Menguak Bisnis Pesta Seks Gay di Jakarta

Lokasi pesta seks gay di Kelapa Gading diberi garis polisi
Sumber :
  • VIVA.co.id / Bimo Aria

VIVA.co.id – Jika dilihat sekilas, tak ada yang spesial di unit rumah toko berwarna cokelat itu, yang berada di Kompleks Ruko Kokan Permata, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Cerita Pasangan Gay Pertama yang Terima Status Pernikahan di Nepal

Tempat ini hanya sebuah ruko biasa yang memiliki tiga lantai. Tak ada ciri khusus, seperti tulisan atau juga papan tanda nama yang tertera pada ruko. Di depan ruko hanya terdapat beberapa tanaman hias saja.

Belakangan baru diketahui, tempat ini merupakan arena pesta seks kaum gay yang dibalut dengan modus tempat mengolah kebugaran tubuh alias tempat fitnes. Kepolisian menyebut tempat ini bernama Atlantis Gym.

Ulasan Lengkap Monkeypox dari WHO: Penyebaran, Gejala, dan Pencegahannya

Sejak tiga tahun Atlantis Gym membuka usaha di ruko itu, tak ada yang tahu jika sebenarnya tempat itu bukan digunakan semata-mata untuk fitnes saja. Tapi, lebih utama dipergunakan untuk jadi arena para pria penyuka sesama jenis melampiaskan hawa nafsunya.

"Saya juga kaget ini tiba-tiba datang ini sudah ada garis polisi begini," kata Obi, salah seorang pekerja di salah satu ruko lainnya,  Senin, 22 Mei 2017.

Lebih dari 90 Persen Kasus Cacar Monyet Populasi Homoseksual dan Biseksual

Memang, di hari-hari kerja, Senin hingga Jumat, tempat ini selalu sepi. Tapi, di hari libur akhir pekan, Sabtu dan Minggu, terutama menjelang malam hari, tempat itu selalu dibanjiri pengunjung. Bahkan, banyak pengunjung berwajah Arab dan India yang datang.

"Ramai itu kalau weekend, kalau hari-hari biasa mah sepi saja. Jadi yang datang itu ganteng-ganteng, kekar-kekar, kelimis. Mereka macam-macam sih ada orang sini (Indonesia), ada yang India, ada yang kaya Arab juga," kata dia.

Sayangnya tidak ada yang curiga dan mengetahui apa yang dilakukan pria-pria itu di ruko yang tak begitu luas tersebut.

Padahal, berdasarkan penyelidikan petugas kepolisian, setiap hari pengelola arena fitnes menggelar bermacam-macam pesta khusus untuk kaum gay.

Bahkan, dalam sebulan terakhir ini, pengelola terungkap telah menggelar tiga acara besar dengan jumlah peserta mencapai ratusan orang.

Tercatat pada 7 Mei 2017, kelompok ini menggelar acara yang diberi nama Sweet Sensation. Lalu, sepekan kemudian, tepatnya 14 Mei 2017, di lokasi juga digelar acara yang diberi nama Bukkake. Dan saat petugas kepolisian melakukan penggerebekan Minggu malam, 21 Mei 2017, di arena fitnes ini sedang digelar pesta seks bertema The Wild One.

Pesta Seks Modus Fitnes

 

FOTO: 141 gay diamankan dari pesta seks.

Banyak pihak memuji keberhasilan kepolisian atas pengungkapan kasus ini. Tapi banyak juga yang mempertanyakan kenapa setelah beberapa tahun beroperasi, kepolisian baru bisa mengendus praktik asusila itu.

Apalagi beberapa waktu lalu, sekelompok orang dari ormas sempat memprotes aktivitas di lokasi. Tapi, polisi seolah membiarkan aktivitas itu ada dan baru menjelang Bulan Ramadan digerebek.

"Walaupun itu sudah tiga tahun beroperasi, selama ini Kapolres (Jakarta Utara) yang lalu ke mana," kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Trimedya Pandjaitan.

Trimedya mengatakan, pesta seks pasangan sejenis di Jakarta kemungkinan besar tak hanya digelar di lokasi fitnes itu saja. Karena, Trimedya sering mendapat kabar tentang aktivitas serupa di beberapa tempat seperti di kafe.

"Itu kan gay, lalu yang lesbian katanya juga ada, karena modusnya seperti apa kan sudah lama kita dengar misalnya kafe untuk homo, untuk lesbian," kata Trimedya.

Menurut AKBP Nasriadi, untuk menjadi tempat bisnis seks kaum gay, pengelola fitnes menempuh perjalanan gelap yang cukup panjang, berdasarkan penyelidikan, pengelola baru menggelar pesta seks gay di tahun kedua berdirinya Atlantis Gym.

Di tahun pertama ruko beroperasi, lokasi itu memang difungsikan untuk tempat kebugaran. Tapi, lama kelamaan, karena pengunjung fitnes kebanyakan berasal dari kaum gay, pengelola memanfaatkan kondisi itu dengan menggelar pesta-pesta seks untuk meraup keuntungan.

"Tahun kedua dan ketiga baru mulai gituan (pesta gay)," kata Nasriadi.

Tak hanya itu, pengelola fitnes juga mulai berani menyediakan tempat khusus untuk kaum gay. Hal itu semakin memicu kaum gay untuk berdatangan. Apalagi pengelola tak hanya menyediakan tempat berbincang.

Di lantai satu, merupakan lantai utama bagi para gay untuk berbincang. Di tempat ini, semua pria diperbolehkan bertelanjang dan hanya mengenakan handuk untuk menutupi auratnya.

Di lantai dua pengelola menyediakan ruangan khusus untuk menggelar tarian telanjang. Lagi-lagi semua pria yang ada di dalam ruangan itu dibebaskan untuk berbugil ria. Bahkan, pengelola rela  dengan mendatangkan penari-penari telanjang pria.

Sementara di lantai paling atas, pengelola menyediakan fasilitas khusus bagi kaum gay untuk melampiaskan hasratnya. Di tempat ini, seks dibebaskan dan pengelola menyediakan alat kontrasepsi berupa kondom.

"Yang bugil yang ikut striptis dan ikut aksi. Lantai tiga bugil semua itu," ujar Nasriadi.

Penghasilan Pesta Seks

 

FOTO: Harga tiket masuk pesta seks.

Kuat dugaan fitnes hanya modus awal bagi pengelola untuk membuka tempat khusus pesta seks untuk gay. Karena, keuntungan dari menggelar pesta seks ini cukup besar.

Keuntungan yang diraih pengelola dalam satu kali menggelar pesta seks ditaksir bisa mencapai puluhan juta rupiah. Hal itu bisa dihitung dari jumlah peserta pesta seks dan tarif-tarif yang dikenakan.

Seperti saat digerebek, jumlah peserta pesta seks mencapai 140 orang. Sedangkan tarif yang dikenakan kepada satu orang pengunjung tidaklah murah, bahkan, tarif untuk masuk ke dalam tempat fitnes saja, melebihi tarif nonton di bioskop. Sekelas bioskop terkenal di mal besar, tiket menonton hanya berkisar antara Rp50 ribu sampai Rp70 ribu.

Tapi untuk bisa masuk ke ruang pesta seks gay, pengelola membanderol tiket masuk paling murah Rp125 ribu untuk dewasa dan Rp70 ribun untuk anak di bawah umur.

Belum lagi tarif juga disesuaikan dengan hari dan jam-jam pesta digelar. Tarif masuk termahal berlaku hari Minggu untuk peserta pesta seks yang melakukan registrasi setelah jam 4 sore, yaitu sebesar Rp185 ribu.

Dapat dibayangkan, untuk tiket masuk saja pengelola sudah mengantongi penghasilan belasan juta rupiah peracara.

Belum lagi untuk tarif melihat tarian telanjang, dalam pemeriksaan kepolisian, enam penari telanjang memasang tarif yang cukup besar dalam setiap kali beraksi. Tarif dipatok dari harga Rp800 hingga Rp1,2 juta.

Dalam proses hukum pada kasus ini, kepolisian telah menetapkan 10 orang sebagai tersangka dalam pesta seks ini, mereka yang menjadi tersangka di antaranya, pengelola fitnes, dua kasir, sekuriti dan enam pria yang berprofesi sebagai penari telanjang.

Pengelola, dua kasir dan sekuriti dijerat dengan Pasal 30 juncto Pasal 4 ayat (2) UU RI Nomor 44 tahun 2008 tentang pornografi dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara.

Sedangkan enam pria penari telanjang dijerat dengan Pasal 36 juncto Pasal 10 UU RI Nomor 44 tahun 2008 tentang pornografi dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara. 

"Untuk saat ini pelaku kita kenakan. Untuk striptis kita kenakan UU nomor 44 tahun 2008 tentang pornografi,  Pasal 10 di mana ancamannya 10 tahun penjara. Kemudian untuk penyedia dikenakan UU yang sama Pasal 4 ayat 2. Ancaman hukuman 6 tahun," kata Kepala Polres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Dwiyono. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya