Dari Minuman Berkarbonasi ke Smartphone

Ponsel P1 buatan Pepsi
Sumber :
  • Trusted Review

VIVA.co.id - Sepertinya, saat ini, hampir semua perusahaan tergiur dengan bisnis smartphone. Awalnya memang hanya rumor, namun bulan lalu, tepatnya pertengahan November, perusahaan minuman bersoda, Pepsi membenarkan rumor ini keterlibatannya dalam mengembangkan sebuah ponsel pintar berbasis Android.

Kuartal II 2016, Penjualan Ponsel Hanya Naik 1 Persen

Setelah Pepsi, belakangan beredar rumor jika Coca Cola pun akan memasuki bisnis yang sama. Perusahaan itu dikabarkan telah mendapatkan desain smartphone yang sangat ‘coca cola’ dan siap dikembangkan. Meski hanya konsep, rencana itu akan terwujud jika Coca Cola mau menyisihkan sebagian dananya untuk mengembangkan smartphone tersebut.

Banyak pihak yang mempertanyakan apa yang menyebabkan perusahaan minuman soda ini berlomba menawarkan smartphone yang dikostumisasi sedemikian rupa. Padahal pendapatan perusahaan masih cukup besar. Namun memang kedua perusahaan cola ini bersaing ketat dalam industri. Untuk urusan merek paling bernilai, Coca Cola masih mengungguli Pepsi.

Masuk Zona Bahaya Ketika Liburan, Tekan Tombol Ini

Coca Cola berada di posisi keempat sebagai merek paling bernilai versi majalah Forbes. Brand ini memiliki nilai sekitar US$56 miliar dengan dana iklan secara global mencapai US$3,5 miliar. Sedangkan Pepsi berada jauh diurutan ke-29 dengan nilai merek US$19 miliar dan nilai iklan global mencapai US$2,3 miliar.

Pendapat lain mengatakan, seperti dilansir melalui en.yibada.com, Pepsi dan Coca Cola ingin bersaing dalam urusan iklan digital, khususnya di smartphone. Alih-alih ingin berada di semua platform iklan digital yang ada, Pepsi pun memilih untuk membuat platform sendiri, berupa smartphone P1. Di gadget besutannya ini, Pepsi bisa dengan bebas memasukkan format iklan digital apa saja. Apalagi, dengan membuat smartphone sendiri, Pepsi akan dibebaskan dari pengeluaran iklan setiap tahunnya. Artinya, Pepsi mendapatkan kesempatan untuk bisa beriklan gratis selama-lamanya. 

Penggunaan Dompet Digital Semakin Populer

Diketahui, pangsa pasar minuman berkarbonasi dikuasai Pepsi dan Coca Cola. Selain brand value Pepsi yang kalah dengan Coca Cola, pangsa pasar Pepsi juga masih kalah. Di Amerika saja, Pepsi Cola hanya memiliki pangsa pasar sekitar 8,8 persen, dibanding Coca Cola yang mencapai 17,6 persen.

Bisa jadi, penurunan penjualan yang dialami minuman berkarbonasi membuat Pepsi dan Coca Cola memillih untuk mengetes pasar untuk bisnis yang berbeda, smartphone. Seperti diberitakan Research and Markets, pasar minuman berkarbonasi mengalami pertumbuhan CAGR hanya 2,15 persen dan 2,04 persen, sepanjang 2014 sampai 2019. Pertumbuhan yang kecil ini tidak hanya terkait dengan pendapatan tapi juga volume.

Menurut penelitian R&M, popularitas minuman herbal semakin menjepit tren minuman berkarbonasi. Masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan dan memilih minuman herbal, atau minuman kesehatan yang mampu menggantikan minuman berkalori macam Pepsi dan Coca Cola. 

“Pemicu paling utama dari penurunan pendapatan ini karena minuman berkarbonasi mendapatkan tantangan dari masalah kesehatan yang menghantui, beberapa di antaranya meningkatnya resiko diabetes dan obesitas,” ujar Laura Wood, periset dari R&M.

Strategi Jajal Pasar

Meski dikabarkan ingin masuk ke pasar smartphone global, belum ada konfirmasi, baik dari Pepsi maupun Coca Cola, yang menyatakan keseriusan mereka di pasar ini. Bahkan Pepsi, yang sudah meluncurkan smartphone P1, tidak mengeluarkan dana yang banyak untuk membuat gadget tersebut. Dalam pembuatannya pun terbatas, hanya beberapa unit dan dipasarkan secara eksklusif di China, tidak di negara lain.

Dilansir Pocket Lint, strategi Pepsi mengeluarkan P1 hanya untuk memperkuat brand minuman itu di pasar China. Buktinya, saat akan dijual, Pepsi menggunakan jasa perusahaan pengelola dana urunan, JD Finance. Sedangkan urusan produksi diserahkan kepada manufaktur bernama Shenzhen Scooby Communication Equipment Co.

Dengan menampilkan P1 di website JD, pelanggan diperbolehkan memesan unit P1 dengan harga di bawah standar. Untuk pemesan awal, P1 hanya dibanderol US$78 . Sekian ribu unit habis dipesan dalam kurun 14 hari. Usai pemesanan awal, harga P1 naik menjadi US$110. Jika terjual banyak, harga P1 dinaikkan kembali menjadi US$156.

Bisa jadi, cara ini pula yang akan diadopsi oleh Coca Cola. Sama halnya dengan Pepsi, awalnya muncul konsep desain smartphone P1, kemudian rumor mengenai spesifikasi, sampai akhirnya benar-benar meluncur pada November 2015. 

Konsep desain smartphone untuk Coca Cola

Spesifikasi Smartphone Pepsi dan Coca Cola

Menurut laporan dari Mobipicker, P1 akan menggunakan sistem operasi Android 5.1 Lollipop, RAM 2 GB, memori internal 16 GB, baterai 3.000 mAh. Ponsel dengan layar 5,5 inci ini akan didukung kamera depan 5 MP dan kamera belakang 13 MP. Prosesor yang akan menjadi senjatanya adalah octa-core Mediatek MT6592 yang dilengkapi juga dengan RAM 2GB dan internal storage 16GB.

Smartphone ini mengadopsi teknologi dual sim yang salah satunya memiliki fungsi hybrid. Jika dibutuhkan, salah satu slot sim card itu bisa berperan sebagai slot micro SD atau untuk penyimpanan eksternal.Dikabarkan P1 ini akan dibanderol sekitar US$206 atau setara dengan Rp2,7 juta. Harga yang cukup pantas untuk sebuah smartphone berkapasitas RAM 2GB. Teknologi kameranya pun dilengkapi dengan f/2.0 aperture and 1/3.06-inch lens. Dan tentunya jaringan komunikasi generasi ke-4 atau 4G LTE.

 Sedangkan Coca Cola, meski baru konsep, desainnya cukup menarik mata para penggemar minuman bersoda ini. Bentuknya mirip dengan kaleng coca cola versi tipis, dan dibagian belakang terdapat kamera yang dirancang mirip dengan pin pembuka botol kaleng Coca Cola.

Sepertinya belum diketahui kebenaran dari proyek Coca Cola Phone ini. Yang jelas, dilansir melalui Phones Review, Selasa, 15 Desember 2015, konsep ini ternyata bukanlah hasil rancangan asli dari Coca Cola melainkan dari perancang bernama Jonathan Gustafsson. Yang menarik, jika Coca Cola setuju dengan idenya, ia akan mengusulkan untuk penggunaan materi ponsel berasal dari kaleng bekas Coca Cola yang didaur ulang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya