Tindakan Tepat Hadapi Perundungan di Dunia Maya

Ilustrasi media sosial
Sumber :
  • www.pixabay.com/geralt

VIVA.co.id – Kasus perundungan cyber atau cyberbullying masih belum banyak mendapat perhatian khusus. Penanganannya pun masih kurang, sehingga banyak korban yang tidak terdeteksi. Tanggapan terhadap perundungan  di dunia maya ini pun juga masih berbeda dari perundungan tradisional.

Marak Kejadian Perundungan, Kemenkes Lakukan Skrining Kesehatan Jiwa Pada Calon Dokter Spesialis

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, pelaku dalam perundungan cyber sulit terlacak karena anonimitas yang mereka gunakan saat beraksi. Hal ini semakin membuat perundungan cyber sulit tertangani.

Selain itu, masih banyak pula orang yang belum mengetahui apa yang harus dilakukan ketika menjadi korban atau melihat kejadian perundungan cyber. Iqbal Mahesa Febriawan, SPsi dari Komunitas Into The Light mengungkapkan, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Psikolog Sutton memberikan langkah untuk menghadapi kasus ini.

Skandal Baru! Aktris Money Heist Korea Jeon Jong Seo Dituding Terlibat Bullying

Langkah yang ia buat disebut dengan jembatan keledai yang diberi nama 'I DON'T PLAY'. Ini merupakan akronim dari sejumlah langkah yang harus dilakukan, yaitu pertama identifikasi pelaku.

Meski pelaku perundungan cyber sulit ditemukan, tapi secara statistik diketahui bahwa 85 persen pelaku adalah orang dekat korban atau orang yang berada dalam lingkaran pertama korban. Seperti teman atau tetangga, dengan ini bisa menjadi modalitas untuk mengidentifikasi pelaku.

Buntut Dugaan Kasus Bullying, Agensi Jeon Jong Seo Ambil Tindakan Hukum

"Kemudian, tidak merespons pesan jahat yang tergolong perundungan. Lalu terbuka kepada orotitas baik itu guru atau orangtua," kata Iqbal kepada VIVA.co.id.

Iqbal juga mengatakan, umumnya, korban perundungan tidak ingin memberitahukan pesan yang mereka terima dan kasus perundungan cyber ini juga cenderung diremehkan. Padahal, pesan atau komentar jahat di media sosial, memiliki risiko 1,5-2,3 kali berujung pada mengakhiri hidup.

Kemudian, jangan pernah memberikan atau membagikan password akun media sosial pribadi kepada orang lain. Meski ini tergolong tricky, tapi dengan membagi akun personal ke orang lain, artinya kehidupan personal kita bisa menjadi domain orang lain.

Jika informasi ini diberikan kepada orang yang salah, bukan tidak mungkin akan disalahgunakan atau disebarluaskan. Jadi, jangan lakukan hal ini untuk menekan terjadinya perundungan.

Yang terpenting adalah, lanjut Iqbal, pikir baik-baik sebelum mengirim atau membagi apapun di media sosial. Cari tahu apakah foto yang akan kita bagikan berisi informasi pribadi atau orang lain yang sifatnya personal.

"Sebelum kirim atau bagi, cek dan ricek lagi, beri jeda sedikit untuk berpikir apakah sudah layak atau belum," ujar Iqbal.

Jika perundungan terjadi, tangkap gambar yang berisi ancaman, kemudian beritahukan kepada provider atau pemilik media sosial. Dan, belajarlah untuk menggunakan internet secara bijak. Hal ini yang sering dilupakan oleh pengguna internet sekarang yang tidak pernah memikirkan etika atau etiket dalam mempublikasikan sesuatu di media sosial.

"Untuk saksi, kalau melihat perundungan, buat screenshot untuk dijadikan bukti. Alih-alih menghakimi pelaku, sebaiknya buat korban merasa nyaman," kata Iqbal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya