Provokasi Rasis Basi ala Donald Trump

Donald Trump
Sumber :
  • Gaga Skidmore/Wikimedia

VIVA.co.id - Calon kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump kembali menabuh genderang anti Muslim. Melalui pernyataan yang disebarkan oleh berbagai media, ia mengusulkan agar seluruh Muslim dilarang memasuki Amerika untuk alasan apa pun.

Menurut Trump, ia mengusulkan hal tersebut hingga negara bisa membingkai dengan tepat, apa yang sesungguhnya diinginkan oleh kelompok Muslim.
"Sampai kita mampu menemukan dan memahami masalah, dan ancaman berbahaya yang mereka tampakkan, maka negara ini tak boleh menjadi korban serangan besar dari orang-orang yang hanya percaya pada Jihad, dan tak punya rasa memiliki atau menghargai kehidupan manusia lain," kata Trump, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa, 8 Desember 2015.

Ini bukan pertama kalinya Trump mengobarkan semangat kebencian pada Muslim dan Islam. Sebelumnya, ia pernah mengatakan seluruh Muslim di dunia bahagia dengan serangan di gedung World Trade Centre pada 9 September 2001.

“Di seluruh dunia, mereka (Muslim) benar-benar menggila dengan serangan tersebut,” kata Trump saat berkampanye di Sarasota, Florida, Minggu, 29 November 2015. Raja properti itu juga pernah mengatakan, jika ia terpilih, maka ia akan mengusir semua pengungsi Suriah.

Pernyataan Trump yang sepertinya begitu membenci Muslim membuat sejumlah Muslim Amerika mengaku ketakutan. “Ia seperti memberi kesempatan pada siapa pun untuk menyakiti kami,” kata Ahmad Sheheed. Pria lulusan Teknik Pertanian ini pindah ke Amerika dari Arab Saudi sejak tahun 1980, dan kini menjalan bisnis wisata.

Ahmed, yang juga Direktur Pusat Kegiatan Islam di Jersey, mengatakan, tuduhan dan kalimat Trump memprovokasi kebencian dan kekerasan pada Muslim.

Tebakan Beruang Putih 'Peramal' Soal Trump Benar

“Saya meminta pada Trump, saya memohon agar ia menghentikan semua tuduhan ini. Lihatlah bagaimana Muslim telah menjadi bagian dari kepingan Amerika, kami adalah bagian dari Amerika. Kami tak akan kemana-mana,” katanya, seperti dikutip dari India Times, Rabu, 8 Desember 2015.

Ahmed menyampaikan bagaimana sebagian Muslim Amerika merasakan ketakutan. “Mereka menyampaikan bagaimana Muslimah berjilbab yang diganggu di jalan, seorang Muslim pengemudi taksi yang ditembak di punggung saat perayaan Thanksgiving, dan sebuah kepala babi yang digeletakkan di depan pintu masjid di Philadelphia,” tutur Ahmed.

Kebablasan

Alasan Pemuda Ini Nekat Panjat Menara Trump

Ketakutan Muslim Amerika bisa dipahami. Sejak terorisme semakin meningkat, dan kelompok militan ISIS yang mengatasnamakan Islam semakin berkibar, kelompok Muslim minoritas di berbagai negara menjadi sasaran kekerasan dan terror.

Kasus penembakan di San Bernardino yang menewaskan 14 orang, dan masih segar dalam ingatan, membuat Muslim Amerika tercekam teror. Penembakan tersebut dilakukan oleh pasangan Muslim yang masih sangat muda, 28 dan 27 tahun. Apalagi kemudian FBI tegas mengatakan, penembakan itu adalah kasus terorisme.

Namun, meski Muslim Amerika dicekam rasa takut dan khawatir, publik Amerika sepertinya sudah jenuh dengan propaganda Trump. Sejumlah kolega dan lawan politiknya menganggap Trump sudah kebablasan. Margareth Huang, Direktur Eksekutif Amnesty Internasonal USA, mengatakan semua pernyataan berisi kebencian, meski diucapkan dengan sangat retoris harus ditolak.

"Usulan Trump adalah pelayan terburuk atas prasangka etnis dan agama. Ini adalah hal terburuk dalam bagian sejarah AS. Semua tokoh politik harus menolak pengkambinghitaman dan menjual rasa takut dalam permainan Trump ini. Kefanatikan tak selamanya dihadapi dengan kontra terorisme," kata Huang dalam sebuah pernyataannya seperti dikutip tasnimnews.com, Selasa, 7 Desember 2015.

"Gelora anti Muslim dan anti imigran yang disampaikan oleh Trump tak ada hubungannya dengan menciptakan rasa aman pada rakyat Amerika. Ini adalah tentang memenangkan dukungan dengan menakut-nakuti warga. Fanatisme yang menjadi kambing hitam Trump akan menghilang dihadapan kesamaan dan kebebasan beragama," kata Huang menegaskan.

Tak hanya Huang yang mengecam pedas usulan Trump. Sejumlah gubernur juga mengecam pernyataan Trump. Bahkan Chris Christie, Gubernur New Jersey yang sempat mengambil sikap keras pada imigran Suriah juga menolak usulan Trump. "Ini menjadi sebuah bukti lagi, bahwa Trump tak bisa menjadi presiden. Dan sekali lagi, ini adalah hal yang memperlihatkan seseorang yang bicara tanpa pengalaman dan tanpa tahu apa yang mereka bicarakan," kata Christie seperti dikutip dari Boston Globe, 7 Desember 2015.

Senator Lindsey Graham, sesama anggota Partai Republik, juga memberikan pernyataan pedas melalui akun Twitternya @LindseyGrahamSC. “Setiap orang yang berminat menjadi presiden harusnya melakukan hal yang benar, dan menolak pernyataan @Realdonaldtrump’s,” komentar Graham.

Sementara Jeb Bush, mantan Gubernur Florida yang pernah disebut "memiliki energi rendah" oleh Trump beberapa bulan yang lalu mengatakan, kompetitornya itu sudah tersesat. "Donald Trump sudah tak berdaya. Usulannya tak serius," kata Jeb Bush, melalui pernyataan yang disampaikan lewat Twitternya.

Gubernur Ohio John Kasich juga menyindir Trump. Menurut dia, harusnya pemikiran Trump sudah membuat pria gaek itu tersingkir dari kandidat calon presiden.

Senator Marco Rubio dari Florida juga menyatakan keberatannya. "Saya tak setuju dengan usulan terakhir Trump. Kebiasaannya membuat pernyataan yang offensif dan aneh tak akan membawa pada persatuan Amerika," katanya.

Sependapat dengan sejawatnya, Senator Rand Paul dari Kentucky juga memilih tak memukul rata Muslim seperti yang disampaikan Trump. "Paul telah lama mengusung isu untuk membuat batas keamanan, dan mengusulkan solusi nyata. Awal bulan ini ia mengajukan kepada legislasi untuk membuat aturan yang membatasi imigran dari negara dimana menjadi pusat radikalisme, sambil membangun sistem yang bisa dijadikan acuan untuk menseleksi dengan ketat," komentar Sergio Gor, juru bicara Rand Paul.

Meski kecaman datang bertubi-tubi, bisa jadi Trump tak peduli. Ia terus melangkah dengan kebebalannya dan kesukaannya mengumbar pernyataan yang provokatif dan rasis. Sebab, ia bahkan sudah bisa meramalkan reaksi publik yang akan ia terima terkait komentar rasisnya. Seperti dikutip dari salah satu kalimat ketika ia mengusulkan agar Muslim dilarang memasuki Amerika. “Saya akan menyampaikan sesuatu yang mencolok dan penting. Saya tahu, secara politik ini mungkin tak benar, tapi saya tak peduli.”

Jadi, ini mungkin pertanda bagi publik dan Muslim di negara Paman Sam, untuk mengabaikan Trump dan semua pernyataannya yang mendiskreditkan Muslim. Apalagi, masih lebih banyak warga Amerika yang memilih mengabaikan Trump dan tetap menawarkan persahabatan pada Muslim di sana.  (umi)

11-08-1984: Ronald Reagan Ungkap Lelucon Konyol untuk Soviet
Gelombang Aksi Protes Terpilihnya Presiden AS Donald Trump.

Tanggapan Muslim di Afrika atas Menangnya Trump

Amerika Serikat sedang mengalami degradasi moral.

img_title
VIVA.co.id
12 November 2016