Indonesia Jadi Anggota OPEC (Lagi)

Markas Besar OPEC.
Sumber :
  • Reuters
VIVA.co.id
PMA Tak Merata Akibat Kurang Listrik
- Sidang Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) ke 168 yang berlangsung pada 4 Desember 2015 di Vienna Austria secara resmi menerima pengaktifan kembali Indonesia sebagai anggota organisasi negara-negara eksportir minyak dunia. Walaupun sebenarnya Indonesia bukan lagi negara eksportir minyak. 

Strategi Menteri Arcandra Targetkan PLTP 7.000 MW
Sidang yang dihadiri oleh 12 negara anggota lainnya (di luar Indonesia) memberikan sambutan yang hangat atas kembalinya Indonesia aktif di OPEC.

Pertamina Pelajari Rencana PLN Caplok PGE
Sebagai negara besar dengan kebutuhan energi yang cukup tinggi dan terus meningkat, Indonesia perlu memastikan ketahanan energinya. 

Saat ini Indonesia dalam proses transisi dari penggunaan energi yang didominasi oleh energi fosil menuju energi terbarukan yang lebih berkesinambungan di masa datang. 

Meningkatkan ketahanan energi dilakukan dengan membenahi sektor energi di dalam negeri dalam bentuk memudahkan perijinan untuk investasi, menggalakan eksplorasi, serta meningkatkan tata kelola. 

Hal ini diperkuat dengan peningkatan peran aktif negara dalam kerja sama luar negeri baik bilateral maupun multilateral.  

Di sektor energi, saat ini Indonesia telah menjadi anggota International Energy Agency (IEA) sejak tanggal 17 November 2015 dan kembali mengaktifkan keanggotaannya di OPEC mulai tahun 2016 dengan tujuan memastikan kepentingan nasional Indonesia terjaga. 

"Bagi Indonesia, kembali aktif di OPEC akan memberikan banyak keuntungan, peluang direct deal pembelian crude dan produk bisa menghemat cukup signifikan dan yang juga penting kita kembali berkumpul di panggung internasional, ini penting untuk mengundang investor masuk ke Indonesia," ujar Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)  Sudirman Said selaku kepala delegasi Indonesia pada sidang OPEC ke 168 di Vienna.

Menurut Sudirman, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari keberadaannya ditengah-tengah organisasi energi global yang penting. Indonesia akan menjadi bagian dari pengambilan keputusan bukan penerima akibat dari keputusan. 

Pergaulan/network energi di tingkat internasional membuka pintu yang lebih luas untuk percepatan alih teknologi, kesempatan bisnis yang saling menguntungkan, serta kesempatan bagi putera/puteri terbaik Indonesia berkiprah lebih luas di organisasi energi global.

Selain itu sejumlah pembelian langsung baik berupa produk dan crude sudah berlangsung seperti dari Arab Saudi dan Kuwait. Menyusul dalam tahap penjajakan pembelian produk dari Iran, Nigeria, Qatar dan Uni Emirat Arab.

Di saat yang sama kesempatan ini juga membuka peluang baru bagi Indonesia untuk mendapatkan blok-blok migas di negara-negara OPEC. Dalam jangka panjang, langkah ini dapat meningkatkan kepastian pasokan migas bagi kebutuhan dalam negeri. 

Jamin kecukupan energi

Gubernur Indonesia untuk OPEC Widhyawan Prawiraatmadja, mengatakan dengan bergabungnya Indonesia ke OPEC merupakan bagian dari upaya untuk  menjamin kecukupan energi nasional.

"Kecukupan energi ini juga bagian dari membangun ketahanan energi, yang harus diikuti dengan pengembangan energi baru terbarukan secara sungguh-sungguh. Komitmen kita untuk mencapai 25 persen penggunaan energi terbarukan dari seluruh kebutuhan energi harus dicapai ditahun 2025," tutur Widhyawan.

Peranan OPEC dinilai banyak kalangan international memiliki peranan signifikan dalam mendorong pergerakan harga minyak dunia ke titik keseimbangan baru yang menguntungkan bagi perekonomian dunia.

OPEC merupakan sebuah Organisasi Internasional yang terdiri dari Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi terbanyak di dunia. Tujuan didirikannya OPEC adalah untuk melakukan koordinasi dan menyatukan kebijakan-kebijakan perminyakan Negara-negara anggota dan menjamin stabilitas pasar minyak bumi serta pasokannya.

Didirikan oleh lima negara pengekspor minyak bumi, yaitu Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi dan Venezuela pada tanggal 14 September 1960 di Bagdad, Irak. 

Indonesia pernah menjadi Negara Anggota OPEC pada tahun 1962 dan keluar dari Organisasi tersebut pada tahun 2009 karena tidak memenuhi kuota produksi yang ditetapkan.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, mengatakan kembalinya Indonesia menjadi anggota OPEC membuka peluang positif bagi Pertamina untuk membeli minyak secara langsung kepada negara anggota OPEC lainnya.

"Yang kami targetkan adalah kami bisa melaksanakan pendekatan-pendekatan kepada negara-negara yang punya produksi, sehingga impor kami harapkan bisa mendapat deal langsung," kata Dwi di kantor pusat Pertamina, Senin 7 Desember 2015. 

Dia mengatakan bahwa cara tersebut bisa membuat pengadaan minyak dan produk minyak bisa lebih efisien. "Siapa saja yang di OPEC adalah yang punya kepentingan, tak hanya jual (minyak) tapi juga yang beli," kata eks direktur utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Sudirman Said menambahkan setiap negara dalam organisasi ini akan membahas arah kebijakan dan strategi perminyakan ke depan. Hal ini tentunya akan menjadi informasi yang menguntungkan bagi Indonesia, agar tidak tertinggal dengan negara lain.

"Arah kebijakan akan dibahas. Strategi, produksi, harga minyak, dan juga stok. Di dalam kelompok itu juga tidak akan tertinggal informasi soal itu. Jadi, kami bisa lebih cepat menata kebijakan," kata dia.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, saat dihubungi VIVA.co.id, Senin 7 Desember 2015 mengatakan negara-negara yang menjadi anggota OPEC merupakan produsen minyak yang juga merupakan pengekspor minyak. 

Sementara itu, Indonesia juga merupakan produsen minyak, tapi bukan merupakan eksportir minyak. Yang ada, Indonesia merupakan negara pemasok minyak (net importir).

"Sebenarnya agak aneh. OPEC, kan, eksportir, sementara kita ini net importir," kata Komaidi. Namun ia mengaku masih bersifat netral terhadap reaktivasi keanggotaan OPEC kepada Indonesia. 

Sebab, dampak plus dan minusnya baru bisa dibuktikan satu dua tahun ke depan. Yang terlihat jelas efeknya adalah Indonesia harus membayar uang iuran anggota setelah aktif kembali menjadi anggota OPEC.

"Kalau dari pemerintah, (masuknya kembal Indonesia jadi anggota OPEC), bisa menarik investasi dan mempermudah pembelian minyak. Itu perlu dibuktikan satu-dua tahun ke depan," ujarnya. 

Komaidi melanjutkan, Indonesia bisa saja membeli minyak dari anggota OPEC tanpa harus menjadi anggota OPEC. Sebab, negara-negara OPEC merupakan produsen minyak yang mengekspor komoditasnya kepada negara non penghasil minyak dan non-OPEC.

Misalnya, Iran tak mungkin menjual minyaknya kepada Arab Saudi yang notabene adalah produsen minyak. "Kita (Indonesia) saja yang agak aneh," kata dia. 

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran mengakui akan ada keuntungan yang didapatkan setelah Indonesia bergabung dengan OPEC. 

"Kebutuhan minyak kita meningkat, sedangkan selama ini Pertamina beli melalui broker, dengan kembali menjadi anggota OPEC hubungan transaksi minyak akan G to G (Government to Government) dan ini akan sangat baik," kata dia saat dihubungi. 

Artinya, akan ada transparansi dan akuntabilitas dalam transaksi minyak. "Harga juga menjadi lebih khusus, karena ini transaksi antar anggota. Tapi tetap harus diawasi oleh pemerintah, Pertamina jangan main sendiri," tuturnya. 

Sedangkan kerugiannya, saat ini Tumiran mengaku belum melihatnya. "Ya paling kita bayar iuran, sedangkan tidak ada pemasukan dari minyak karena kita  bukan lagi pengekspor," ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya