Serunya Menyaksikan Festival Perang Topat

Perang Topat
Sumber :
  • kebudayaan-ntb.blogspot.com

VIVAlife - Mereka berarak menuju Pura Lingsar, Lombok Barat. Ada Suku Sasak. Ada Suku Bali. Masing-masing berbalut pakaian adat sembari datang menenteng simbol-simbol ritual sakral. Membaur merayakan festival budaya: Perang Topat.

Ada rombong, lumbung kecil berisi beras ketan sebagai lambang kesejahteraan. Sesaji berisi sembilan dulang nasi dan buah-buahan sebagai simbol kesuburan. Tikar pandan berisi sajadah dan Alquran sebagai simbol ketakwaan.

Tak hanya itu. Ada pula botol kosong tertutup rapat yang disebut momot sebagai simbol kehidupan kekal di akhirat. Daging kerbau. Juga ribuan ikat ketupat yang masing-masing ikat berisi sembilan ketupat. Menjadi simbol pengingat keberadaan sembilan wali atau wali songo.

Topat. Ini sebetulnya merujuk kata ketupat. Yang nantinya dilempar bersamaan menciptakan keriuhan di udara. Mencipta Perang Topat. Tak cuma ketupat. Masyarakat juga melempar bonggol jagung dan telur. Membuat peperangan semakin seru.

Keriuhan tak terelakkan. Masyarakat menikmati sensasi kejatuhan ketupat, telur, atau bonggol jagung. Bahkan tak jarang yang kemudian saling kejar dan melempar ketupat.

Berpadu gelaran wayang dan tari-tarian tradisional, festival ini cukup menarik perhatian wisatakan lokal dan mancanegara. “Sangat unik di mana dua kebudayaan yakni Islam dan Hindu bisa menyatu. Kegiatan ini sangat jarang saya temui dan hanya ada di Lombok, NTB,” kata Cristina, seorang wisatawan asal Perancis yang sengaja datang bersama pasangannya.

Perang Topat merupakan tradisi tahunan masyarakat Lingsar. Digelar setiap purnama sasi keenam menurut kalender Suku Bali. Atau bulan purnama ketujuh menurut kalender Suku Sasak. Bertepatan dengan upacara persembahyangan pujawali bagi umat Hindu.

Masyarakat Hindu menganggap Perang Topat sebagai menifestasi segala sesuatu menjadi milik Sang Pencipta. Sedangkan sebagian masyarakat Islam Suku Sasak menganggap tradisi itu sebagai peringatan masuknya syiar Islam tempo dulu. Sekaligus merupakan perwujudan rasa syukur kepada Sang Pencipta yang telah memberikan kemakmuran.

“Esensi Perang Topat yakni mewujudkan hubungan dengan Tuhan dan hubungan antara manusia. Ada satu benang merah antara Islam dan Hindu dalam budaya Perang Topat ini,” kata Bupati Lombok Barat Dr H. Zaini Arony. "Intinya kerukunan antara dua budaya." (umi)

Menyaksikan keunikan yang tercipta, Festival Perang Topat mungkin bisa menjadi rekomendasi bagi Anda yang mengaku penikmat wisata budaya.

Menguak Deretan Tanda Kiamat Sugra yang Sudah Terjadi Saat Ini
VIVA Otomotif: Mobil SIM Keliling

Jadwal SIM Keliling Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung Kamis 18 April 2024

Polda Metro Jaya pada hari ini Kamis 18 April 2024 menyediakan mobil SIM Keliling yang tersebar di lima lokasi. Dilansir dari Korlantas Polri mobil pertama ada di wilayah

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024