Tiga Tempat Wisata Penuh Mitos Cinta

Pont des Arts di Prancis
Sumber :
  • REUTERS/Charles Platiau
KPK Ungkap Masih Ada 6 Menteri dan 3 Wakil Menteri Jokowi Belum Lapor LHKPN
VIVAlife
- Sepasang kekasih bergandengan menelusuri terowongan. Tangan mereka tetap terkepal dan kaki menapak rel kereta di atas tanah. Tak ada kereta lewat, hanya ada pepohonan yang melengkung membentuk atap-atap. Sunyi sekali tempat ini, jauh dari kehidupan kota yang bising.
Saham Berdividen, Pilihan Terbaik untuk Investor Konservatif

Ranting dan dedaunan pohon membentuk terowongan indah, Terowongan Cinta atau Tunnel of Love disebutnya. Inilah saksi abadi cinta yang bersembunyi di Kota Kleven, Ukraina. Destinasi primadona bagi pasangan, di mana mereka bersenandung melewati dinding-dinding pohon, mencium pohon dan menanam bibit di Terowongan Cinta.

Pasangan tak lupa menyertai permohonan suci kepada Sang Pencipta. Jika diucap tulus, pengunjung percaya bahwa semua permintaan akan terwujud.

Generasi Muda Harus Cerdas Finansial Dalam Menabung dan Kelola Keuangan

 Melangkah ke Paris, Prancis, sebuah jembatan yang berhiaskan gembok-gembok mencuri perhatian. Gembok terdiri dari beragam ukuran dan warna, ketika angin berhembus, gembok berbenturan menghasilkan alunan suara. Ternyata gembok merupakan simbol cinta dari sekian banyak pasang kekasih.

Jembatan membelah Sungai Seine, dikukuhkan sebagai tempat romantis yang tak ramah bagi para lajang. Pasangan dari seluruh penjuru dunia singgah, mengucapkan permintaan sambil memegang sebuah kunci. Agar cita mereka terwujud, kunci dilempar ke sungai, gembok yang telah tertutup digantungkan pada jembatan. Begitulah mitos cinta di Jembatan Sungai Seine yang hidup hingga kini.

Kebenaran mitos masih misterius, tapi wisatawan tetap datang untuk mencari jawaban. Lepas dari bukti benar atau tidaknya mitos, itu jadi magnet bagi Terowongan Cinta dan Jembatan Sungai Seine. Kisah-kisah itu ampuh menarik perhatian wisatawan, terutama sepasang kekasih.

Melongok ke negeri sendiri, Indonesia juga kaya akan destinasi wisata bermitos cinta. Bahkan lengkap dengan cerita rakyat yang melegenda. Sebagian memiliki mitos memisahkan pasangan, ada juga yang justru mempererat hubungan. Mitos terus bergulir dari generasi ke generasi, menghasilkan daya tarik tersendiri bagi pelancong, contohnya di beberapa tempat ini.

Air Terjun Coban Rondo, Jawa Timur

Hutan pinus memagari jalan, dilanjutkan ke lereng Gunung Kawi hingga lanskap cantik terpampang di depannya. Kucuran air deras jatuh dari lereng gunung, menciptakan suara yang menenangkan. Banyak muda-mudi yang menghabiskan waktu di sini, mengagumi salah satu tempat indah nan romantis di perbatasan Kota Malang dan Batu, Jawa Timur.

Inilah Air Terjun Coban Rondo yang bertengger di ketinggian 1.135 mdpl. Banyak pasangan tetap bersenandung ke tempat ini, meski kisah cinta tragis bersembunyi di belakangnya. Ada apa sebenarnya dibalik air terjun ini?

Legenda mengisahkan cinta pengantin baru, Dewi Anjarwati dan Raden Baron Kusumo. Saat pernikahan menginjak usia 36 hari, Dewi Anjarwati mengajak suaminya untuk berkunjung ke Gunung Anjasmoro, tempat suaminya dilahirkan. Walau orang tua telah melarang, mereka tetap pergi bersama para pembantu.

Di tengah perjalanan, langkah harus terhenti karena ulah Joko Lelono, pria yang tidak jelas asal-usulnya. Ia terkesima dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan bermaksud menculiknya. Demi melindungi istri tercinta, Raden Baron Kusumo memerintahkan para pembantunya untuk menyembunyikan Dewi Anjarwati ke sebuah air terjun, yang juga diberi istilah Coban. Setelah itu ia berkelahi dengan Joko Lelono.

Sayangnya, sang suami jutsru tewas, begitu pula dengan Joko Lelono. Tak ada yang berhasil memenangkan duel. Sejak saat itu, Dewi Anjarwati yang selamat di balik batu besar air terjun menjadi seorang janda, atau dalam Bahasa Jawa disebut Rondo. Dari sinilah nama Air Terjun Coban Rondo berasal.

Konon, pasangan tak akan langgeng jika singgah bersama di sini, seperti perpisahan yang dialami Dewi Anjarwati dan Raden Baron Kusumo. Tapi banyak juga yang meyakini itu sebagai mitos belaka, cinta tak akan mudah luntur jika saling menjaga.

“Mitos itu nggak mempengaruhi jumlah pengunjung. Semua umur datang ke sini, yang pacaran juga tetap datang. Itu hanya cerita saja, justru kalau terlalu diyakini malah bisa terjadi,” kata Indah Harto, pengurus Kelompok Informasi Wisata Kota Batu, badan promosi yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Batu.

Sehari-harinya, Harto kerap memandu wisatawan menuju Air Terjun Coban Rondo. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari alun-alun Kota Batu. Pengunjung tidak hanya sekadar menikmati alam, tapi juga berkemah di sekitar air terjun. Harto mengakui, ia sering ditanya soal mitos tersebut, pelancong justru penasaran dibuatnya. Mitos terbukti jadi daya tarik wisata.

“Kalau ada yang bertanya ya saya menyampaikan apa adanya, malah kemarin ada turis Kolombia yang tanya soal mitos itu juga,” ucap warga asli Kota Batu ini.

Mitos tak hanya bergulir pada Air Terjun Coban Rondo, wisata Songgoriti di Batu juga punya legenda mistis dari Kerajaan Majapahit. Lanjut Harto, pengunjung Kota Batu kebanjiran wisatawan dari waktu ke waktu. Bahkan angka peningkatan mencapai 150 persen, hal ini juga tak lepas dari sejarah dan mitos yang melatari destinasinya.

 Pulau Kemaro, Palembang, Sumatra Selatan

Jembatan Ampera membentang di atas Sungai Musi. Cahayanya berpendar mempercantik malam, mengisi kota dengan warna-warni gemerlap. Berlayarlah sekitar 6 kilometer dari jembatan, pulau mungil yang mengapung-apung sudah menunggu.

Penduduk setempat mengenalnya dengan Pulau Kemaro. Delta kecil tak berpenghuni namun disinggahi kuil dan pagoda megah sembilan lantai. Semakin gelap langit, semakin cantik Pulau Kemaro dibuatnya. Tak kalah dengan Jembatan Ampera, pagoda pancarkan sinar yang didominasi warna merah dan emas. Lanskap yang ditawarkan sangat romantis bagi pasangan.

"Untuk kesini bisa naik perahu dari dermaga di dekat Benteng Kutobesak, per orang dikenakan biaya Rp50 ribu," kata Toha, pemandu wisata Palembang, sekaligus anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia.

Pulau Kemaro memang bisu. Tak bisa berkata banyak tentang kisah romantis yang pernah bergulir. Menurut legenda, seorang Pangeran Tiongkok bernama Tan Bun Ann pernah jatuh cinta pada Putri Palembang, Siti Fatimah. Ia adalah pangeran kaya raya yang datang ke tanah Sumatera untuk berdagang.

Lamaran Tan Bun Ann diterima di Kerajaan Sriwijaya dengan satu syarat, pangeran itu harus menyediakan sembilan guci berisi emas. Keluarga pangeran menyetujui dan segera mengirimkan syarat itu dari negeri Cina. Untuk mengurangi risiko perampasan oleh bajak laut, guci berisi emas tersebut ditutupi oleh asinan sawi.

Merasa penasaran dengan isi  guci, Tan Bun Ann memeriksanya. Betapa terkejutnya ia ketika tau bahwa guci hanya berisi asinan sawi. Tan Bun Ann kesal, spontan membuang semua guci ke dalam sungai. Namun guci yang terakhir pecah sebelum tercebur dan berserakanlah emas-emas tersebut.

Melihat kecerobohannya itu, Tan Bun Ann marah  pada diri sendiri dan memutuskan untuk terjun ke sungai. Karena tak muncul kembali ke permukaan, pengawalnya ikut terjun mencarinya. Setelah dua orang tersebut tenggelam, Siti Fatimah berinisiatif terjun dengan niat membantu sambil berkata, "Jika ada tanah yang tumbuh di tepi sungai ini, maka di situlah kuburan saya."

Sejak saat itu, ketiganya tidak pernah lagi muncul ke permukaan. Beberapa hari setelah kejadian, munculah tumpukan tanah di tepi Sungai Musi. Lama kelamaan, tumpukan tanah melebar jadi sebuah pulau yang kini dikenal sebagai Pulau Kemaro.

"Di pulau itu ada pohon cinta yang dikeramatkan, di sebelah pagoda juga dituliskan mitos itu," lanjut Toha.

Mendalamnya perpisahan mereka berdua, menguatkan mitos bahwa pasangan yang sedang jatuh cinta dan datang ke pulau ini, kebersamannya akan dipisahkan oleh maut. Tapi mitos itu tak mematahkan niat wisatawan untuk berkunjung.

"Justru mitos daya tariknya, orang luar negeri tertarik dengan mitos, saya sering bawa tamu dari Singapura dan Thailang, mereka bersembahyang di sini," ucap pria yang sudah berpengalaman sebagai pemandu wisata selama sepuluh tahun itu.

Lanjutnya, kisah Tan Bun Ann pun terdiri dari dua versi, yakni versi China dan versi Pelembang. Dalam versi China, Tan Bun Ann dikatakan telah menjadi suami Istri Fatimah. Berbeda asal wisatawan, berbeda pula kisah yang diceritakan oleh Toha

"Saya lihat dulu tamunya dari mana, kalau dari lokal ya saya ceritakan versi Palembang, kalau dari luar negeri saya ceritakan yang versi China," katanya.

Situ Patenggang, Ciwidey, Jawa Barat

Dataran tinggi dipeluk udara dingin, semilir angin membuat bulu kuduk semakin bergidik.  Berkelok-kelok pengunjung melalui kebun strawberry, mengarahkan kendaraan ke destinasi wisata Kawah Putih. Usai menikmati panorama kawah, jangan lewatkan danau romantis sekitar 7 kilometer dari situ.

Orang-orang mengenalnya dengan Situ Patenggang, perairan di ketinggian 1.600 mdpl dan diilhami panorama yang eksotik. Dalam Bahasa Sunda, Patenggang berasal dari kata pateangan-teangan yang artinya saling mencari. Nama ini diadopsi tentunya dengan satu alasan.

Sebuah legenda rakyat membuntutinya. Alkisah menceritakan Prabu Ki Santang dengan titisan dewi yang bernama Rengganis. Keduanya menjalin kasih dan terpisah begitu lama. Rasa rindu yang mendalam membuat mereka terus saling mencari. Tanpa diduga, mereka dipertemukan di sekitar danau, tepatnya pada sebuah batu.

Sampai saat ini, batu dijuluki “Batu Cinta” dan kerap jadi pusat perhatian wisatawan yang singgah. Ketika sepasang kekasih itu bersama lagi, sang dewi meminta prabu untuk dibuatkan sebuah pulau di tengah danau. Jadilah pulau kecil dipagari Danau Situ Patenggang, pulau ini disebut-sebut sebagai Pulau Asmara.

Pulau Asmara nampak berbentuk hati jika dilihat dari udara. Pantas jika mitos cinta abadi selalu bersemi.  Pasangan yang datang ke Danau Situ Patenggang, kerap mengelilingi Pulau Asmara dan Batu Cinta. Jika ritual sederhana itu dilakukan, menurut mitos, hubungan mereka akan awet layaknya cinta Ki Santang dan Dewi Rengganis.

"Pasangan juga diminta menulis namanya masing-masing di atas batu, menurut mitos, mereka bisa berjodoh, kebanyakan dari wisatawan tertarik melakukan itu," kata Seli Puspitasari, pemandu wisata di Situ Patenggang. (ms)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya