Libur Lebaran Usai, Siapa Untung dan Buntung?

Libur Lebaran, wisata ke candi banyak diminati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Anis Efizudin

VIVA.co.id – Cuti bersama untuk libur Lebaran tahun ini yang berlangsung 23-30 Juni 2017 telah usai. Selama delapan hari libur tersebut, pegawai negeri sipil (PNS) maupun karyawan swasta memanfaatkan untuk mudik ke kampung halaman. 

Angkut Ratusan Ton Sampah saat Libur Lebaran, Pemkot Tangsel Catat Ada Kenaikan 10 Persen

Selain berkunjung dan bersilaturahmi dengan sanak saudara, kesempatan itu pun dimanfaatkan dengan berlibur ke sejumlah tempat wisata.

Pemerintah meyakini, kunjungan pemudik ke sejumlah tempat wisata dapat meningkatkan sendi-sendi ekonomi masyarakat. Khususnya peningkatan aktivitas ekonomi di sektor konsumsi, transportasi, dan tentunya pariwisata.   

RSUD Smart Pamekasan Larang Nakes Cuti Antisipasi Lonjakan Pasien Pasca Libur Lebaran

Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, Lebaran yang jatuh pada Juni 2017 akan mengerek pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal II-2017.

Peningkatan tersebut, menurut Amalia, bisa berasal dari sisi pengeluaran yang terdorong dari sektor konsumsi masyarakat. Situasi yang dapat membawa konsumsi masyarakat bisa tumbuh sedikit di atas 5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Intip Wahana Baru Rivera Edutainment Park Bogor, Serunya Kumpul Keluarga Sambil Outbound

Ia menuturkan, untuk sisi produksinya sepanjang Ramadan dan libur Lebaran tahun ini, sektor yang akan terdongkrak cukup signifikan adalah transportasi, akomodasi, makanan minuman, serta informasi dan komunikasi.

"Untuk sektor transportasi kita bisa lihat pada darat, laut, dan udara yang meningkat pertumbuhannya, karena banyak masyarakat menggunakannya untuk mudik Lebaran ke kampung halaman," tutur Amalia kepada VIVA.co.id, Senin 3 Juli 2017.

Sementara itu, untuk akomodasi dan makanan minuman diperkirakan meningkat karena saat pulang kampung masyarakat juga banyak menginap di hotel, berwisata, dan belanja kebutuhan makanan.

"Pada libur panjang tersebut, selain masyarakat muslim, yang non muslim juga merasakan liburan panjang dan itu juga meningkatkan perjalanan wisata," ujarnya.

Amalia menambahkan, sektor lain yang tentunya sangat diuntungkan dari adanya libur Lebaran yang cukup panjang ini adalah informasi dan komunikasi, terutama penggunaan data seluler.

Penggunaan data seluler tersebut, bisa dilihat dari banyaknya masyarakat yang menggunakan untuk pemanfaatan aplikasi arah perjalanan (Google maps atau Waze), pesan singkat WhatsApp, serta ucapan selamat Idul Fitri secara elektronik.

Selanjutnya...Pariwisata Cukup Mendominasi


Pariwisata Cukup Mendominasi

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan libur Lebaran tahun ini dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Terlebih sejumlah harga-harga kebutuhan masyarakat tidak bergejolak.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, sepanjang libur Lebaran daya beli bisa dipastikan terjaga, terlebih inflasi masih tergolong rendah dan pemerintah mengeluarkan gaji ke-13.

"Kalau inflasinya rendah, daya beli akan terjaga, terlebih ada gaji ke-13, sehingga masyarakat bisa mendapatkan tambahan dan itu buat kemampuan daya beli bisa bertambah," ujar Kecuk panggilan akrab Suhariyanto.

Dia menuturkan, dengan inflasi yang tetap terjaga rendah, dengan pendapatan yang sama, tentunya pertumbuhan ekonomi yang dicapai mampu menciptakan lapangan kerja. Seperti di ekonomi kreatif, dan industri turunannya.

Selain itu, peningkatan dari daya beli masyarakat tentunya masih bisa dilihat dari aktivitas yang dilakukan sepanjang libur panjang Lebaran tahun ini. Satu di antaranya kegiatan wisata masih tumbuh cukup signifikan.

Seperti yang terlihat dari meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke objek wisata alam puncak Becici, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Ratu Boko di kawasan Yogyakarta.

Pengelola objek wisata alam Puncak Becici, Sugandi Saputro, mengatakan, jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata tersebut saat libur Lebaran terus meningkat, terlebih usai kehadiran Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama.

Menurut dia, pada Kamis 29 Juni 2017, jumlah wisatawan mencapai 4.221 orang. Lalu, Jumat 30 Juni 2017 menjadi 5.951 wisatawan, 1 Juli 2017 menjadi 6.853 wisatawan, dan Minggu 2 Juli 2017 mencapai 6.853 wisatawan.

"Selama tiga hari paska kedatangan Obama kunjungan wisata melonjak hingga tiga ribu wisatawan," ucapnya kepada VIVA.co.id, Senin 3 Juli 2017.

Kasubdiv Humas dan Protokol PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Candi Ratu Boko, Dewi Krisnawati mengatakan, kunjungan selama libur Lebaran mencapai 29.211 wisatawan pada Rabu, 28 Juni 2017.

Pada tanggal tersebut, menurut Dewi, merupakan puncak tertinggi wisatawan yang datang ke objek wisata tersebut. Sebab, pada 29 Juni 2017, jumlah pengunjung menurun menjadi 27.540 wisatawan dan 30 Juni 2017 mencapai 20.971 wisatawan.

Selanjutnya...Dampak ke Sektor Ritel Kecil  


Dampak ke Sektor Ritel Kecil

Namun, di tengah proyeksi meningkatnya ekonomi pasca libur Lebaran tahun ini, sektor ritel justru mengeluh pendapatannya tahun ini tidak cukup besar dibanding yang diterima pada periode yang sama tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicolas Mandey, mengatakan, pendapatan sektor ritel pada libur Lebaran tahun ini diperkirakan lebih rendah dari periode tahun lalu.

Menurut dia, pada libur Lebaran tahun ini pertumbuhan ritel diperkirakan hanya sebesar 6 persen atau setengah dari capaian yang didapat pada periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan itu hanya didorong oleh penjualan minimarket.

"Kami melihat dari pekan pertama dan kedua masih minus, untuk pekan ketiga dan keempat mungkin ada peningkatan karena THR dan sebagainya, tapi itu tidak bisa menyamai capaian tahun lalu," tutur Nicolas kepada VIVA.co.id.

Nicolas memperkirakan, turunnya pertumbuhan sektor ritel pada periode ini karena perilaku konsumsi masyarakat memang juga telah berubah, di mana tidak lagi belanja dengan jumlah besar dan hanya memenuhi kebutuhan.

Kemudian, dengan adanya belanja secara online, masyarakat juga semakin malas untuk bisa datang ke pusat ritel, dan supermarket. Kondisi itu kemudian diperparah dengan penyesuaian sejumlah komponen energi seperti listrik yang menggerus daya beli.

"Untuk itu, kami berharap pemerintah bisa mengatasi kondisi politik. Dan menahan kenaikan komponen energi seperti BBM dan listrik, karena dampaknya akan ke daya beli dan sektor ritel otomatis terdampak negatif," katanya.

Nicolas menambahkan, dengan proyeksi yang cukup rendah saat Lebaran ini, maka sepanjang tahun sektor ritel hanya akan tumbuh sembilan persen pada akhir tahun, dari proyeksi sebelumnya ada di angka dua digit.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya