Debut Snapchat di Bursa Wall Street 

CEO Snapchat, Evan Spiegel
Sumber :
  • USAToday

VIVA.co.id – Setelah lima tahun beroperasi dan mulai digemari para remaja dunia, aplikasi media sosial Snapchat melalui induk perusahaannya, Snap Inc, melakukan pencatatan saham perdana di New York Stock Exchange, Amerika Serikat.

Kota New York Tuntut Instagram, TikTok, Facebook, Youtube Perihal Kesehatan Mental Anak Mudanya

Momentum perusahaan masuk bursa melalui penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) itu, selanjutnya ditandai dengan perdagangan perdana di bursa Amerika Serikat itu, pada Kamis 2 Maret 2017 waktu New York.

Aksi korporasi itu menjadi sejarah, karena debut perdana perusahaan teknologi besar AS asal California melakukan IPO di New York Stock Exchange dan bukan di bursa Nasdaq, yang merupakan bursa saham perusahaan teknologi. Snapchat sepertinya mengikuti jejak Twitter serta Alibaba yang melakukan hal yang sama pada 2013 dan 2014.

Instagram, TikTok, YouTube Raup Cuan Kakap dari Pengguna di Bawah Umur

Snapchat adalah aplikasi pesan foto yang dikembangkan Evan Spiegel, Bobby Murphy, dan Reggie Brown saat masih kuliah di Universitas Stanford. Dengan aplikasi ini, pengguna dapat mengambil foto, merekam video, menambahkan teks, dan lukisan, serta mengirimkannya ke daftar penerima yang ditentukan pengguna.

Lalu, pertanyaannya, apakah saham perusahaan induk Snap Inc ini akan memiliki hari keberuntungan, seperti IPO perusahaan internet besar lainnya? Atau, apakah justru akan menukik tajam, dan meniru kejutan Facebook yang semakin melemah pada beberapa tahun lalu.

Avatar Animasi Facebook Sudah Bisa Dipakai di WhatsApp

Dilansir dari Channel News Asia, Kamis 2 Maret 2017, Snap menghitung nilai pasar perusahaan media sosial itu sebesar US$24 miliar. Snap menyatakan, harga saham IPO ditetapkan US$17 per unit, lebih tinggi dari perkiraan analis.

Sebelumnya, para analis memperkirakan harga per saham Snap hanya US$14-16 per unit, di tengah tingginya permintaan investor. IPO ini membuat Snap akan memperoleh dana segar mencapai US$3,4 miliar atau setara Rp45,4 triliun (kurs Rp13.363 per dolar AS).

Dana segar tersebut diakui Snap akan digunakan untuk memperluas unit bisnis. IPO juga akan membuat Snap memperoleh predikat perusahaan teknologi terbesar di bursa saham AS, setelah saham e-commerce asal China, Alibaba melakukannya pada 2014. 

Snap mulai melakukan perdagangan saham perdana di New York Stock Exchange pada Kamis 2 Maret 2017 waktu setempat dengan kode saham SNAP. 

Pada tahun lalu, Snap memperoleh pendapatan US$404 juta. Saat ini, Snap telah memiliki 158 juta pengguna aktif setiap hari dan lebih dari 2,5 miliar Snap diciptakan setiap harinya.

Dikutip dari Business Insider, pada Kamis 2 Maret 2017, Chief Executive Officer (CEO) Snap, Evan Spiegel, mengungkapkan, investor harus membeli saham Snap pada penjualan perdana nanti, sebab saham ini dipastikan memberi keuntungan yang baik. 

Menurut dia, Snap sebenarnya adalah perusahaan kamera pada awalnya, sebelum kemudian disempurnakan dengan menyimpan dan merekam sesuatu dari pengguna. Hal ini tentu akan meningkatkan memori dan seolah berbicara pada semua orang.

Untuk itu, perseroan sangat meyakini aplikasi ini dapat memberikan jawaban atas keinginan publik sekarang ini untuk selalu berkomunikasi dan seolah-olah bertatap muka langsung, meski dalam kondisi jarak yang sangat jauh.

"Dengan Snap kami menemukan percakapan yang lebih nyaman dan akrab serta memori tidak akan terhapus lebih cepat," tuturnya.

Sementara itu, manajer hedge fund, Eric Jackson mengatakan, dia tidak terkejut dengan harga penjualan saham Snap yang di bawah US$20, meski ada permintaan hingga 40 persen lebih tinggi dan hanya menjadi US$17 per unit.

Selain itu, dari 200 juta saham yang dijual, sebanyak 50 juta sahamnya telah sepakat untuk tidak dilepas dalam satu tahun. Dan mayoritas saham dalam reksa dana besar yang dipegang untuk jangka panjang.

"Mereka (Snap) mencoba untuk mengoptimalkan harga saham untuk menarik lebih banyak modal jangka panjang, sebab mereka bisa saja menjual dengan harga lebih tinggi dan tidak di bawah itu," ujar Managing Partner Goodwater Capital, Eric Kim.

Dan ternyata, dikutip dari laman CNBC pada Jumat 3 Maret 2017, perdagangan perdana saham SNAP berakhir manis. Saham perusahaan aplikasi ini ternyata sangat diminati pasar dan paling bersinar.

Padahal, secara keseluruhan, pada perdagangan kemarin di bursa AS, justru mengalami pelemahan. Saham SNAP tercatat naik lebih dari 40 persen sejak pembukaan pada harga perdana US$17 per unit. Pergerakan harga saham Snapchat dinilai wajar, karena sangat ditunggu kehadirannya oleh investor. 

Selanjutnya, Belajar dari Facebook dan Alibaba

Belajar dari Facebook dan Alibaba

Sebelumnya, pada 19 September 2014, perusahaan e-commerce asal China Alibaba yang didirikan oleh mantan guru bahasa Inggris, Jack Ma juga melakukan IPO di AS. Alibaba membuka saham perdananya seharga US$68 per unit.

Dari IPO tersebut Alibaba berhasil meraup dana sebesar US$21,8 miliar dari publik dan menjadi IPO terbesar sepanjang sejarah. Saat perdagangan perdana, saham Alibaba ditutup US$93,89 dan menguat 38 persen dari penawaran awal.

Untuk itu, jika ingin melanjutkan hasil yang memuaskan, New York Hedge Fund Carbon Investment Partner, Lee Bressler mengatakan, Snap perlu belajar dari IPO perusahaan teknologi sebelumnya.

Selain itu, ‘kesalahan’ Facebook di awal proses masuk bursa bisa menjadi catatan. Saat itu, sepak terjang perusahaan besutan Mark Zuckerberg melambat karena kurangnya pendapatan iklan di mobile.

Dan untuk menarik minat investor di pasar saham, Snap juga harus mampu melakukan inovasi besar. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya