Kuliner Khas Simeulue, Namanya Aneh Tapi Rasanya Mantap

Memek, kuliner khas Simeulue.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dani Randi (Aceh)

VIVA – Belum begitu banyak orang yang tahu mengenai Kabupaten Simeulue di Aceh, padahal daerah ini kaya akan budaya dan kuliner. Salah satu kuliner khas pulau paling barat Indonesia itu bernama (maaf) memek.

Tempat Ini Sajikan Kuliner Nusantara dengan Rasa yang Disesuaikan Lidah Penikmatnya

Jangan langsung berpikir yang bukan-bukan. Mendengar namanya mungkin Anda akan langsung mengernyitkan dahi, tapi ketika mencicipinya, Anda dijamin ketagihan.

Kuliner tradisional Simeulue ini terbuat dari beras ketan putih yang digongseng, pisang, santan dan gula. Seluruh bahan tadi dicampur dan ditumbuk menggunakan batang pisang atau bahan yang keras sampai benar-benar halus.

Kuliner Kearifan Jawa Kuno yang Terinspirasi Kerajaan Majapahit di Bali

Ketika VIVA.co.id mencicipi makanan ini, rasanya manis dan aroma pisangnya terasa. Mungkin sekilas terlihat seperti bubur. Yang membedakan ialah perpaduannya dengan beras ketan yang digongseng, sehingga memberi tekstur ‘kriuk’ atau renyah.

Makanan ini juga biasa dinikmati di momen-momen penting, seperti acara buka puasa bersama, Hari raya Idul Fitri dan perayaan lainnya.

16 Tahun Indonesian Chef Association, Chef Expo Sukses Digelar

Perlu diketahui pula bahwa kuliner satu ini merupakan peninggalan raja yang sudah ada sejak zaman dulu di Simeulue. Tak heran jika ia sering disajikan sebagai bentuk penghormatan bagi para tamu yang berasal dari daerah.

"Di Simeulue paling dicari itu makanan yang terbuat dari pisang, beras ketan ini, ini makanan tradisional di sini," kata Wakil Bupati Simeulue, Afridawati di Aceh kepada VIVA.co.id baru-baru ini.

Untuk harga, satu mangkuk memek dibanderol Rp10 ribu.

Memek, kuliner khas Simeulue.

                                        (VIVA.co.id/Dani Randi)

Diakui Afridawati, kuliner ini terbilang sulit ditemui di Simeulue. Sudah jarang pedagang yang menjajakannya di warung atau toko. Kecuali, pengunjung memesannya terlebih dulu.

Namun, pihaknya sudah merancang agar makanan khas daerah penghasil lobster ini bisa ditemui dan selalu ada setiap saat. "Kita upayakan agar makanan ini siap saji, agar pengunjung tidak kesulitan untuk menemukannya,” ujarnya.

Salah seorang wisatawan, Putri Natasya yang mencicipi  kuliner ini menuturkan, makanan ini mampu memanjakan lidah pengunjung. "Meskipun namanya agak aneh ya, tapi rasanya enak, manis, dan tidak eneg di mulut, "ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya