Menunggu Penyelidikan Polisi atas Pizza Hut

Gerai Pizza Hut di Jakarta, Selasa (6/9/2016).
Sumber :
  • ANTARA/M Agung Rajasa

VIVA.co.id – Berawal dari investigasi Majalah Tempo dan BBC. Dua restoran waralaba yang mendunia, Pizza Hut dan Marugame Udon, jadi sorotan. Kedua restoran itu diduga menggunakan bahan-bahan yang sudah habis masa pakainya. Praktik ini disinyalir sudah berlangsung lama, tiga tahun terakhir. Temuan ini menggemparkan publik.  

Dua Pemuda Indonesia Buka Restoran 'Saji' di Kopenhagen

Dari investigasi dua media itu, ada sejumlah bahan yang sudah habis masa pakainya, namun masih diperpanjang. Caranya, menutup label asli, lalu menempelkan label baru yang sudah berganti masa kedaluwarsanya.

Kabar penggunaan bahan makanan kedaluwarsa langsung mendapat respons dari kedua restoran. Mereka membantah keras kabar tak sedap itu.

Restoran Indonesia di London Berjuang Bangkit dari Resesi Virus Corona

Pemegang merek Pizza Hut Indonesia, PT Sarimelati Kencana, mengklarifikasi kabar penggunaan bahan makanan kedaluwarsa pada produk Pizza Hut.

PT Sarimelati Kencana memastikan produk yang dibuat Pizza Hut Indonesia berkualitas dan telah melewati proses penjaminan kualitas. Untuk itu, produk mereka layak dikonsumsi.

Kursien Karzai, Dari Fashion Merambah Kuliner

"Kami tegaskan bahwa dugaan yang menyebut Pizza Hut Indonesia memakai bahan-bahan kedaluwarsa adalah tidak akurat dan berdasar pada asumsi," tulis Pizza Hut Indonesia dalam akunnya di Twitter, Minggu, 4 September 2016.

Muhammad Haviz, Area Manager Pizza Hut Indonesia, mengatakan akibat pemberitaan di media yang sangat kontroversial tersebut, internal dan konsumen mereka menjadi terdampak.

Dalam klarifikasinya, Pizza Hut Indonesia menuding pemberitaan yang menyebutkan penggunaan produk kedaluwarsa merupakan kabar yang tidak akurat. Pizza Hut Indonesia menegaskan, keamanan, kenyamanan dan kepercayaan konsumen sebagai prioritas utama.

Head of Quality Assurance Marugame Udon Indonesia, Ike Wahyu Andayani, membantah kabar itu. Dalam keterangan pers di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu, 4 September 2016, Ike menegaskan pihaknya memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada konsumen serta ke seluruh karyawan.

"Berdasarkan hal ini, kami menjamin seluruh makanan yang kami suguhkan telah melalui proses selektif pengadaan bahan baku yang ketat dan sejalan dengan tata laksana penanganan keamanan makanan yang ditetapkan oleh prinsipal internasional kami, Toridoll Japan," kata Ike.

Ike justru mempertanyakan narasumber yang digunakan oleh kedua media itu dalam memberikan informasi terkait dugaan penggunaan bahan kedaluwarsa. Dia menuding, informan yang digunakan tidak akurat.

"Kami mempertanyakan siapakah mantan karyawan tersebut atau karyawan yang dimaksud. Apa motivasinya, apakah mungkin kecewa atau sakit hati dengan perusahaan yang akhirnya memperbesar kemungkinan informasi yang disampaikan itu berat sebelah dan tidak akurat," tuturnya.

Oleh karena itu, dia menegaskan, seluruh bahan makanan yang digunakan berkualitas tinggi dan layak konsumsi. "Semua produk kami aman, halal dan higienis."

Presiden Direktur Sriboga Raturaya, Alwin Arifin, mengaku kecewa dengan pemberitaan yang beredar. Bahkan, dia menilai pemberitaan itu tidak didasarkan pada bukti-bukti.

"Kami meragukan apa yang mereka dapat, apakah memang ada tekanan dari dari luar. Saya keberatan dan kecewa karena tuduhan itu tidak mendasar," ujar Alwin.

Restoran Marugame Udon, Pizza Hut Indonesia dan Pizza Hut Delivery, merupakan bagian dari Sriboga Food Group, yang dibawahi PT Sriboga Raturaya.

Alwi menegaskan, selama beberapa bulan sekali selalu ada pengecekan kualitas, baik oleh internal maupun eksternal terhadap restorannya. Sehingga, tidak ada alasan pihaknya menggunakan bahan baku kedaluwarsa.

Kata Alwi, Pizza Hut telah beroperasi selama 32 tahun di Indonesia. Jumlah outlet sampai dengan saat ini mencapai 326 gerai di seluruh Indonesia dan mempekerjakan lebih dari 13 ribu karyawan.

"Selama 32 tahun beroperasi, tidak ada satupun orang yang pernah melaporkan keracunan atau sakit perut karena makan Pizza Hut, tidak ada," tuturnya.

Inspeksi mendadak

Untuk memastikan apakah restorannya menggunakan bahan kedaluwarsa, pihak dinas kesehatan melakukan inspeksi mendadak atau sidak, ke outlet-outlet Pizza Hut, Pizza Hut Delivery dan Kitchen by Pizza Hut di sejumlah tempat.
 
General Manager Pizza Hut, Andreas Chandra, mengatakan langkah ini untuk memastikan sekaligus memberikan ketenangan kepada konsumen.

"Kami berusaha terbuka kepada masyarakat dan media terkait hal ini. Bahkan dinas kesehatan di telah melakukan sidak di puluhan outlet kami yang ada di Indonesia," kata Andreas Chandra, di gudang penyimpanan bahan makanan untuk Pizza Hut di kawasan Narogong, Bekasi Jawa Barat, Selasa, 6 September 2016.

Menurut Andreas, sidak telah dimulai sejak Minggu, 4 September 2016. Tak kurang dari 30 outlet Pizza Hut, Pizza Hut Delivery dan Kitchen by Pizza Hut di Indonesia telah diperiksa oleh dinas kesehatan setempat.

Andreas mengklaim, dari puluhan outlet yang telah disidak tersebut, tak ada satupun yang melakukan pelanggaran atau penyimpangan, termasuk menggunakan bahan kedaluwarsa.

Temuan polisi

Kedua restoran itu boleh saja membantah menggunakan bahan kedaluwarsa. Tapi, Badan Reserse Kriminal Polri, tetap melakukan pengusutan.

Bahkan, dari hasil investigasi Bareskrim Polri beberapa waktu lalu terhadap sebuah restoran di mal Jakarta, ada bahan yang memang sudah kedaluwarsa.

Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Pol Ari Dono Sukmanto, mengatakan investigasi dugaan bahan makanan kedaluwarsa di restoran ini berangkat dari kasus vaksin palsu, yang ramai beberapa waktu lalu.

Bareskrim bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Kementerian Kesehatan menerima informasi ada restoran di mal yang diduga menggunakan bahan kedaluwarsa.

"Kami investigasi ada salah satu bahan mi udon dari tepung ikan yang kami lihat memang sudah kedaluwarsa," kata Ari di DPR, Jakarta, Senin malam, 5 September 2016.

Ia mengatakan, dari gudang restoran itu ditemukan ada beberapa ikan yang sudah habis masa pakainya alias kedaluwarsa. Ari menemukan ikan diberi lapisan seolah masih ada masa berlakunya.

"Saya lihat ada pidana pemalsuan. Tapi apakah barang ini berbahaya atau tidak, masih dalam proses forensik. Hanya ada di satu resto makan saja," kata Ari.

Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Pol Purwadi, mengatakan pengusutan bahan kedaluwarsa di restoran Marugame Udon sudah ditangani sejak April 2016.

“Ada informasi, kami melakukan penyelidikan dan kami temui di sana dan lakukan penyitaan di sana barang yang diduga kedaluwarsa. Sampai saat ini barang tersebut sudah kami sita," kata Purwadi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa, 6 September 2016.

Meski begitu, kata Purwadi, pihaknya belum memastikan apakah bahan kedaluwarsa yang digunakan restoran itu berbahaya atau tidak bagi konsumen. Barang bukti itu akan dibawa ke laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan.

"Kami akan periksakan lagi ke BPOM yang di IPB (Institut Pertanian Bogor--red) apakah barang tersebut kedaluwarsa berbahaya. Saya pikir sampai saat ini kita tetap asas praduga tak bersalah," kata Purwadi.

Sampai saat ini, kata Purwadi, penyidik telah melakukan pemeriksaan terhadap 15 saksi untuk proses penyidikan. Belum ada tersangka dalam kasus ini.  

"Tentunya polisi tidak bisa berdiri sendiri, kan dapat masukan (laporan) dari masyarakat," ujar Purwadi.

Tak hanya Bareskrim Polri, Polda Metro Jaya juga ikut terlibat dalam pengusutan kasus dugaan penggunaan bahan kedaluwarsa dalam produk Pizza Hut dan Marugame Udon.

Kepala Aparat Subdit Sumber Daya Lingkungan (Sumdaling) Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Sutarmo, mengatakan timnya akan mengecek apakah dugaan bahan kedaluwarsa berada di gudang pusat atau gudang restonya.

"Walaupun sudah ada dari Bareskrim (penyidikannya), tapi arahan dari Kapolda, kami akan cek," kata Sutarmo, di Mapolda Metro Jaya, Selasa, 6 September 2016.

Sutarmo menambahkan, pihaknya sudah menurunkan tim yang akan mengecek mekanisme pendistribusian barang serta pangan di Pizza Hut dan Marugame Udon. Mulai dari hulu (gudang pusat) sampai restoran.

"Tujuannya untuk mengetahui persisnya di mana terjadinya (perpanjangan) expired date terjadi," kata Sutarmo.

Kepala BPOM RI, Penny Kusumastuti Lukito, mengatakan penggantian label kedaluwarsa dalam kemasan bahan makanan yang akan diolah kembali merupakan tindak pidana.

Penny menjelaskan, pada Pasal 99 UU Nomor 18 Tahun 2012 secara tegas melarang tindakan penghapusan, pencabutan, penutupan, penggantian label, atau pelabelan ulang yang bertujuan menukar tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa pangan yang diedarkan.

"(Kalau melanggar) ini ada ancaman pidananya, di dalam UU Pangan," ujar Penny di Markas Besar Kepolisian RI, Jakarta Selatan, Selasa, 6 September 2016.

Namun, kata Penny, untuk melakukan tindakan terhadap pelanggaran itu, bukan ranah BPOM. Penny mengatakan, Kepolisian merupakan pihak yang berwenang melakukan penegakan hukum. Termasuk menyelidiki dugaan penggunaan bahan kedaluwarsa Pizza Hut dan Marugame Udon.

[Baca: ]

Konsumen tak percaya

Meski ramai diberitakan menggunakan bahan berkedaluwarsa, konsumen tidak percaya begitu saja. Konsumen tetap makan di gerai Pizza Hut.

Seperti pantauan VIVA.co.id, di restoran Pizza Hut Harapan Indah, Bekasi, Selasa, 6 September 2016. Di restoran ini operasional berjalan normal. Pemberitaan yang ada tidak berpengaruh pada kunjungan konsumen.

Purnomo (46), salah satunya. Dia mengaku tidak langsung percaya dengan pemberitaan terhadap restoran yang menjual makanan khas Italia tersebut. Menurutnya, semua itu harus dibuktikan terlebih dahulu. Bukan berdasarkan dugaan-dugaan.

"Pemberitaan itu kan belum tentu benar, karena memang tidak didasari bukti. Saya sih masih percaya sama Pizza Hut," ujar Purnomo.

Pria yang tinggal di Babelan, Bekasi ini, mengaku pizza telah menjadi makanan kesukaan keluarganya sejak lama. Dia juga tak pernah mempunyai pengalaman buruk selama mengonsumsi makanan tersebut.

"Ya enggak terpengaruhlah. Meskipun ada pemberitaan negatif kayak gitu. Selama belum terbukti ya saya akan tetap beli pizza di sini (Pizza Hut)," ujarnya.

Hal sama disampaikan Aurel (19). Dia merupakan penggemar pizza. Karena itu, dia tetap akan makan pizza di restoran itu. "Ya masih mau dong karena memang enggak terbukti," ujar Aurel.

Aurel mengaku langsung mencari informasi di internet begitu tahu ada pemberitaan soal Pizza Hut. Dia kemudian membuka Twitter.

Dari sana, dia menemukan nomor call center Pizza Hut. Aurel lantas menelepon nomor tersebut dan mendapat penjelasan dari customer service bahwa berita tersebut tidak benar.

"Udah dijelasin, aku jadi lebih tenang. Jadi enggak resah karena sudah dapat penjelasan langsung dari Pizza Hut," ujarnya.

Kekhawatiran sempat menghinggapi Saidah (56). Dia khawatir ada pengaruh buruk jika benar pizza itu memakai bahan kedaluwarsa.

"Tapi anak saya bilang katanya enggak apa-apa, masak iya Pizza Hut memakai bahan makanan kedaluwarsa," ujar Saidah.

[Baca: ]

Efek makanan kedaluwarsa

Kabar produk makanan kedaluwarsa Pizza Hut dan Marugame Udon meresahkan masyarakat. Makanan kedaluwarsa berpotensi merusak kesehatan, karena telah terkontaminasi bakteri dan jamur.

Hal ini disampaikan spesialis gizi, Dr. dr. Yustina Ani Indriastuti, M.Sc, SpGK, kepada VIVA.co.id, Selasa, 6 September 2016.

Menurut Yustina, jika makanan kedaluwarsa dikonsumsi maka bisa berdampak buruk seperti diare, muntah dan sakit perut.

"Dampaknya per individu tidak sama, apalagi tergantung bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Tapi biasanya risiko diare, muntah dan sakit perut pasti ada," ujar Yustina.

Bisa saja jamur tumbuh dan berkembang di dalam usus, sehingga timbul sakit pada bagian perut secara berkelanjutan. Selain itu, makanan yang telah melewati masa kedaluwarsanya sudah mengandung zat-zat berbahaya, sehingga efeknya bisa langsung terjadi, seperti keracunan.

"Umumnya, saat keracunan itu bisa terlihat reaksi dan tandanya langsung di tubuh, misal sakit perut dan kejang-kejang. Namun tandanya ini tidak bisa dijadikan patokan karena efeknya tiap mikroba dan pada individu pasti berbeda," katanya.

Oleh karena itu, dokter yang bekerja di RS St. Carolus Summarecon Serpong ini meminta para konsumen bisa lebih waspada terhadap makanan yang akan dikonsumsi. Sehingga, dampak buruk pada tubuh bisa segera dihindari.

"Lihat makanannya, kalau bau dan rasanya sudah enggak normal, hindari. Apalagi kalau sudah berlendir atau teksturnya yang tidak segar. Nah, yang seperti itu patut dicurigai," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya