Gudang Ransoem, Saksi Bisu Eksploitasi Belanda di Sawahlunto

Museum Gudang Ransoem di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andri Mardiansyah

VIVA.co.id – Jika Anda pecinta wisata sejarah, Museum Gudang Ransoem yang ada di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat dapat menjadi salah satu pilihan. Gudang ini dahulu berfungsi sebagai dapur umum dan saksi bisu menjelajahi eksploitasi tenaga kerja pribumi oleh penjajah Belanda guna menggali kekayaan alam batu bara pada masa dulu.

Virus Corona Belum Berdampak Serius terhadap Pariwisata Sumbar

Museum ini memiliki sejumlah benda koleksi peninggalan sejarah, dan peralatan memasak zaman Belanda. Seperti periuk berukuran raksasa, yang digunakan untuk memasak makanan untuk 10 ribu pekerja tambang batu bara.  

Gudang Ransoem terang Gino, terletak di Jalan Abdul Rahman Hakim, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Museum ini berada sekitar 94 kilometer atau dua jam perjalanan dengan kendaraan roda maupun roda empat dari Kota Padang.

Genjot Wisata Bahari, Sumbar Bisa Jadi Destinasi Unggulan di Sumatera

Gedung Museum Gudang Ransoem ini dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1918 silam, setelah sebelumnya Willem Hendrik De Greve menemukan batu bara di kota Sawahlunto.

Berdasarkan catatan sejarah yang ada, Museum Gudang Ransoem dulunya, merupakan dapur umum pertama di Indonesia yang sanggup memasak beras dalam skala besar. Setiap hari, Gudang Ransum ini mampu memasak empat ton beras per hari berikut dengan logistik lainnya, guna memenuhi ransum atau makanan untuk 10 ribu pekerja tambang batu bara, tentara Belanda dan pasien rumah sakit di kota tersebut hingga Agresi Militer ke II.

Ada Destinasi Baru, Kampung Warna-warni Bernuansa Jokowi

Para juru masak berasal dari warga pribumi, dan juga melibatkan pekerja anak-anak. Pada mulanya, Gudang Ransoem ini memiliki 24 ketel (periuk) ukuran besar. Sekarang terdapat dua tipe periuk yang dimiliki oleh Gudang Ransoem yaitu, periuk untuk memasak sayur dan periuk untuk memasak nasi.

Periuk untuk memasak sayur ini terdiri dari tiga bagian yaitu periuk lapisan luar, periuk lapisan dalam, dan tutup periuk yang berdiameter 148 sentimeter, dan tinggi 70 sentimeter, serta memiliki ketebalan 1,2 sentimeter. Periuk lapisan luar terbuat dari besi sedangkan periuk lapisan dalam, dan tutup periuk terbuat dari bahan nikel.

Sedangkan Periuk untuk memasak nasi terdiri dari empat lapisan, yaitu lapisan luar, lapisan dalam, langsang dan tutup periuk. Periuk lapisan luar terbuat dari besi dan memiliki dua buah lubang pada bagian dinding sebagai lubang saluran uap. Sedangkan pada bagian bawah periuk terdapat lubang keran untuk membuang sisa air di dalam periuk.

Ketel Uap di Museum Gudang Ransoem di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat

Periuk lapisan dalam terbuat dari bahan nikel dan pada bagian atas periuk terdapat enam buah kuping baut yang berfungsi untuk mengunci tutup periuk. Langsang periuk juga terbuat dari bahan nikel. Pada bagian tengah langsang terdapat kerucut, dan pada bagian atas langsang terdapat tiga buah kuping sebagai cantolan untuk mengangkat langsang.

Cikal bakal Sawahlunto

Selain peralatan dapur umum pekerja tambang, Museum Gudang Ransoem juga menyimpan sejarah lahirnya Kota Sawalunto, Sumatera Barat. Cikal bakal dijadikannya Sawahlunto sebagai kota, tak lepas dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa geolog asal Belanda ke pedalaman Minangkabau pada masa itu.

Berdasarkan catatan yang ada, penelitian pertama dilakukan oleh Ir. C. De Groot van Embden pada tahun 1858, kemudian dilanjutkan oleh Ir. Willem Hendrik de Greve pada 1867. Dalam penelitiannya De Greve, diketahui Sawahlunto memiliki sedikitnya 200 juta ton batu bara yang terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin.

Sejak penelitian tersebut, pemerintah Hindia Belanda lantas mulai merencanakan pembangunan sarana dan prasarana dengan tujuan mempermudah eksploitasi batu bara di Sawahlunto. Selanjutnya Sawahlunto pun dijadikan sebagai kota pada pada tanggal 1 Desember 1888, yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Sawahlunto.

"Saat ini, kondisi Gudang Ransoem masih terawat dengan baik. Gedung ini merupakan salah satu aset sejarah yang dimiliki oleh Kota Sawahlunto. Sampai kapan pun, kita akan terus menjaga dan merawat Gudang Ransoem ini," kata Rahmat Gino Sea Games, Kasi Peninggalan Bersejarah Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahunto.

Melihat nilai sejarah yang cukup besar lanjut Gino, sudah selayaknya Museum Gudang Ransoem ini menjadi salah satu pilihan tujuan wisata sejarah. Karena, yang ditawarkan oleh Museum Gudang Ransoem, tak hanya berupa benda peninggalan sejarah saja, namun juga kisah yang terkandung didalamnya, apalagi merupakan cikal bakal lahirnya kota Sawahlunto.

Selain ke Museum Gudang Ransoem, kata Gino, Para pengunjung juga dapat mengunjungi beberapa objek wisata sejarah lainnya seperti Lokomotif Mak Itam, Lubang Tambang Mbah Suro, dan Museum Kereta Api, serta beberapa objek lainnya.

"Yang jelas, Kota Sawahlunto menyuguhkan wisata berbeda dengan daerah lain, yakni wisata sejarah," ucap Gino.

Museum Gudang Ransoem di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya