Menyusuri Kisah Pilu Bencana Tsunami Aceh

Museum Tsunami Aceh
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daurina Lestari

VIVA – Banda Aceh memiliki kisah pilu, dihantam bencana gempa berkekuatan 9,1 skala richer, disusul dengan gelombang Tsunami, hingga menewaskan 126 ribu jiwa pada 26 Desember 2004. Tsunami menyapu seluruh Banda Aceh dan meluluhlantakkan hampir semua bangunan di dataran sekitar enam kilometer dari pesisir pantai samudera Hindia Belanda.

Aceh Siapkan 110 Event Wisata di 2020 Demi Gaet 3 Juta Wisatawan

Museum Tsunami Aceh menjadi monumen sejarah peristiwa bencana dahsyat tersebut. Museum berbentuk seperti kapal dan didesain tahan gempa. Gedung ini juga berfungsi sebagai tempat edukasi dan evakuasi warga bila terjadi tsunami.

“Museum ini menjadi bangunan evakuasi jika terjadi tsunami. Lantai empat bisa menampung 3.000 orang,” kata Pemandu Wisata Museum Tsunami Aceh, Amir Faisal, kepada VIVA saat mengunjungi museum di Banda Aceh.

‘Aceh Halal Tourism’, Branding Baru Pariwisata Aceh

Ia menuturkan, lantai empat museum tidak dibuka untuk umum. Lantai ini dibuka hanya bila ada kegiatan simulasi evakuasi tsunami untuk edukasi anak-anak sekolah. Saat itu lah pengunjung museum bisa ikut serta dalam simulasi evakuasi dan merasakan kepanikan bencana tsunami.  

Masuk ke Museum Tsunami Aceh, pengunjung harus melewati lorong gelap yang disebut Space of Fear. Lorong gelap sepanjang 30 meter ini membuat bulu kuduk merinding, seolah ingin membuat pengunjung merasakan kelamnya peristiwa bencana tsunami.

Mampir Yuk ke Buntul Rintis, Tempat Wisata yang Instagramable di Aceh

Setelah itu pengunjung akan memasuki ruang kenangan. Di sini terdapat monitor-monitor yang menampilkan visual foto-foto dampak bencana tsunami 13 tahun lalu.

Di lantai dasar ini juga terdapat Ruang Sumur Doa. Dinding ruang Sumur Doa terpasang 4.000 nama korban tsunami dan beratapkan lafadz Allah. Sumur ini dirancang untuk mengingatkan manusia bahwa segala sesuatunya akan kembali kepada Sang Pencipta.

Sumur Doa di Museum Tsunami Aceh

Naik ke lantai dua adalah ruang pameran dan edukasi. Di lantai ini terdapat foto-foto, simulasi elektronik tsunami, dan benda-benda sisa hempasan gelombang tsunami.  

Serta, dipamerkan diorama-diorama menggambarkan bencana tsunami. Seperti miniatur ombak tsunami yang menghantam penduduk, kapal PLTD Apung, yang terhempas hingga ke permukiman penduduk, dan Masjid Rahmatullah, bangunan satu-satunya, yang selamat dari terjangan tsunami.

Untuk masuk ke museum, wisatawan tidak dikenai biaya alias gratis. Namun promo ini berlaku hanya sampai tahun ini, karena tahun depan wisatawan yang masuk ke museum harus membayar tiket Rp3.000 dan tamu asing Rp10.000.

Diorama gelombang Tsunami

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya