Belajar dari Masalah Arya, Jangan Berlebihan Manjakan Anak

Arya Permana (10), anak dengan bobot tubuh 190 kilogram.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Novrian Arbi

VIVA.co.id – Bocah berusia 10 tahun, Arya Permana, belakangan ini menjadi sorotan banyak media massa. Hal ini tidak lain karena bobot tubuhnya yang melebihi batas normal, dan sudah masuk katagori severely obese atau obesitas ekstrem.

Anak Ngemil Minum Manis saat Pandemi, Awas Obesitas

Dia mengalami kelebihan berat badan hingga bobotnya mencapai 190 kilogram. Arya mengalami kenaikan berat badan secara drastis setelah diketahui sering mengkonsumsi minuman kemasan dan mi instan.

Dengan kondisi tersebut, Arya harus mendapatkan perawatan di Rumah Sakit untuk menurunkan bobot tubuhnya yang sudah tidak wajar. 

Anak obesitas, Bagaimana Mengatasinya?

Arya datang ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Jalan Dr Djundjunan, Kota Bandung, pada Senin sore. Anak ini berasal dari Desa Cipurwasari, Kecaman Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

"Arya akan ditangani oleh 13 dokter spesialis dari bagian ilmu kesehatan anak, seperti dokter rehabilitasi medis, farmasi, penyakit dalam, serta orthologi," ujar Dr. Julistio TB Djais, Ketua Tim Penanganan Medis Arya Permana, Selasa, 11 Juli 2016.

Cegah Anak Obesitas, Kurangi Asupan Gula

Menurut pengakuan sang ayah, Ade Somantri, Arya kerap menangis jika keinginan untuk makan dan minum minuman kemasan tidak diturutinya. Ade pun terpaksa memenuhi keinginan Arya agar buah hatinya tenang.

Gaya hidup

Akibat dari obesitas tersebut, Arya harus menjalani porsi makan seimbang untuk mengurangi berat badannya. Arya dipastikan tidak menjalani puasa. Namun, menjalani perawatan ketat dengan manajemen diet gizi dan olah raga.

"Arya tidak dipuasakan, tidak kami kasih diet ketat. Porsi seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, serat, mineral dan vitamin. Gerakan aktif agar bisa turun berat badannya," ungkap Sekretaris tim dokter RSHS, dr Novina Andriana, di Bandung, Kamis 14 Juli 2016.

Novina menjelaskan, perawatan ini dijalankan dengan prioritas pengobatan terhadap pasien anak, bukan dewasa yang mengutamakan penurunan berat badan untuk estetika. Arya, menurutnya, masih tergolong anak yang mengalami proses tumbuh kembang.

"Kita bicarakan soal anak tumbuh kembang, kami tidak langsung terapi operasi, kami hitung kebutuhan karbohidrat, protein, lemak. Kami berikan secara seimbang. Bukan diet ketat, puasa, ini anak masih tumbuh kembang. Alamiah saja," kata Novina.

Bahkan, sekali pun itu langkah operasi pengecilan lambung pun masih jauh untuk dipertimbangkan tim dokter. Saat ini, tim dokter memprioritaskan penanganan Arya tanpa terapi pasif agar bisa mengembalikan bobot normalnya.

"Pengurangan porsi makanan, Arya enjoy saja tidak protes, mudah-mudahan seterusnya juga bisa. Kami mencoba menanamkan pemahaman bagi orang tua Arya terkait dengan jumlah porsi makanannya. Mudah-mudahan bisa ditanamkan di rumah sehingga ibunya bisa membiasakan membuat menu makanan Arya sehari-hari," lanjut dia.

Orangtua harus konsisten dan tegas

Apa yang dialami Arya bisa menjadi pelajaran penting bagi para orangtua. Bahwa memenuhi segala keinginan anak belum tentu baik bagi mereka.

Menurut Psikolog Anak Anita Chandra, M.Psi, kontrol orangtua menjadi hal yang penting dalam menghadapi anak yang penuntut.

Anak yang tantrum ketika keinginannya tidak terpenuhi berkaitan dengan masalah perilaku. Anita menuturkan, perilaku bisa dibentuk melalui prinsip ABC, yaitu anticedents atau pencetus, behaviour atau perilaku, dan consequences atau konsekuensi.

"Misalnya ketika anak meminta botol minuman kemudian orangtua tidak memberi. Lalu dia tantrum atau mengamuk dan orangtua memberikan apa yang diinginkannya. Dia melihat itu sebagai konsekuensi dan mengulang lagi, sehingga menjadi behaviour [kebiasaan]," kata Anita kepada VIVA.co.id, Jumat 15 Juli 2016.

Untuk itu, saran Anita, orangtua harus mengambil kontrol dengan bersikap tegas dan konsisten. Jika orangtua konsisten tidak selalu memenuhi keinginan anak ketika dia tantrum, maka secara perlahan perilaku itu akan menurun.

Selain itu, sikap konsisten ini juga harus didukung oleh lingkungan sekitar. Jangan sampai ketika orangtua tidak memberi, tapi nenek atau kakek memberi, anak akan memanfaatkan itu sebagai peluang.

Menghadapi anak tantrum pun orangtua harus bisa menanganinya dengan baik. Sebaiknya bawa anak ke tempat yang aman dan tidak ada sesuatu yang bisa melukainya ketika dia mengamuk.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya