Bungker Gunung Padang, Jejak Jepang di Pantai Barat Sumatera

Bungker Jepang di Gunung Padang, Sumatera Barat
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andri Mardiansyah

VIVA – Selain Pemerintah Kolonial Belanda, Jepang juga diketahui pernah menduduki sejumlah wilayah di Sumatera Barat. Jepang yang masuk ke Kota Padang pada 17 Maret 1942 silam, hanya mampu bertahan hingga tahun 1945.

Jadi Makanan Favorit Anak Muda, Apakah Ramen Baik untuk Kesehatan?

Walau hanya sebentar, namun Kekaisaran Jepang sempat membuat sejumlah bangunan pertahanan untuk mengantisipasi perlawanan Belanda maupun pribumi. Satu dari sekian banyak benda dan bangunan peninggalan Jepang tersebut adalah bungker yang berada di kawasan Gunung Padang, yang merupakan kawasan teritorial Jepang di daerah pesisir bagian barat Pantai Sumatera.

Berada di kawasan perbukitan dengan ketinggian puncak sekitar 80 meter di atas permukaan laut dan terletak di sisi selatan Kota Padang ini, keberadaan bungker yang juga bukti eksistensi Jepang pada masa itu, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Ekonomi Digital di ASEAN Meningkat, HSBC Luncurkan Growth Fund Rp15,8 Triliun

Bagi wisatawan yang berminat berkunjung dan melihat langsung bukti sejarah tersebut, sangat mudah. Dari pusat kota Padang, pengunjung dapat menuju lokasi ini menggunakan jalur darat dengan melewati jembatan Siti Nurbaya yang berada di kawasan Batang Arau.

Setelah sampai di gerbang pintu masuk Gunung Padang, pengunjung dapat segera menyusuri jalan setapak yang sedikit agak menanjak. Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai ke lokasi bungker ini. Suasana keindahan laut kota Padang, tentu saja akan menambah sensasi Anda ketika berkunjung ke sini.

Beda dengan Daerah Lain, Driver Ojol di Bali Mesti Wajib Bisa Bahasa Asing

Di kawasan ini, Anda akan menemukan sedikitnya tiga buah bungker milik Jepang. Bungker pertama yang diperkirakan dibangun pada tahun 1942, berada tepat di pinggir jalan setapak menuju puncak Gunung Padang dan di antara rumah penduduk.

Secara fisik, bangunan menghadap arah timur atau arah Batang Arau. Bangunan ini berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 770 sentimeter (cm), lebar 600 cm dengan tinggi 300 cm yang terbuat dari coran semen dan batu koral dengan ketebalan tembok 100 cm dengan atap datar.

Terdapat satu pintu pada sisi timur dengan ukuran tinggi 180 cm dan lebar pintu 120 cm. Ruang dalam berukuran 570 cm dan lebar 400 cm dengan tinggi 200 cm. Kondisi dari bangunan ini masih utuh, namun kurang terawat.

Sementara untuk bungker Jepang yang II hanya berjarak sekitar 20 meter dari bungker Jepang I. Bungker ini juga menghadap arah timur atau Batang Arau. Secara fisik, bungker ini terdiri dari dua bangunan, yaitu bangunan induk pada sisi selatan dan bangunan pendukung pada sisi utara, yang mana keduanya saling menyatu.

Bangunan induk ini memiliki bentuk dan ukuran sama dengan bungker Jepang I, sedangkan bangunan pendukung berbentuk empat persegi panjang berukuran 300 cm dan lebar 250 cm dengan ketebalan tembok 100 cm dan terbuat dari coran semen. Bangunan pendukung ini diperkirakan sebagai dapur untuk tentara Jepang yang bertugas di Kawasan Gunung Padang khususnya di wilayah kaki Gunung Padang.

Dan terakhir bungker Jepang III. Bangunan ini berada tepat di sisi utara bungker Jepang II. Bungker ini juga menggunakan bahan dari coran semen dengan campuran batu koral. Bangunan ini terdiri dari dua struktur, yaitu lorong dan ruangan yang berbentuk lingkaran.

Lorong berada pada sisi selatan sekaligus berfungsi sebagai pintu masuk ke dalam bungker dengan tinggi 185 cm dan lebar 120 cm. Bangunan ini memiliki satu pintu, yaitu pada sisi selatan dan jendela pada utara.

Sisi selatan atau ujung lorong memiliki ukuran tinggi 180 cm dan lebar 120 cm atau sesuai dengan ukuran lorong dengan panjang 420 cm. Selain itu, pada lorong ini, juga terdapat ruangan kecil pada sisi barat lorong dengan ukuran 260 cm x 220 cm dan lubang pengintai (sirkulasi udara) sebanyak dua buah yang mengarah ke timur (Batang Arau).

Secara keseluruhan, bangunan ini memiliki tinggi 320 cm dan tebal tembok 100 cm. Pada bungker ini terdapat meriam dengan ukuran panjang 700 cm. Ukuran pangkal meriam 60 cm dan ujung meriam 22 cm. Kaki dari meriam ini berdiameter 70 cm. Meriam ini mengarah ke utara atau Muara Batang Arau.

Letak meriam masih utuh atau belum mengalami perubahan. Berdasarkan peninggalan yang ditemukan pada bungker, diperkirakan bangunan ini sebagai lokasi tempat pasukan artileri (pasukan meriam) tentara Jepang pada masa itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya