli Aceh menyebutnya Cu Daun Muling. Bagaimana rasanya? Berikut ini ulasannya.

Untuk mencicip makanan unik ini, VIVA.co.id mengunjungi Papahgadrie, sebuah usaha kuliner rumahan yang menyediakan sajian Cu Daun Muling sejak lama sehingga pelanggan tetapnya hampir tersebar di seantero kota Banda Aceh.

Warkop di Banda Aceh Hanya Penuh Usai Salat Tarawih

Masakan ini berbahan baku Siput air tawar dan rempah-rempah seperti daun muling (melinjo), kelapa parut muda, asam sunti, cabe rawit dan bumbu khas Aceh pada umumnya. Bahan tersebut bersatu padu menghasilkan rasa gurih dan terasa asam pedas yang menggoyang lidah, rasanyapun tidak terasa eneg di lidah.

“Daun muling yang kita rajang halus meresap masuk ke dalam cu (siput) dan parutan kelapa muda yang dimasukkan ke dalam masakan ini yang buat rasanya lebih beda. Masakan ini juga terasa pedas asam, pedas dari rawit, asam dari sunti, karena ini gak pakai plik u (kuah gulai),” kata pemilik Papahgadrie, Syarifah Fatima Zahra atau akrab disapa Papah kepada VIVA.co.id saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh.

Unik Banget, Sambal Khas Aceh Ini Terbuat dari 44 Dedaunan

Ia mengatakan, dari berbagai masakan yang dia masak, cu daun muling paling ditunggu para pelangannya.

“Berapa pun yang dimasak pasti habis, gitu juga dengan masakan lainnya,” ujarnya.

Usaha kuliner rumahan yang digelutinya sejak pertengahan 2017 itu mulai mendapat respon positif dari masyarakat. Salah satunya, agar masakan yang dimasak lebih banyak lagi. Kata dia, banyak pelanggan yang tidak kebagian karena habis.

Papah menyebutkan, sebelum di masak, ia sudah memposting duluan ke akun Instagram miliknya. Dari situ pelanggan mulai menghubunginya untuk menentukan berapa banyak pesanan. Pemesan pun, kata dia, bukan hanya dari Kota Banda Aceh saja, melainkan dari daerah Takengon, Pidie, Lhokseumawe dan daerah Aceh lainnya. Bahkan hingga ke Kota Medan, Sumatera Utara.

“Khusus cu daun muling pernah ada yang pesan dari Jakarta, tapi saya tidak berani karena waktu yang lama bisa memengaruhi rasa, kalau rasa berubah, kan pelanggan jadi kecewa,” sebutnya.

Sementara itu, salah seorang pelanggan masakan Papahgadrie, Nurul, mengaku bahwa masakan cu daun muling di Papahgadrie berbeda dengan masakan lainnya. “Asam pedasnya itu terasa dan tidak amis,” kata Nurul sembari menyebut ia mengenal makanan itu lewat postingan yang di-upload di Instagram Papahgadrie.

Masakan lainnya yang disuguhkan di Papagadrie ialah, cumi minyak, bubur kanji ayam suir, kemamah, asam udang belimbing, tiram daun muling dan tumis, kepiting asam manis, ikan rambe saus tiram. Semua jenis makanan itu di hargai Rp25 ribu per porsi (setengah cup) dan Rp50 ribu  (full cup). Setiap kali masak, kata Papah, sekitar 100-150 cup laku terjual.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya