Belajar dari Kasus Penyerangan Anjing Pitbull

Ilustrasi anjing pitbull.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Pekan  lalu, seorang bocah di Malang, Jawa Timur, tewas akibat diserang anjing jenis pitbull. Ironisnya anjing yang menyerang Ramisya Bazigha gadis kecil berusia 8 tahun itu adalah salah satu anjing peliharaan orangtuanya.

Lewat Binatang Peliharaan, Model Klaviera dan Suami Belajar Mengasihi

Awalnya sang nenek yang sedang salat mendengar teriakan cucunya. Ketika dihampiri, Ramisya sudah tergeletak bersimbah darah dengan luka di bagian wajah dan leher akibat cengkraman anjing tersebut.

Tak jelas bagaimana awalnya hingga si anjing menyerang. Namun diduga, mainan si anak jatuh ke kandang anjing kemudian diketahui sudah mencengkram bocah malang itu.

Binatang Peliharaan Juga Bisa Terinfeksi SARS-Cov-2

AKBP Hoirudin Hasibuan mengatakan, pada saat kejadian, hanya ada korban dan neneknya di rumah. Akhirnya ayah si korban berhasil menjinakkan si anjing. Barulah kemudian gigitan yang mencengkram bocah malang itu bisa dilepaskan. 

"Bocah tersebut baru dilarikan ke rumah sakit, setelah mungkin sekitar 15 menit (digigit)," kata Kapolresta.

Anjing Masuki Wilayah Kucing, Salah Satunya Keluarkan Jurus Andalan

Anjing pitbull tersebut diketahui sudah lima tahun dipelihara oleh keluarga korban. Selama ini, sang ayah sempat ikut dalam komunitas pemelihara pitbull, namun tak ikut komunitas tersebut lantaran harus pindah ke rumah baru yang ditempati pada saat ini.

Kasus tersebut tentunya menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat. Terlebih hewan peliharaan yang telah 5 tahun bersama nyatanya bisa juga menyerang majikannya sendiri. Belum lagi masalah ketakutan terhadap beberapa gigitan anjing yang rentan memicu kematian.

Anjing sebenarnya adalah binatang yang bersahabat. Tapi, tentunya, mereka tetap binatang yang berisiko menggigit manusia. Faktanya, kasus gigitan anjing pada manusia, tercatat sebanyak 4,7 juta tiap tahunnya di Amerika, dan setengah dari itu merupakan anak-anak di usia 5 hingga 9 tahun.

Menurut data dari Centers for Disease Control, satu dari tiap lima gigitan anjing, menyebabkan cedera yang membutuhkan penanganan medis segera. Tidak hanya itu, anak-anak merupakan kelompok yang lebih berisiko cedera dibanding orang dewasa.

Praktisi Kesehatan Hewan drh Laksmi Budiwardhani  mengatakan, setiap anjing memiliki karakternya masing-masing, hal tersebut menentukan sifat si anjing apakah berpotensi untuk menyerang.

"Semua anjing pada dasarnya adalah hewan setia. Tetapi memang ada karakter tertentu yang ditentukan dari gen anjing tersebut misalnya, misal german sepherd yang berdarah penggembala, sedang Pitbull memang mempunyai darah petarung," ujarnya saat dihubungi VIVA.co.id.

Lebih lanjut, dokter yang aktif memberikan informasi seputar kesehatan hewan di lewat akun twitternya @the_mommies ini menjelaskan bahwa karakter anjing ditentukan banyak faktor.

"Selain gen, lingkungan juga banyak berperan. Apakah kebutuhan dasar hewan tersebut terpenuhi itu juga menentukan agresivitas. Tidak semua anjing bisa langsung bersahabat dengan orang asing, namun tidak sedikit juga anjing yang bisa langsung dekat dengan orang asing. Semua itu kembali ke cara pendekatan dan karakter," ujarnya.

Representasi Pemilik

Lebih lanjut soal karakter anjing, Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Dokter hewan (Drh). Slamet Raharjo mengatakan hal serupa. Menurutnya karakter anjing piaraan merepresentasikan karakter pemiliknya. Selain itu, anjing dianggap salah satu pet animal yang paling setia pada tuannya.

“Pada kalangan penggemar anjing atau dog lover ada anekdot yang mengatakan bahwa karakter anjing piaraan adalah representasi karakter pemiliknya," ujarnya kepada VIVA.co.id di Kampus FKH UGM, Yogyakarta. 

Slamet menjelaskan, pedigree (riwayat keturunan) anjing juga bisa diprediksi sesuai breed (jenis)nya. Namun kadang ada anomali karakter individu yang sangat dipengaruhi oleh pola pengasuhan saat anjing masih puppy (anak-anak) hingga dewasa.

“Nah, anomali karakter individu ini sangat dipengaruhi oleh pola pengasuhan saat anjing masih puppy sampai dewasa muda, sehingga karakter tersebut menjadi permanen,” jelas Slamet yang juga merupakan Wakil Direktur Bidang Pelayanan Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi, FKH UGM itu.

Menurut dia, pada kasus anjing Pitbull di Malang yang menerkam anak kecil hingga menyebabkan kematian, belum diketahui persis riwayat anjing itu, apakah dipelihara dari kecil atau baru dirawat di rumah itu setelah besar atau dewasa. Selain itu, juga tidak diketahui pola pengasuhan anjing tersebut, termasuk kasih sayang yang diberikan kepada anjing itu.

Ada pendapat berbeda soal anjing pitbull di Indonesia. Timbul anggapan bahwa anjing ini adalah jenis anjing yang hobi menyerang. Padahal tidak demikian.

Slamet menerangkan, secara umum American Pitbull Terrier (APBT) di negara asalnya Amerika justru dijuluki sebagai "Nanny dog" karena karakternya yang manis. 

Selain itu, ia menerangkan bahwa jenis pitbull juga bersifat mudah berbaur dan akur dengan jenis anjing lain. Anjing jenis ini juga protektif terhadap keluarga atau si pemilik, serta beberapa kelebihan lain seperti sifat teritori yang sangat kuat sehingga direkomendasikan sebagai family dog atau anjing keluarga. 

Sedangkan di Indonesia ada anggapan umum bahwa pitbull adalah satu jenis anjing yang galak dan agresif.

“Bahkan sampai ditolak dan tidak diakui sebagai breed resmi oleh Perhimpunan Kinologi Indonesia (Perkin), sehingga banyak yang merekomendasikan untuk tidak memelihara anjing Pitbull ini,” papar Slamet. 

Asumsi semacam ini, lanjut Slamet, terbentuk di masyarakat karena sebagian besar anjing Pitbull di Indonesia digunakan sebagai anjing pekerja. Seperti dijadikan anjing aduan untuk diadu dengan babi hutan atau diadu dengan anjing lain serta sebagai anjing untuk lomba adu otot.

Dengan adanya asumsi tersebut, katanya lagi, sebagian besar masyarakat yang memelihara anjing pitbull dijadikan sebagai anjing penjaga rumah yang selalu dikandangkan di kandang yang biasanya biasanya berukuran relatif kecil.

Ia melanjutkan bahwa sebagai family dog dan anjing pekerja yang seharusnya setiap hari beraktivitas fisik secara cukup, ketika dikandangkan terus-menerus biasanya anjing Pitbull akan mudah mengalami bad mood atau bosan yang dapat memicu munculnya ‘problem behavior’ termasuk berubah menjadi lebih agresif karena sifat teritorinya.

Slamet menduga, bahwa anjing Pitbull peliharaan keluarga korban saat itu sedang dalam kondisi bad mood yang tidak kita ketahui dengan pasti penyebabnya. Sehingga ketika secara tiba-tiba ada anak kecil memasuki wilayah teritorinya, sebagai anjing yang memiliki naluri sebagai anjing pemburu, secara refleks sifat teritorinya muncul dan langsung berlari mengejar si anak dan menerkamnya, biasanya di area leher.

Ia menambahkan, dalam kondisi menggigit korban atau mangsa, Pitbull memiliki karakter yang unik dan berbeda dengan anjing breed lain. 

“Sebab, semakin diganggu, gigitannya justru semakin kuat dan semakin tidak mau melepaskan gigitan, yang diduga menjadi penyebab meninggalnya si bocah yang digigit,” terang Slamet. 

Tuntutan Hukum

Di lain sisi, pada kasus penyerangan hewan peliharaan ini, pemiliknya bisa terjerat hukum.

Peneliti Bidang Hukum Kesehatan UGM, Tri Aktariyani mengatakan demikian. Menurutnya, kesalahan dalam pemeliharaan yang mengakibatkan korban, akan dituntut secara hukum. 

"Dalam ketentuan baik Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Pidana, ada konsekuensi bagi pemilik hewan peliharaan yang tidak menjaga dengan baik hewannya," ujarnya kepada VIVA.co.id.

Hal ini mengacu pada klausa Pasal 490 KUH Pidana. Tri menjelaskan bahwa sang pemilik bisa kena kurungan penjara selama 6 hari atau denda, apabila hewan piaraannya melakukan perbuatan yang merugikan orang lain seperti menyerang, menerkam, melukai, mengigit atau kotorannya mengotori lingkungan dan seterusnya yang membawa kerugian.

“Jadi, jaga baik-baik hewan piaraan Anda. Agar tidak malah merugikan diri Anda sendiri nantinya,” ujar Tri.

Ketika memiliki rencana untuk memiliki hewan peliharaan, jangan abaikan soal karakter dasar hewan peliharaan tersebut. Hal ini untuk menghindari kasus seperti penyerangan yang terjadi di Malang.

"Pertama, ketika kita memutuskan untuk merawat hewan seperti anjing, sebelumnya memang harus dipikirkan apa tujuan kita merawat. Apakah anjing kita sebagai penjaga, terapi, atau menjadi bagian dari keluarga atau teman bermain anak-anak," ujar Laksmi Budiwardhani.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa akan ada beberapa referensi atau saran dari breeding anjing atau kennel nantinya. 

"Walau banyak juga yang merawat Chihuahua untuk penjaga rumah, atau merawat Rottweiler untuk menjaga anak-anak, asal sudah terlatih juga ada. Semua kembali ke masing-masing orang," ujarnya.

Kedua, ketika sudah memutuskan jenis anjing, maka yang perlu diingat ketika kita memutuskan memelihara atau merawat hewan perlu komitmen sungguh-sungguh, untuk itu perlu dipenuhi kebutuhan dasar hewan.

"Istilahnya hak asasi hewan. Lima langkah mudah mewujudkan kebebasan hewan itu pertama, bebas dari rasa lapar dan haus. Kedua, bebas dari rasa sakit, cidera dan penyakit. Ketiga, Bebas dari ketidaknyamanan, penganiayaan. Keempat, bebas dari rasa takut dan tertekan. Dan kelima, bebas mengekspresikan perilaku alaminya," ujarnya.

Penanganan Pertama Digigit anjing

Anjing hewan yang bersahabat, namun tetap berpotensi untuk menyerang. Karenanya perlu pemahaman jika terjadi cedera akibat penyerangan.

Sebelum akhirnya ditangani secara medis, cedera akibat gigitan anjing, dapat segera ditangani dengan penanganan pertama. Sebab, gigitan yang tidak ditangani segera, memicu perdarahan banyak dan infeksi.

"Yang harus kita ketahui apakah anjing itu sudah bebas rabies atau belum," ujar Laksmi.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa anjing yang sudah terdomestikasi atau yang sudah biasa dipelihara jarang menggigit, kecuali dia sedang merasa terancam atau memang sengaja ditingkatkan agresivitasnya (misal sedang latihan anjing).

Berikut ini langkah dan pertolongan pertama yang dianjurkan dr Laksmi jika digigit anjing.

1. Tempatkan handuk bersih di atas cedera untuk menghentikan pendarahannya
2. Usahakan untuk meninggikan area kaki yang cedera.
3. Bersihkan area gigitan anjing dengan sabun dan air mengalir
4. Pasang perban steril pada area luka. Kemudian tunggu hingga pemberian obat dari dokter.
5. Jika diberikan salep, oleskan salep antibiotik pada area luka setiap hari agar mencegah infeksi.

Jika diperkirakan anjing terkena rabies, ini langkah awal penangannya.

1. Segera cuci luka dengan air mengalir serta menggunakan sabun atau detergen.

2. Kemudian segera bawa ke pusat kesehatan atau rabies center untuk pemberian vaksin anti rabies (VAR).

3. Lanjutkan terus pengobatan dengan melakukan pemeriksaan. Karena masa inkubasi rabies lama, sehingga perlu waktu 2 minggu untuk melihat hasil suntikan vaksin, apakah ada gejala-gejala seperti rabies (gejala khasnya takut air dan cahaya). 

4. Jika positif, maka harus kembali diulang pemberian vaksinnya selama 4 tahapan (mulai nol lagi, hari ke-7, hari ke-14 dan diberi vaksin booster pada hari ke-60).

5. Akan lebih baik jika ditambah dengan pemberian serum anti rabies (SAR).Jika mengikuti tahapan tersebut, peluang sembuhnya tinggi karena memotong jalur virus ke otak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya